Part 1

26.7K 1.4K 234
                                    

"Bang, Mer pengen banget nonton X-Man Dark Phoenix. Mer boleh nonton kan, Bang? Cinema 21 deket ini. Mer tinggal ngesot aja udah nyampe sono. Boleh nggak, Bang? Boleh ya? Ya ya ya?"

Merlyn mengguncang-guncang bahu abangnya yang tengah membuatkan susu hamil untuk Bintang, istri tercintanya. Semenjak kedua orang tuanya tahu bahwa menantu kesayangan mereka hamil, mereka meminta agar abangnya dan Bintang tinggal bersama mereka semua. Kedua orang tuanya ingin agar Bintang ada yang memperhatikan dan menjaga. Beginilah keposesifan para pria-pria Diwangkara dalam menjaga wanita-wanita mereka. Mirip banget kayak kehidupan garingnya si Birdy, burung Kenari Yorkshire kesayangan ayahnya. Disayang-sayang, dielus-elus, untung aja nggak dijemur-jemur. Kalau Bintang beneran dijemur kayak si Birdy, bisa kering kerontang dia kalau habis dijemur tapi lupa diangkat. Kan gawat?

"Abang lagi mual-mual ini, Mer. Nggak bisa nemenin kamu. Bintang juga  kurang begitu enak badan. Kamu tega apa kita ninggalin Bintang sama si bibik aja di rumah?"

Tian mengangsurkan susunya pada Bintang yang dengan patuh segera mengosongkan isi gelasnya. Ia tidak mau membuat Tian kecewa. Karena walaupun sedang mual-mual parah, suaminya itu tetap saja dengan telaten mengurusnya. Tian ini memang benar-benar suami siaga.

"Lah yang minta Abang nemenin Mer, siapa? Mer cuma minta izin pergi sendiri, Bang. Bukan minta Abang temenin. Kalau Mer nggak boleh bawa si Thunder juga nggak apa-apa kok. Mer pesen Gra* aja. Ya, Bang ya?"

Merlyn kembali berusaha merayu abangnya. Dan sialnya, abangnya pura-pura tidak mendengarkan rengekannya. Santai beut bawaannya. Alamat batal nonton lah ini. Namun saat terdengar suara mobil yang mendekat, Merlyn tersenyum sumringah. Bala bantuan telah datang. Kalau anak sholehah mah, pasti ada saja jalan keluarnya. Merlyn bergegas mendekati jendela. Mengintip siapa saja yang ada di dalam mobil. Ternyata hanya Mang Yayat seorang yang keluar. Kehadiran bundanya tidak terlihat sama sekali. Pertanda baik. Hehehe.

"Nah itu Mang Yayat udah pulang. Tapi bundanya nggak ada. Berarti bunda bakalan lama di rumahnya Tante Maddie. Mer minta dianterin sama
Mang Yayat aja ya, Bang?" Dan lagi-lagi abangnya menulikan telinganya. Pura-pura tidak mendengar kalimatnya. Merlyn jadi empet banget melihatnya.

"Abang ini semenjak pekak jadi sombong kali lah Mer lihat. Beneran dibikin pekak sama Tuhan, baru Abang tahu rasa," Merlyn kesal sekali karena terus dikacangin oleh abangnya. Mungkin sebaiknya ia meminta bantuan kakak iparnya. Biasanya abangnya ini kan manut banget sama istrinya.

"Bi, bilangin laki lo dong izinin gue pergi. Lo ajak ngapain kek dia di kamar. Ntah main ludo, monopoli atau kuda-kudaan. Pokoknya jauh-jauh dari gue aja." Bisik Merlyn pelan. Abangnya ini kan cinta banget sama Bintang. Kali aja dia nurut kalau dibujuk kakak iparnya.

Bintang menghela napas pasrah. Apa boleh buat, ia kasihan juga pada ipar naifnya ini. Keposesifan mertua dan suaminya, membuat kakak iparnya ini bagai dipenjara di dalam rumahnya sendiri. Ia akan mencoba membantu membujuk suaminya agar memberi sedikit ruang pada kakak iparnya. Semoga saja usahanya membuahkan hasil.

"Izinin aja kenapa sih, Kak? Kasian itu Mer udah ngebet banget pengen nonton. Tiap hari ngendon di rumah kan dia bosan juga. Kakak masih mual-mual ya? Mau Bintang pijitin nggak?" Bintang mengelus-elus lengan suaminya dengan mesra. Terpaksa memanipulasi suaminya sendiri demi meluluskan keinginan adik iparnya. Merlyn terlihat senyum-senyum evil melihat aksinya.

Merlyn yang menyaksikan secara live aksi rayuan maut Bintang, tersenyum bahagia. Abangnya pasti klepek-klepek kalo udah dielus-elus Bintang. Kakak iparnya ini walaupun usianya lebih muda darinya, tapi tingkahnya dewasa banget. Anak ibu guru gitu lho. Bukannya anak bunda oneng. Eh itu mah gue! Durhaka banget ngebatinin bunda sendiri. Maafin Merlyn ya, Bun?

Princess Oneng VS Abang Polisi (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang