jealous

3.2K 326 62
                                    

"Malam yang indah" (y/n) menatap langit malam yang menunjukan milky way yang terlihat begitu jelas nan indah sambil sesekali merasakan membusan angin malam yang menerpa wajahnya.

"Menyukainya ya?"

"Levi?" tidak tunggu ini bukan suara miliknya, ini... Tentu saja bukanlah levi.

"Ahahaha senpai, aku bukan levi tapi ini aku"

"Ohhh eren ya?" eren hanya mengangguk lalu menatap (y/n) yang tersenyum padanya lalu menyuruhnya untuk duduk disamping (y/n). Mereka menatap langit temaram bersama sambil menceritakan kisah mereka masing-masing.

Melihat eren yang begitu semangat ketika bercerita tentang ambisinya yang ingin membunuh semua titan membuat (y/n) teringat pada adiknya. Mereka mirip, namun juga berbeda.

"(Y/n) senpai? Kau tak apa?" (y/n) seketika membuyarkan lamunannya lalu menatap eren dengan wajah bingung sambil berkata 'huh apa?". Dasar.

Eren yang melihat wajah (y/n) yang menurutnya polos dan terlihat seperti anak kecil hanya bisa tertawa ringan. Entah kenapa rasanya dia gemas ingin mencubiti pipi (y/n) tapi, itu akan di anggap tidak sopan bukan?.

"Senpai aku--"

"Ohh, begini ya kelakuan kalian malam-malam? Bermesraan di tempat seperti ini huh?!" suara bariton itu sontak membuat mereka berdua mematung dengan keringat dingin yang bercucuran. Mereka menatap kebelakang ragu-ragu seakan akan melihat hantu. "Cepat kembali ke kamarmu!"

Seketika itu juga (y/n) dan eren langsung berdiri dan hendak pergi dari situ juga namun,

"Hanya untuk eren, dan kau (y/n)... Duduklah" levi memberikan penekanan pada setiap kata tersebut. Eren rasanya ingin cepat-cepat lari dari sini sekarang juga, tapi apalah daya kakinya begitu kaku barangkali hanya selangkah. "Tunggu apalagi kau? Cepat pergi"

(Y/n) hanya bisa menonton kelakuan levi pada bawahannya eren. Lihatlah eren sekarang, Bersusah payah untuk lari dengan kaki yang gemetaran. Levi benar-benar menakutkan begi eren ya?. Setelah eren pergi, levi beralih pada (y/n) yang hanya menonton sambil sesekali menghela nafas jengah.

"(Y/n)" levi menatap tajam (y/n) lalu menyuruhnya untuk duduk disampingnya. Sifat levi memang dingin, perasaan (y/n) mengatakan dia lebih dingin dari biasanya. Tak ada kehangatan dimatanya saat ini.

"Levi kau sudah makan?"

"Hn"

"Tapi kapan? Aku tak melihatmu di ruang makan tadi"

"Tch. Jangan banyak tanya" (y/n) semakin yakin bahwa ada yang salah dengan levi hari ini, apa harus di tanyakan saja? Atau... lebih baik di abaikan?. Bimbang? Tentu saja. Sepertinya levi bukanlah orang yang suka berterus terang membuat (y/n) sulit menebaknya.

"Le-levi?" levi tak menjawab sama sekali, bahkan lebih ke mengacuhkannya. (Y/n) benar-benar tidak menyukai situasi seperti ini. "Katakan! Kau kenapa?"

Levi manatap (y/n) dengan ujung matanya lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Tidak ada" Ada! Kau cemburu karna eren berdekatan dengan (y/n) kan levi? Katakan! Katakan itu sekarang. Sayangnya levi terlalu gengsi mengatakan hal yang seperti itu ya, dia tak mau mengakui kalau hatinya panas karna hal ini.

(Y/n) hanya bisa menatap jengah lalu duduk disampingnya.

"Kau memang sulit dimengerti ya levi, jangan seperti perempuan doong aku tidak faham..." rengek (y/n) sambil menggesek-gesekan kepala di pundak levi membuatnya gemas ingin mencubiti pipi (y/n).

"Tch. Ayo kedalam. Disini dingin" ucap levi sambil menggenggam tangan (y/n) lalu masuk ke dalam markas bersama-sama lalu mengobrol di ruang makan. Akhir-akhir ini (y/n) sering di ajak levi begadang untuk menemaninya.

Choose one Levi [levixreader] {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang