Jadi si Lofi itu si Jennie ya!
Typo dimana mana!
***
Sedari tadi telinga Deon mendengar krasak krusuk dari arah dapur, terpaksa ia membuka mataya dan mengakhiri mimpi indah nya pagi ini, lalu ia memposisikan dirinya untuk duduk dengan kepala yang menyender ke kepala ranjang. Matanya masih terasa mengantuk, lagi pula jadwal kerja nya hari ini jam satu siang. Pagi ini ia masih bisa berleha leha sebentar.
Setelah itu ia memutuskan untuk melaksanakan ritual paginya, dan memakai pakaian yang santai, yaitu kaos oblong dipadukan dengan trainning sebatas lutut. Lalu ia bergegas keluar dan mengecek apa yang telah terjadi, namun ia tak menemukan apa apa. Deon pun memutuskan untuk membuka kulkas yang ia harapakan akan meminum air dingin sebagai air petama kali ia minum di pagi hari.
"Kak Deon" sapa seseorang berseragam SMA yang tengah tersenyum manis kepadanya.
"Ofi mau berangkat sekolah dulu ya, kalo kakak mau kerja bawa aja kuncinya, aku ada kunci serep kok satu" ucap Lofi dengan senyum sumringah.
"Hm, oke deh, hati hati dijalan ya!" ucap Deon sembari melambaikan tangannya, Lofi hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Oke"
***
Sesampainya di sekolah, Lofi tanpa banyak waktu segera berlari menuju kelasnya yang tepatnya terletak di lantai 3 bagian ujung. Cukup jauh emang, walaupun begitu kelas Lofi merupakan kelas khusus atau lebih tepatnya kelas unggulan.
Di sepanjang perjalanan, banyak sekali yang menyapa dirinya, laki laki maupun perempuan. Lofi hanya mampu menjawab dengan senyuman khas nya, senyuman ala baby yang terlihat sangat imut dan menggemaskan yang membuat siapa saja yang melihatnya menjadi terkesima.
Lofi memutuskan menuju kantin terlebih dahulu, ia rasa ia lupa membawa botol minum dan juga ia belum sarapan, karena apabila ia sarapan terlebih dahulu, sudah dipastikan ia akan terlambat. Saat ia memasuki kantin, ia menangkap sosok Rachel tengah mengantri disalah satu kios minuman.
Sosok Rachel sangat mudah diketahui Lofi, apalagi Rachel kini tengah memakai sweater berwarna cokelat muda pemberiannya sebagai kado ulang tahun Rachel tiga bulan yang lalu.
Lofi mengeluarkan handphone miliknya lalu membuka kamera, ia rasa ia akan memotret muka komuk Rachel kali ini. Lofi pun terkikik geli, ia kini sudah mendekati Rachel, sepertinya ia akan mengagetkan terlebih dahulu.
"Misi mbak mau tanya" ucap Lofi dengan suara yang dibuat buat meddog.
"Eh iya, aww"
Cekrek
"Ngangetin banget sih" sungut Rachel. Lofi langsung tertawa terpingkal pingkal melihat hasil fotonya yang sangat tercyduk dengan muka kaget walaupun tersenyum itu. Namun masih terlihat cantik.
"Hehe, peace" ucap Lofi dengan mengacungkan dua jarinya.
"Hmm"
Lofi mengerinyit bingung, "Apa kau marah?"
"Apa kau pernah melihat ku marah? Tidak kakak ku yang manja, aku tidak marah" jawab Rachel sembari mencubit pipi Lofi gemas.
"Haah, syukur lah kalau begitu, tapi tidak dengan mencubit pipi ku juga kali"
"Kau kira aku akan memaafkan mu dengan mudah?" tanya Rachel sambil menaikkan alisnya sebelah.
Lofi hanya mendengus sebal sembari melipat tangannya, "Oke, apa yang kau inginkan dari ku?"
Rachel menampilkan smirk smile, "Bayarkan minum ku" jawabnya.
"Hanya itu?" tanya Lofi memastikan. Rachel membalas dengan mengangguk.
"Itu sangat gampang bagiku"
***
"Kau duluan saja, aku akan ke toilet dulu sebentar" ucap Rachel.
"Kau mau apa? Bukannya Make Up mu masih sangat rapi?" tanya Lofi. Rachel pun mendekatkan bibirnya menuju telinga Lodi, ia pun membisikkan sesuatu.
"Memang, tapi aku hanya ingin buang air kecil" jawab Rachel berbisik.
"Hahaha, yasudahlah, aku mungkin akan singgah sebentar ke kelas Saga, bye"
***
Rachel masih berada di dalam bilik toilet, ia masih merapikan rok nya yang sedikit terlipat. Setelah ia berencana membuka pintu bilik, namun diurungkan karena Rachel menangkap suara yang mungkin berasal dari arah wastafel, dari gaya bicaranya ia sangat tau, itu adalah suara adik kelasnya.
"Aku sangat benci dengan dia"
"Dia siapa yang kamu maksud?" tanya temannya.
"Siapa lagi kalo bukan si Alofi sok kecantikan banget, kecentilan banget, mentang mentang model banget dia mah" jawab perempuan misterius itu.
Kesempatan itu tidak ia biarkan begitu saja, ia menyempatkan untuk merekam pembicaraan mereka berdua daria arah luar, dan ia bisa saja nanti melabraknya dan menyerahkan bukti yang ia rekam di handphone nya.
"Kau tau? Ibuku selalu saja menceritakan si centil itu dirumah, dan ibuku selalu ngomong kalo Lofi adalah siswa berprestasi di mata pelajarannya, owh sungguh menyebalkan"
Akhirnya Rachel tau, sosok itu adalah Putri, anak seorang guru matematika kelas 12, yaitu buk Vita. Ternyata sifat anak Buk Vita berbanding terbalik dengan kepribadian ibuk itu sendiri. Buk Vita sosok yang religius dan ramah, namun Putri malah sebaliknya. Dengan berpakaian serba minim dan ketat membuatnya seringkali bolak balik BK dan membuat malu Buk Vita. Namun hal itu tak membuatnya kapok juga.
"Ya aku sependapat dengan mu"
Rachel tak sabar ia ingin mengunyel ngunyel muka si penggosip, dan.....
Brak
"APA YANG KALIAN BICARAKAN!!"
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
RomanceHey suamiku! Jodoh memang tidak ada yang tau ya? Dan aku baru saja menyadari kalo kamu itu jodohku, kak Semua masalah kita hadepin bareng bareng, susah senang bersama. Aku sakit kamu jagain aku, kamu sakit aku gantian asuh kamu sampai sehat Deon, su...