"Kepada Khansa Aradena Al-Khair dan Salwa Tritania Tsabitha dari kelas XI IPA-2 harap menemui Bu Atun di ruang kesiswaan." Terdengar panggilan untuk Khansa dan Salwa dari speaker SMA Trisakti pada saat jam istirahat dimulai.
"HAHAHA anjir gila lo berdua, lo buat ulah apa lagi sama si Mamih Atun, somplak." Tanya Nida sambil tertawa.
Tanpa sepengetahuan Bu Atun, di SMA Trisakti, ia selalu di panggil Mamih Atun oleh murid-muridnya.
"Lo berdua makin hari makin sableng aja dih, dasar goblok." Maki Giska sambil menoyor kepala Khansa dan Salwa.
"Ih padahal gue sama Salwa gak ngapa-ngapain." Ucap Khansa dengan muka sok polos nya.
"Ga ngapa-ngapain mbah mu, gak mungkin lah lo gak ngapa-ngapain tapi di panggil sama Mamih Atun." Ujar Riska sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hehehe, si Salwa cuma gak sengaja ngeluarin vape di depan dia, terus tadi gue juga ga sengaja bola basket yang gue lempar kena pas di kepala dia, hehehehe" Jawab Khansa sambil tertawa cengengesan, begitu juga dengan Salwa.
"TOLOL" Ucap Nida, Giska, Riska kompak.
Beberapa detik kemudian, terdengar lagi suara yang berasal dari speaker sekolah. "Sekali lagi, Kepada Khansa Aradena Al-Khair dan Salwa Tritania Tsabitha dari kelas XI IPA-2 harap
menemui Bu Atun di ruang kesiswaan sekarang.""Anjir sumpah itu bacot bener sih, dikira gua congean kali." Ucap Salwa dengan kesal.
"Ayo lah Sal, sebel gue di panggil-panggil mulu." Ajak Khansa untuk segera ke ruang kesiswaan.
—
"Khansa, Salwa, harus berapa kali Ibu memperingatkan kalian? Tiap hari ada aja kelakuan kalian, pusing Ibu tuh." Keluh Bu Atun sembari memijat pelipisnya.
"Pusing Bu? minum bodrex." Canda Khansa dengan santainya. Disebelahnya, Salwa yang mendengar candaan Khansa, hanya mampu menahan tawanya agar tidak menyembur.
'GUBRAK' Suara gebrakan meja yang dilakukan oleh Bu Atun mampu membuat Khansa dan Salwa menjadi terdiam.
"Astagfirullahaladzim Khansa! Salwa! Bercanda terus kalian bisanya! Sekarang kalian Ibu hukum bersihkan koridor kelas XI IPA dan IPS, SE-KA-RANG!" Tegas Bu Atun yang menahan amarahnya.
"Banyak banget sih Bu, kurangin dikit lah" Keluh Khansa.
"Iya Bu, seenggaknya koridor kelas XI IPS aja deh." Ucap Salwa dengan muka melasnya.
"GAK BI-SA. Kalian mau bersihkan koridor kelas XI IPA dan IPS atau koridor kelas X, XI, XII IPA dan IPS?!" Ancam Bu Atun dengan muka merahnya yang disebabkan menahan amarahnya.
"Iyaiya ampun Bu, kita bersihin sekarang deh, permisi Bu Guru ku yang cantik jelita." Jawab Salwa dan Khansa sembari mencium tangan Bu Atun dan berpamitan untuk segera melaksanakan hukumannya.
Bu Atun yang baru sadar atas ucapan muridnya seketika memelototkan matanya. Khansa dan Salwa yang melihat reaksi Bu Atun langsung segera keluar dari ruangan kesiswaan sebelum mereka mendapat tambahan hukuman dengan tawa yang ditahan.
"Haduh kedua anak itu, susah banget dibilangin, untung prestasinya bagus." Gumam Bu Atun sambil meredakan emosinya.
—
"Ah elah, gue berasa jadi babu sekolah. Mending kalau di gaji kayak Mang Jajang, gapapa capek, yang penting dapet duit, lah ini dapet capek tapi gak dapet duit. Udah mana luas banget anjir. Ini sekolah atau kerajaan Inggris sih? heran gue." Cerocos Khansa yang tak ada hentinya.
"Bacot lu goblok, mending selesain dah, udah pusing tambah pusing nih gue." Kesal Salwa mendengar ocehan Khansa.
"Ya maaf Sal, namanya juga kesel, udah mana gak ada yang bantuin, Mang Surya gak tau kemana, kan kalau ada Mang Surya kita bisa nyuruh dia kayak biasa." Keluh Khansa.
Mereka memang sudah sering di beri hukuman oleh Bu Atun berkali-kali, apalagi hukuman bersih-bersih. Tapi, Baru dua kali mereka benar-benar menjalankan hukuman dengan tangan mereka sendiri. Karena biasanya mereka meminta bantuan Mang Surya lalu mereka beri upah. Terkadang, teman-teman se-geng nya turut menbantu menyelesaikan hukuman mereka, dan yang jelas tanpa sepengetahuan Bu Atun ataupun guru-guru yang lain.
20 menit kemudian, mereka selesai menjalankan hukuman yang diberi Bu Atun.
"Akhirnya selesai juga, Allhamdulillah Ya Tuhan." Syukur Salwa setelah selesai mengepel.
"Alhamdulillah, nah sekarang tinggal buang bekas air pel sama naro alat-alat deh. Gue udah kayak tipikal istri idaman belum? hahaha." Ucap Khansa sambil membereskan peralatan untuk di bawa ke gudang kebersihan.
Terlihat dari kejauhan, ada yang berlari menuju kearahnya sambil membawa buku yang tebal di genggamannya.
Dukk..
Laki-laki tersebut menabrak Khansa serta menjatuhkan alat-alat kebersihan yang di genggam Khansa dan air pel yang tumpah mengenai rok seragam Khansa.
Kaget. Satu kata yang mewakili perasaan Khansa saat ini. Saat tersadar atas kejadian yang di alami nya, dengan satu tarikan nafas dia mengoceh panjang lebar.
"WOI BANGSAT BANGET LO! LO GAK TAU APA INI GUE UDAH BERSIHIN LANTAI SETENGAH MAMPUS SAMPAI MAU MATI DENGAN ENAKNYA LO NABRAK GUE TERUS NUMPAHIN AIR BEKAS PEL-AN NYA??!! UDAH MANA ROK GUE BASAH, TANGGUNG JAWAB LO MONYETTTT!!!" Teriak Khansa kepada lawan bicaranya. Namun, tampaknya ia tidak tau siapa orang yang telah menabraknya.
"Sha, dia El, Ketos kita bego." Bisik Salwa kepada Khansa.
"Bodoamat." Geram Khansa.
"Oh, Maaf." Hanya itu yang terucap dari bibir El sambil mengambil buku-bukunya yang jatuh.
Khansa yang melihat respon El-pun menjadi tambah geram. Dengan ekspresi dan perasaan kesal nya, ia menarik baju El dan memaksanya untuk berdiri.
Itulah Khansa. Manusia dengan segala keberaniannya. Tidak ada yang ia takuti, kecuali satu, yaitu Tuhan.
"Woi gue lagi ngomong sama lo, masa respon lo gitu doang?! Harusnya tuh lo bantuin beresin nih air pel-an! gara-gara lo semuanya jadi kotor lagi!" Tegas Khansa kepada El.
"Ya, gue bantuin. Gausah bacot."
Ucap El dengan datar.—
Tidak memakan waktu lama, akhirnya mereka telah selesai."Nah gitu dong, thanks." Ucap Khansa.
El hanya melirik tanpa niat membalas ucapan Khansa dan ia segera pergi dengan buku-buku yang ada di tangannya.
Melihat tingkah El yang cuek, Khansa merasa kesal karena El tidak mengeluarkan sepatah kata dan langsung pergi begitu saja. Tanpa pikir panjang ia berteriak ke arah El.
"WOI JADI COWOK JANGAN CUEK-CUEK AWAS NANTI MALAH JADI PERJAKA TUA HAHAHAHA." Teriak Khansa diiringi tawanya.
El yang mendengar teriakan Khansa jadi memberhentikan langkahnya sejenak tapi beberapa detik kemudian dia lanjut berlari kecil tanpa menoleh ke arah Khansa sedikit pun.
"Itu bocah gagu atau gimana dah, diem mulu kayak patung." Ceplos Khansa kepada Salwa.
"Bodoh banget lo Sa, namanya juga 'Cowok Terdingin se SMA Trisakti' oiya dia juga anak donatur tertinggi bangsat." Geram Salwa sambil memukul pelan pipi Khansa berulang kali.
"Hah? Serius lo Sal? Lah baru tau gue." Kaget Khansa.
"Eh tapi jarang sih yang tau kalau El anak donatur tertinggi. Ah intinya makanya lu sekolah, jangan madol terus bego. Udah lah ayo taro ni pel-an, langsung cabut aja kita, gausah masuk kelas." Oceh Salwa sambil membereskan alat-alat kebersihan.
"Nah gitu dong, kalau cabut mah gaskeun aja bray hahahhaa." Tawa Khansa
—
Jangan lupa vote & comment ya!❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
EL-SHA
Teen FictionKisah yang bercerita tentang Eldiraqa Sheridan Danendra. Lelaki dengan segala kemisteriusannya, seorang most wanted dan salah satu murid kebanggaan SMA Trisakti. Ia juga merupakan ketua dari GETRIS, geng yang anggotanya memiliki kontribusi besar ter...