REMOVE 13 : Heartbeat

7.5K 479 25
                                    

Remove 13
Heartbeat

.

.

.

Sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan tapi mengalir deras ke seluruh tubuhku

.

.

.

"Semuanya sudah lengkap?"

"Uhn. . ."

"Selalu kenakan pakaian hangat, tetap masukkan tanganmu kedalam sarung tangan, jangan lupa melingkarkan syal di lehermu dan jangan pergi sendiri. Paris sedang masuk musim dingin, turuti semua apa yang kakek nenek bilang. Apa kau paham nak?" Hinata membenarkan bagian kerah leher baju Boruto. Merapikan hoddie kecil yang dipakainya. Selagi Boruto menatap lalu lalang orang di bandara, Hinata kembali mengecek perlengkapan di tas Boruto. Memastikan tidak ada yang tertinggal ataupun kurang ketika melewati pengecekan tiket.

Boruto mengangguk. Matanya sedari tadi tidak memerhatikan apa yang dikatakan oleh sang mama. Dia sibuk mengagumi pesawat-pesawat yang dapat dia lihat secara dekat. Sangat besar. Begitu keren. Binar matanya menatap penuh takjub. Boruto ingin sekali segera menaikinya. Ini akan menjadi pengalaman paling mengesankan. Dia sudah tidak sabar, bahkan terlepas bahwa dia tidak berada dekat dengan mama dan papanya sama sekali bukan masalah.

Ada kakek dan nenek, tidak ada yang perlu dicemaskan. Satu lagi keuntungannya. Dia bisa bebas makan makanan apapun tanpa perlu duduk berjam-jam mendengarkan khotbah mama.

"Ayah, ibu. Aku mempercayakan putraku pada kalian. Segera hubungi aku bila kalian sudah sampai." Naruto juga ikut mengantar mereka. Bila Hinata sibuk memeriksa berulang kali barang bawaan Boruto, maka dia cukup memegangi lengan putranya agar tidak kemana-mana di tengah keramaian bandara. "Kalian tahu putraku begitu aktif, kuharap kalian masih kuat untuk menajaganya."

"Kami akan segera menghubungi kalian. Ayah juga sudah megirimkan nomer telepon dan alamat penginapan kami." Timpal Minato. Ucapan Naruto itu entah kenapa terdengar seolah mengatakan bahwa tulang Minato sudah terlalu tua untuk mengawasi tingkah cucunya.

"Apa ada yang ingin kau pesan sebagai oleh-oleh, sayang?" Tanya Kushina mengerlingkan arah matanya ke arah Hinata. Kushina sudah menyusun kegiatan yang akan mereka lakukan di sana bersama cucu mereka. Mengunjungi beberapa tempat dan bermain sepuasnya bersama Boruto. Tidak lupa memamerkan cucu tampannya ini ke teman-temannya di sana. Kushina yakin cucu tampannya akan menarik banyak perhatian dan pujian.

Naruto menggeleng. Dia bukan anak kecil, dia bahkan sudah memiliki anak jadi dia tidak butuh oleh-oleh. "Tidak ada."

"Isssh, ibu tidak bertanya padamu. Ibu bertanya pada Hinata." Jelas Kushina. Meskipun nantinya Hinata akan menolak karena sifat tidak mau merepotkan orang lain, tapi Kushina tetap akan membelikannya sesuatu. Ia sudah mempunyai deretan list oleh-oleh yang akan dia beli. "Paris memiliki banyak hal yang menarik. Kau harus punya salah satunya juga."

"Tidak perlu, bu." Tolak Hinata halus. "Tapi, sebisa mungkin bisakah ibu selalu memberikan kabar tentang Boruto padaku sesering mungkin?" Tanya Hinata kalem. Matanya tidak pernah lepas dari Boruto. Kali ini dia tidak dapat menemani Boruto secara langsung. "Ini perjalanan pertamanya tanpaku. Aku akan sangat merindukannya."

Kushina tersenyum menyanggupinya. "Tenang saja. Kami akan menjaga Boruto, dia akan baik-baik saja." Lalu wanita berusia paruh baya itu menggendong Boruto. Berbisik mengenai hal apa yang harus dia ucapkan pada kedua orangtuanya. Khusunya pada Hinata. "Katakan pada mamamu bahwa kau akan jadi anak baik di sana."

REMOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang