Hey i'm back~
Double post loh krna merasa kalian kena tanggung dgn part awalnya.
Jangan lupa vote sblm baca dan komen stlh baca.Enjoy~~
.
.
.Setelah menempuh perjalanan dari pagi hingga malam, akhirnya Jisoo sampai di gerbang kediaman Lady Jennie; dengan menggunakan mobil yang menjemputnya.
"Kau tidur lagi saja" Jisoo terbangun saat mendengar gerbang di buka. "Kita masih jauh dari rumahnya" ujar supir.
Bagaimana aku bisa tidur kalau jalan yang dilalui seram begini, batin Jisoo seraya memperhatikan sekeliling yang di tumbuhi dengan pohon yang menjulang tinggi bak hutan.
Setelah menempuh hampir 30 menit dari gerbang depan tadi, akhirnya Jisoo sampai di kediaman Lady Jennie dan di sambut oleh kepala pelayan sana.
Jisoo melangkah keluar mobil.
"Senang bertemu dengan anda, nama saya Sooya" ujar Jisoo saat menghadap orang paruh baya di hadapannya.
Mereka pun mulai memasuki mansion mewah yang begitu luas.
"Rumah ini memiliki 3 bangunan... Bangunan bergaya Barat dari arsitektur Inggris dan bangunan bergaya Jepang sebagai bangunan utama. Bahkan di Jepang tidak ada bangunan yang menggabungkan 2 gaya yang berbeda, yang mencerminkan kekaguman Madam kepada Jepang dan Inggris" jelas kepala pelayan ini saat mereka menyusuri bangunan ini, Jisoo hanya terdiam dan melihat sekeliling yang menurutnya begitu mewah dan luas sekali.
"Bangunan ini adalah paviliun, yang direnovasi oleh Madam menjadi perpustakaan... Dan terakhir ini adalah tempat tinggal para pelayan. Sebagai pelayan pribadi Agassi, kau tidak akan tidur disana" kini mereka hampir sampai di kamar Lady Jennie.
"Makanan sisa Agassi, boleh kau habiskan dan teh sisa untuk pembantu dapur. Sabun bekas digunakan untuk para pelayan.. Siapapun yang ketahuan mencuri akan diusir saat itu juga. Aku yakin kau tidak akan melakukannya, Tamako" Kepala pelayan menghentikan langkahnya.
"Ah.. Tamako adalah dirimu. Namamu dalam bahasa Jepang. Kita hidup dengan gaya Jepang disini. Bicaralah dalam bahasa Jepang kepada Tuan dan Nona" Mereka pun melanjutkan langkahnya.
"Panggil aku Sasaki" ujar Kepala Pelayan saat memasuki ruangan Lady Jennie.
"Ya, Nyonya" jawab Jisoo dan ikut memasuki ruangan itu.
"Aku tidak percaya pada pelayan baru.. Jika rumah ini kebakaran, mereka akan pergi membawa naskah-naskah" Jisoo sungguh terperangah dengan ruangan dengan gaya klasik nan mewah; padahal ini hanya ruangan pribadi Lady Jennie.
Jisoo berjalan di belakang Sasaki yang sedari tadi menjelaskan informasi dasar tentang majikanya.
"Rutinitas Agassi sederhana.. Jalan-jalan atau membaca untuk Tuan Besar. Diantara orang-orang kaya lainnya, Tuan sangat menyukai buku. Dan diantara penyuka buku, dialah yang paling kaya" kini mereka menaiki setiap tangga yang menghubungkan antara kamar Jisoo dan Lady Jennie. Jisoo memperhatikan setiap gambar yang terpampang di dinding. Melihat wajah Lady Jennie saat kecil. Menggemaskan, pikirnya.
"Koneksinya dengan pemerintahan kolonial membuatnya bisa menggunakan listrik... Di rumah seperti ini, kau tau apa yang diharapkan dari pelayan sepertimu, bukan?" langkah wanita tua itu terhenti dan berbalik pada Jisoo.
"Jangan panik saat mati lampu" Sasaki kembali melanjutkan perjalanan yang terhenti. Jauh juga ya, batin Jisoo.
Kini mereka benar-benar sampai di kamar yang akan di tempati Jisoo. Saat membuka pintu ruangan itu, Sasaki langsung menyalakan lampu petromak di ruangan itu; satu-satunya penerangan dalam ruangan sempit yang hanya ada 2 pintu dan ruang kosong tak ada apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agassi - Jensoo Ver
RomanceKorea Selatan tahun 1930, pada masa penjajahan Jepang. Kim Jisoo bekerja sebagai pelayan pribadi dari gadis ahli waris berdarah Jepang-Korea, Izumi Ruby Jane atau yang sering disebut Lady Jennie yang di hidup bersama Pamannya yang mengurusnya dari k...