3✓Revan?

6 2 1
                                    


Chaca langsung membersihkan tubuhnya yang lengket sepulang dari rumah pohon itu.

Ia mengganti bajunya dengan kaos yang terlihat kebesaran dan celana training miliknya.

Ia melangkah menuju nakas dan membuka laci kecil.

Diambilnya benda pipih yang sudah lama ia tak gunakan untuk menghindari beberapa omong kosong nantinya.

Ia hanya takut semua orang mencaci maki keluarganya melalui sosial media.

Chaca menghidupkan handphone-nya,banyak sekali notif yang membuat chaca jengah.

Tanpa penasaran ia langsung pergi ke kontak menulis beberapa nomor yang akan ia pindahkan ke handphone barunya.

Yaa sebenarnya ia telah membeli handphone serta kartu yang baru untuknya, karena jujur saja HP-nya sudah ketinggalan trend.

Chaca membeli handphone terbaru dengan uang tabungannya sendiri.

Dengan lihai jarinya bergerak kesana kemari untuk memindahkan beberapa kontak.

Baru saja ia ingin mematikan handphone lamanya kembali ia mendapatkan sebuah notif membuat hatinya berdetak tak karuan.

Disana seseorang mengirimkan sebuah foto dimana lelaki yang sedang bercumbu mesra dengan wanita di sebuah club malam.

Ia kembali meneliti kapan pesan itu di kirimkan oleh orang tidak dikenal.

2 tahun yang lalu?setelah keluarganya hancur? papahnya telah mengkhianati mamanya dan keluarganya, pantas saja papahnya jarang pulang kerumah, pulang dengan keadaan kacau dan selalu marah-marah.

'papah'

Chaca menggenggam ponsel lamanya kuat-kuat, lalu membanting ke sembarang arah.

Ia meremas kuat rambutnya lalu menariknya.jiwanya terlalu lemah untuk menanggung beban yang bertubi-tubi menimpanya.

Hatinya teriris menggapai laci kecilnya lalu mengambil album dimana keluarganya masih utuh tanpa beban apapun.

Sulit untuk berteriak,memaki dan berbicara,sungguh tangisannya terlalu menyesakan.

Tangan mungil itu berkali-kali memukul dadanya,sesak.

Ingin sekali ia memaki papahnya namun apalah daya jika itu akan membuat keributan lagi di keluargannya.

Decitan pintu membuatnya reflex menengok dan terkejut dengan siapa yang datang.

"Mama?"

Chaca segera menghapus air matanya dan bangkit ia tidak mau mamanya tau dengan kebusukan papanya itu.

"Kenapa?"tanya mama chaca tanpa tatapan lembut dan usapan hangat dipuncak kepalanya.mungkin pertanyaan ini tak layak untuk dijadikan pertanyaan oleh seorang ibu kepada anaknya.

Chaca menggeleng dan tersenyum lembut,"aku gapapa ma"

Mama chaca mengangguk,tak sengaja ia melihat handphone yang tergeletak .

Chaca yang melihat mamanya mengambil handphone itu pun panik harus berbuat apa.

"MA!!e-em itu aku mau ngambil handphone buat dijual ke temanku..iyaa!temanku mau beli handphone"tak sengaja chaca berteriak saat mamanya mengengam handphonenya itu dengan cepat chaca mengambil ponsel itu dari mamanya.

Mamanya menatap Chaca dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Chaca pamit dulu ma"chaca menyium tangan mamanya dan langsung melenggang pergi.

***
Chaca berjalan menuju supermarket membeli beberapa cemilan sore untuk dinikmati.

Dari ujung supermarket ia melihat keluarga yang sedang bercengkrama dan bercanda gurau.

Indah.

Chaca langsung membayar makanannya kearah kasir.

"Terimakasih"ujar penjaga kasir dan dibalas anggukan oleh chaca.

Yaa chaca saat ini memang sedang masa libur sekolah mengingat bahwa dirinya menaiki kelas 12.

Ingin sekali ia pergi liburan bersama keluarganya,menghabiskan waktu liburan bersama orang-orang terdekatnya.

Chaca mendengus kesal untuk apa ia mengharapkan itu lagi.

Chaca menghentikan sebuah taksi ia berniat ingin menjenguk adiknya.

Ia berjalan melewati beberapa makam dan berhenti di salah satu pemakaman.

"Hei..kamu udah tenang kan disana?jangan sedih lagi"chaca mengelus nisan yang tertera.

               Veranitta fransisca
                           Binti
              Purnama wijaksono

Air matanya kembali membasahi pipinya itu.

"Kamu tau?aku iri saat kamu masih ada gabung bersama kita dulu"ucap chaca kembali menyeka air matanya.

"Kamu selalu mendapat pujian dan mendapat perhatian lebih dari mamah dan papah,ya walaupun aku juga suka mendapatkan pujian dari mereka tapi entah kenapa aku rasa kalau mereka itu lebih sayang sama kamu,kamu tau?aku sempet sakit hati saat papah menyalahkan aku saat berkas papah hilang,aku tau sebenarnya kamu yang saat itu bermain di tempat kerja papah,aku menangis karena bentakan papah saat itu,tapi aku senang saat mamah menghampiriku dan mengusap air mataku,aku dijelaskan bahwa aku itu seorang kakak harus kuat,darisitu aku berfikir untuk apa aku iri kepada adiku sendiri,aku harus melindunginya bukan?"chaca memukul dadanya yang terasa sesak hatinya kembali merasakan kepedihan hidupnya.

"T-tapi aku gagal..aku gabisa jagain kamu,aku rasa aku orang yang paling bersalah saat lelaki brengsek itu merebut kebahagiaan kamu,dan saat kamu bunuh diri kamu,saat itu juga keluarga harmonis kita hancur,aku baru sadar bahwa kamu itu sangat berpengaruh buat keluarga kita,sedangkan aku?menangis,meratapi semua tindakan bodoh kamu yang berpengaruh besar bagi keluarga besar kita"

"Udah..semua udah usai,kamu jangan sedih disana,aku janji aku bakal balikin keluarga kita yang harmonis seperti dulu meskipun itu terdengar sangat mustahil"ucapnya kembali kemudian ia bangkit dan pergi dari pemakaman adiknya.

Chaca terus melangkah melewati beberapa pemakaman.

Brukk

"Maaf"Chaca menabrak seseorang yang berlawanan arah dengannya.

"Lah elu?"

Chaca reflex mendongak melihat siapa yang ia tabrak.

"Revan??"

















































Serius ini part pendek banget gak si? Maaf aku lama update janji deh gak lagi lagi😚






Thanks🤩





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(R)E(V)ENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang