REMOVE 10 : Being One (b) 21+

9.7K 449 33
                                    

REMOVE

Chapter 10

🥀Being One (b)🥀

Rated M (21+)

.

.

.

.

Beberapa kali Naruto meneguk kopi Americano. Dia bersandar di punggung kursi empuknya, matanya melirik ponsel yang tergeletak di atas meja. Tidak ada panggilan masuk dari Hinata. terakhir dia mendapat kabar dari orang suruhannya mengatakan bahwa Hinata menjemput Boruto.

Dia ingin pula menjemput anaknya, namun sekarang ia tengah berada di rapat penting mengenai merger antar beberapa perusahaan besar.

"Kau nampak lelah, dude."

Naruto mendongak, salah satu koleganya sekaligus sahabatnya bersandar di dinding dengan sebatang rokok menyala terjepit di bibirnya. Naruto mendecih. Pantas saja ruangannya berbau tembakau. "Kau tidak lihat aturan dilarang merokok, Shikamaru?"

Pria oriental berambut jabrik hitam itu mengedikkan bahu, tidak peduli. "Rapat belum selesai dan kau malah melamun di sini." Shikamaru mendengus. "Bukan dirimu sekali, tuan besar."

"Kaupun juga sama. Mencari tempat merokok untuk melarikan diri dari rapat." Sudah dapat ditebak bagaimana kebiasaan Shikamaru. Naruto sudah biasa mendapati kawannya ini merokok ketika dirasa jenuh atau bosan.

Shikamaru menggulung lengan kemejanya sampai siku. Melemaskan lehernya akibat terlalu lama duduk menatap ke layar proyektor. "Si tuan muda dari negeri minyak itu cukup menjanjikan untuk diajak kerja sama, bukankah begitu?" Naruto mengangguk, tangannya mengeti sesuatu di layar ponsel. "Kuharap kau mau menerima investasinya."

"Karena dia adik istrimu? Dasar kau." Potong Naruto cepat. "Kenapa tidak kau ambil saja proyek ini?"

Tampang pemalas Shikamaru hanya menguap. Mengucek mata lalu bersandar di sofa. Spot nyaman untuk bermalas-malas. "Gaara bilang dia ingin membangun perusahaanya sendiri. Dia mencari perusahaan besar. Bukankah itu terdengar seolah adik iparku meremehkan bisnisku, hah." Dia tertawa. Asap nikotin menyelimuti wajahnya ditiup agar menyebar. "Tapi Temari terlalu khawatir. Dia mengancamku akan membakar semua pabrik rokok bila aku tidak membantu adiknya menapaki tangga bisnis."

"Lucu sekali padahal dulu kau mengencani setiap wanita, dan kini kau berakhir menjadi si tuan penakut." Ejek Naruto. Mereka sudah saling kenal, bersahabat dalam waktu yang lama dan sudah tahu sisi nakal dari masing-masing.

Shikamaru malah ikut tertawa. Membenarkan apa yang diucapkan sahabat pirangnya. "Ya, aku heran karma macam apa yang kudapatkan ini. Dia sangat kasar, tidak ragu menamparku di depan umum ketika aku hanya menyalami rekan wanita. Tapi ya, mungkin inilah jodoh. Aku akan berakhir dengan dirinya."

"Lalu," Iris hitam Shikamaru melirik sang sahabat. Ujung merah rokoknya ditekan hingga padam. "Saat Temari mengantar Shikadai sekolah, dia bilang dia tidak sengaja melihatmu. Temari ingin menyapa namun urung ketika dia melihatmu seperti sedang bertengkar dengan seseorang –" Kalimat panjangnya terjeda. Shikamaru melihat sekilas raut Naruto. "Apa dia Hinata? mantan istrimu?"

Raut datar Naruto adalah jawabannya. Dia penuh ketenangan. "Istrimu seharusnya menyapaku sehingga aku bisa memperkenalkannya dengan Hinata." Jawaban enteng Naruto membuat Shikamaru mengernyit. "Dan kami tidak bertengkar –hanya berbeda pendapat saja. Seperti dirimu yang menyukai tidur dan Temari yang menyenangi mobilitas tinggi."

REMOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang