Malam semakin larut, suara bising benda beroda empat terdengar bersahut-sahut serta teriakan di antara pengunjung hell klub. Itu bukan namanya, tapi Sakura yang menjulukinya sewaktu pertama kali Ino membawanya dan mengenalkannya apa itu 'Kesenangan yang sesungguhnya.'
Untuk ukuran wanita suram seperti dirinya, pada awalnya. Semua itu tidaklah buruk. Tidaklah menganggunya. Justru dia berpikir 'Selama ini aku kemana saja?' Di kota seluas New York dan hanya merenungkan sesuatu yang tidak berdasar.
Ino wanita gila, sebelum bertemu dengannya dan sekarang kegilaan wanita itu sudah berada di tahap terakhir. Menyedihkannya, Sakura pun ikut terlarut bersama wanita gila itu dan turut andil menjadikan seluruh kaum hawa berubah seperti mereka berdua.
Senyum konyolnya timbul, seperti yang dia harapkan, Ino memang gila, dan bahkan berani memberikan seluruh miliknya hanya bisa melihat kaum adam menangis dan berlutut seperti saat ini. Seperti yang dia katakan, mereka gila dan jalang.
Jalang dan gila. Tidak jauh berbeda dengan julukan psikopat. Kekehan terdengar dibibir merahnya, berlawanan dengan lagu keras dan sensual yang sedang dimainkan DJ terkenal Joe.
Seperti ada benang yang menarik tubuhnya, Sakura bangun dari sofa putih bersih di sana dan berjalan menuju panggung kecil yang tingginya melebihi lelaki barat lainnya, membuat mungkin tarian gilanya akan tersorot jelas.
Dia tidak pandai menari, meliukkan tubuhnya seperti wanita penari tiang yang sering dibayar pengusaha penjilat di kota ini, itu dulu. Keahlian itu ternyata sudah terlahir di dalam dirinya, Ino mengumpat betapa cepat dirinya beradaptasi terhadap dunia gelap ini.
Seakan 'Hei! Inilah seharusnya di mana kau berada' Sungguh bukan sesuatu yang bersifat dasar. Mata gelapnya terarah ke depan, kearah pemuda yang bersiul mengoda menikmati tariannya diiringi tepukan yang berkali-kali mereka serukan.
"Sungguh lelaki jalang bodoh." Desisnya menjilat bibir sambil memutar tubuh dan menyentuh ringan perut ratanya berjalan kearah payudara dan leher jenjangnya.
Lelaki itu bodoh tidak jauh bedanya dengan wanita. Mereka manusia sederhana yang hanya berpikir bahwa dengan kesenangan yang mereka dapatkan disini masalah di dunia mereka akan terselesaikan. Sungguh, kaum manusia yang sangat-sangat menyedihkan.
Ini mengingatkan Sakura pada dirinya bertahun-tahun yang lalu.
Pikiran sederhana seperti itu hanya akan membawa malepataka terhadap mereka, sayangnya hampir tiada manusia di klub ini yang repot-repot mau memikirkannya. Sungguh dangkal dan naif melebihi cara berpikir anak kecil yang selalu berteriak 'Aiskrim itu enak'
Karena anak kecil itu terlalu naif, mereka jadi tidak tahu kalau kesenangan yang diberikan kepada mereka hanyalah sebatas formalitas dan kewajiban tanpa ada unsur kasih sayang dan cinta fiksi yang ditulis jurnalis di luar sana. Menyedihkan. Semua manusia di muka bumi ini sangat-sangat menyedihkan.
Sakura memutar matanya, sembari melangkah untuk turun dari lantai dansa menuju temannya Ino Yamanaka. Dia mendecih jengkel, karena getaran di sekitar pinggang rampingnya, tas kecil yang dia ikat disekitar perutnya tempat ponselnya berada.
Tampaknya sosok yang menghubunginya mungkin sudah bosan hidup, dan tidak sadar kejengkelannya saat ini. Sambil mengertakkan giginya, dia menyentuh benda tipis itu dan menempelkannya ke samping kupingnya. "Ada apa?" Desisnya datar berbeda dengan kepribadiannya beberapa menit yang lalu.
"Maaf Nona, tapi paman anda meminta anda agar menemuinya di tempat beliau. Saya minta maaf Nona, tapi beliau akan memecat saya jika saya tidak menghubungi anda malam ini."
Pupil matanya mengecil. "Aku akan menemuinya." Katanya datar dan mematikannya begitu saja.
Ino melihat siluetnya, wanita pirang itu tersenyum konyol seperti biasanya dan menghampirinya. "Ada apa kau tampak tidak senang?" Tanyanya mengerutkan alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptation
FanfictionSasusaku Fanfiction (On Revisi) Primadona? Sakura sebenarnya tidak menyukai gelaran yang diberikan orang-orang untuknya. Tapi bukan berarti dia membencinya. Dia hanya ingin membuktikan bahwa cinta itu tidak pernah wujud di muka bumi ini. Bahwa cint...