[4]-Bertemu

1.4K 192 0
                                    

(Namakamu) masih marah karena Aldi menutup teleponnya begitu saja. Pikiran perempuan itu melalang buana kesana kemari.

(Namakamu) bahkan nampak biasa saja saat Pak Kiki datang ke ruangannya dengan gerumusuh. Pak kiki tidak begitu menyeramkan daripada kejadian aneh yang baru-baru ini (Namakamu) alami.

"Hei (Namakamu)! Kenapa kamu merusak kesepakatan kita, hm?!" Pak Kiki berkacak pinggang sambil menggulung lengan jas dokternya hingga ke siku.

(Namakamu) melirik Pak Kiki sekilas.

"Saya tahu Ayah kamu sangat mencintai kamu. Tapi ... ayolah! Kamu merusak adegan favorit saya! Adegan Iqbaal yang berambisi mencari si pembunuh!"

"Pak tolong-"

"Ayah kamu bahkan menjadikan kamu sebagai tokoh baru ... ck! dan apa ini?!" Pak Kiki tiba-tiba menggeser layar komputer yang sejak tadi (Namakamu) gunakan untuk melihat komik Ayahnya.

Ok. (Namakamu) lupa me-logout komputer itu.

"Spesialis jantung dari Daisy hospital? Bah! Ayah kamu terlalu berlebihan."

"Pak, bisa tidak kalau-"

"Saya sangat tidak rela, kalau dokter yang tidak berpengalaman seperti kamu menyelamatkan Iqbaal."

"Sekarang juga Bapak ke luar!" (Namakamu) kehabisan kesabaran. Dia sedang pusing. Pak Kiki terus mengeluarkan khotbah yang panjang. Menambah intensitas kepusingan yang (Namakamu) rasakan.

"Kamu barusan mengusir saya?"

"Saya nggak mau dengar ocehan Bapak. Tolong keluar ya, Pak."

"(Namakamu), kamu tahu kamu sedang berbicara dengan siapa?" Pak Kiki menunjuk dirinya sendiri. Berniat mengingatkan (Namakamu), kalau dia adalah atasannya.

"Saya tahu, Pak. Tapi maaf. Saya lagi pengin sendiri!" Tanpa berpikir puluhan kali, (Namakamu) memutar tubuh Pak Kiki dan mendorong sekuat tenaga agar Pak Kiki ke luar dari ruangan ini.

"(Namakamu)! Wah, (Namakamu)! Kamu nggak bisa melakukan ini sama saya!"

BRAK!

Pintu ditutup oleh (Namakamu). Di kunci dalam satu kali putaran. Membuat Pak Kiki tidak bisa masuk lagi ke dalam selain menggeram karena kesal dan meneriaki nama (Namakamu) dari luar.

***

(Namakamu) pulang di sore hari, di luar sedang hujan deras. Mama dan Bibinya sedang berkumpul di ruang makan. Sudah dua kali Mama memanggilnya, menyuruh (Namakamu) untuk makan. (Namakamu) hanya menyahut, 'Iya, Ma!' tapi tak kunjung ke luar dari kamarnya.

(Namakamu) dalam kondisi yang berantakkan. Melebihi episode Spongebob yang isi otaknya terbakar. Dia mengigiti ponsel, melihat ke langit-langit kamar, lalu ke luar jendela yang menampakkan rintikkan air hujan. (Namakamu) terus melakukan hal itu sampai dia tidak tahan untuk menelepon Aldi lagi. (Namakamu) harap, Aldi mengangkat teleponnya.

"Hallo, (Namakamu)? Kenapa?"

"Aldi!!!"

"Lo ganggu gue tahu, gue mau makan mie."

"Aldi jangan makan mie dulu, dengerin gue!" (Namakamu) menegakkan tubuhnya.

"Gue lapar."

"Okay, sambil makan."

Tidak apa-apa, (Namakamu) merasa lebih tenang kalau Aldi mau mendengarkan.

"Gue ngerasa ... ngerasa kayak buronan yang dicari Iqbaal Ald! Lo tahu, kan? Di episode-"

"Itu lagi?" sela Aldi, di seberang sana.

Bahu (Namakamu) merosot. "Ya, ya dengerin dulu! Lo penasaran kan gimana Ayah gue bisa keluar? Mungkin Ayah diculik! Ayah juga masuk ke dunia komik kayak gue!"

W [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang