Seperti minggu-minggu sebelumnya, minggu ini pun Fathan selalu menghitung hari kepulangan ayahnya. Meski belum bersekolah, tetapi bocah yang satu ini telah mengenal nama-nama hari dalam satu minggu. Dan yang paling diingatnya adalah hari Jumat. Karena setiap Jumat malam ayahnya akan pulang ke rumah dari luar kota.
Jumat kali ini, juga sama. Sore hari, Fathan telah mengajak adiknya mandi dan berganti pakaian. Lalu seperti biasa, mereka akan duduk di ruang keluarga menonton televisi seraya menunggu kedatangan sang ayah. Sebelum magrib biasanya sang ayah tercinta telah sampai di rumah.
Kinara hanya dapat tersenyum perih melihat keceriaan kedua anaknya. Fathan begitu dekat dengan ayahnya. Melihat kenyataan seperti ini membuat Kinara semakin bingung untuk menentukan sikap. Apa yang akan terjadi dengan kedua buah hatinya, jika ia memilih berpisah. Tetapi untuk tetap melanjutkan pernikahannya dengan Arkan, Kinara rasanya juga tidak sanggup. Bayangan perselingkuhan laki-laki itu dengan asisten rumah tangga mereka hampir setiap saat berkelebat di benak Kinara. Suaminya berselingkuh di depan matanya sendiri. di rumah mereka, di saat ia juga berada di sana. Adakah yang lebih kejam dari yang telah dilakukan laki-laki itu?
Sampai saat ini, Kinara masih belum sanggup untuk masuk ke kamar tamu. Berbagai bayangan buruk selalu saja berkelebat setiap ia melewati kamar tersebut.
"Assalammualaikum." Terdengar suara khas yang sedang ditunggu-tunggu oleh Fathan.
"Waalaikumsalam." Fathan berlari kea rah pintu depan diikuti langkah-langkah kecil Afika di belakangnya. Kinara terpaku di tempat duduknya. Dadanya bergemuruh membayangkan akan bertemu dengan laki-laki pengkhianat itu. Padahal biasanya, Kinara juga sama dengan Fathan. Akan berlari dengan suka cita menyambut kedatangan suami tercinta.
"Ayah!" Fathan sudah menghambur memeluk ayahnya. Afika tidak mau kalah. Gadis kecil itu juga mengulurkan tangan pada ayahnya. Dan seperti biasa, Arkan akan menggendong keduanya. Lalu dengan posisi saling bergayutan, mereka bertiga akan berjalan menuju ruang keluarga. Arkan menurunkan keduanya di samping Kinara. Sementara Kinara hanya diam. Tak ada lagi senyuman atau sambutan hangat untuk Arkan.
Arkan mendekat dan seperti biasa mencium kening istrinya. Namun sebelum Arkan berhasil mendaratkan bibirnya di kening Kinara, perempuan itu telah berdiri dari duduknya. Arkan tercekat. Susah payah laki-laki itu meneguk ludahnya yang terasa pahit. Tetapi ajakan Fathan dan Afika mengalihkan sesaat perhatian Arkan. Bertiga mereka main kuda-kudaan. Meski lelah, tetapi Arkan tidak pernah mengabaikan anak-anaknya begitu telah sampai di rumah.
Kinara pergi ke dapur dan membuatkan minuman untuk Arkan. Meski bagaimana pun laki-laki itu masih suaminya. Dan ia masih memiliki tanggung jawab untuk melayaninya. Beberapa saat kemudian, Kinara telah kembali ke ruang keluarga. Arkan terlihar sibuk dengan kedua anaknya. Tanpa suara, Kinara meletakkan cangkir berisi teh panas itu di atas meja. Lalu Kinara pun berlalu menuju tangga.
"Bunda, ayo ikut kami." Suara Fathan menghentikan langkah Kinara yang sudah akan naik tangga.
"Bentar ya Sayang. Bunda ke kamar dulu. Nanti Bunda turun lagi, ya." Kinara berkata lembut pada Fathan.
"Ya, Bunda ...." Fathan terlihat kecewa.
"Bua ... Bua ..." Afika tertatih-tatih menyusul Kinara. Kinara tersenyum dan mengembangkan tangannya pada Afika. Detik berikutnya, Afika telah berada dalam gendongan bundanya. Kinara mencium kedua pipi gembul gadis kecilnya. Lalu Kinara pun menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.
****
Tepat pukul 21.00, Fathan dan Afika akhirnya tertidur. Keduanya kelelahan bermain dengan sang ayah. Kinara telah duduk di sofa ruang keluarga. Beberapa lampu telah ia matikan, sehingga ruangan terlihat sedikit temaram. Kinara merasa, sekarang lah saatnya ia dan Arkan bicara. Arkan yang tahu telah ditunggu oleh istrinya untuk bicara, segera menyusul dan duduk di depan sang istri. Arkan mencoba untuk santai dan tenang.
YOU ARE READING
Cinta Tidak Pernah Salah
RomanceKinara mendapati suaminya, Arkan sedang berdua dengan Imas (ART mereka) di kamar tamu. Alas kasur yang biasanya selalu rapi terlihat acak-acakkan. Terperangah Kinara melihat pemandangan di depannya. Suaminya berdiri di samping tempat tidur dengan wa...