[13]-Terungkap

942 126 1
                                    

(Namakamu) meninggalkan meja yang sudah dipesan Salsha. Dia tidak bisa lebih lama di tempat ini. (Namakamu) harus menemukan jalan keluar. Selagi berlari melewati ruang dapur, (Namakamu) mencoba menghubungi nomor Iqbaal.

“Lo mau bilang cinta sama gue lagi, (Namakamu)?” Suara Iqbaal menyahut di balik sambungan yang sudah diangkat.

(Namakamu) menambah laju kakinya. Berteriak panik. “Gimana ini? polisi kayaknya mau nangkap gue Baal!”

“Polisi? Kenapa?”

(Namakamu) menoleh ke belakang. “Salsha,” katanya sambil berusaha menghindari tabrakkan dari orang-orang.

Iqbaal membelalakkan matanya. Memijat pelipisnya pelan.

“Gue harus lari ke mana?” (Namakamu) menuruni anak tangga. Di belakangnya, segerombolan polisi mencoba mengejar langkah (Namakamu).

“Lo nggak boleh ditangkap polisi. Sekarang lo ada di mana (Namakamu)?”

“Gue lagi nurunin anak tangga.” (Namakamu) mendongak ke atas. Pada bunyi tapak kaki yang gerumusuh dan terdengar mendekat.

“Dia di sini!”

Iqbaal mendengar suara orang lain dan napas terengah (Namakamu) yang ketara. “Tenang (Namakamu), lo harus sembunyi di suatu tempat untuk ulur waktu, ok? Gue cari solusinya.”

(Namakamu) membuka knop pintu yang menghantarkannya pada lorong kamar hotel. Dia terus berjalan lurus. “Gue ada di lantai 28.”

“Gue bakal telepon lo lagi.”

Setelah Iqbaal berkata demikian, sambungan terputus.

***

Iqbaal mematikan ponsel dengan rahang yang mulai mengeras. Dia mencari kontak bodyguard-nya di buku telepon.

“Ada apa?” Arbani yang duduk di sebelah Iqbaal terlihat kebingungan.

“Bukannya saya menyuruh Anda untuk menjaganya?!” Iqbaal memaki. Mengabaikan pertanyaan Arbani.

“Nona Salsha bilang, itu pesan dari Anda.”

Iqbaal menggeram marah. “Pergi ke lantai 28. Dia bersembunyi di suatu tempat. Bantu dia.”

“Baik Pak.”

Iqbaal menaruh ponselnya di atas dashboard pesawat. Masih dengan wajah yang tertekuk.

***

“ITU DIA!!!”

(Namakamu) terperanjat kaget melihat banyaknya polisi yang berseteru dengan bodyguard Iqbaal. Dia segera berlari sekencang mungkin untuk kabur.

“Hhhh ....”

“Nona (NAMAKAMU)!”

Langkah cepat (Namakamu) terhenti, berkat panggilan seseorang yang dia kenali.

(Namakamu) memilih jalan berbelok, mengikuti bodyguard kepercayaan Iqbaal yang meninggalkannya di resto.

“Saya menggunakan kamar 2816.”

(Namakamu) melihat pintu kamar dibuka, dia juga mendapat lambaian tangan dari bodyguard tersebut. (Namakamu) mempercepat langkahnya.

“HEI!!!”

Tiga polisi di belakang (Namakamu) mengambil jalan yang sama.

(Namakamu) buntu. Kehabisan cara untuk melarikan diri. Dia teringat ponsel dalam genggamannya, ada banyak panggilan yang dia lakukan dengan Iqbaal. (Namakamu) tidak mau menambah masalah, jadi saat berusaha melarikan diri dia segera melempar ponsel itu ke dalam kamar hotel yang pintunya sudah terbuka.

W [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang