Jennie sudah meninggalkan Jisoo di kamarnya. Jisoo yang merasa bebas bisa berbuat apapun, kini membongkar barang-barang yang ada di dalam lemari maupun laci kamar Lady Jennie. Dari mulai pakaian-pakaian mewah, aksesoris, lalu ia mencobanya. Sampai dia menemukan sebuah tali besar yang disimpan di atas lemari besar.
Waktu telah menunjukan sore, kini saatnya Jisoo menjemput sang majikan di tempat majikannya belajar membaca.
Jisoo menyusuri jalan yang Jennie lewati; saat ia memperhatikan dari dalam jendela kamar. Hari masih hujan, hujan seperti enggan untuk menghentikan lajunya kala itu.
Jisoo berjalan dengan terburu-buru karena ia tidak membawa payung bersamanya.
Saat sampai di sebuah bangunan yang sama luasnya dengan 10 rumah di pemukiman rumahnya, ia langsung membuka alas kaki dan masuk dengan menenteng sepasang sepatunya.
Satu persatu pintu besar dihadapannya dibuka, dan terpampanglah Jennie yang sedang duduk dibawah yang entah sedang melakukan apa, pikir Jisoo. Sementara Pamannya duduk di atas kursi. Tampaknya mereka sangat serius sampai saat Jisoo membuka pintu dan membuat pasangan Paman dan keponakan itu memberika atensinya pada Jisoo yang berada di ambang pintu yang berjarak 20 meter dari posisi Jennie saat ini.
"Pelayan baruku" ujar Jennie seraya menundukan kepalannya pada Pamannya yang sudah menunjukkan amarahnya saat melihat Jisoo membuka pintu ruangan tersebut.
"Ular, awas ularnya!" teriak Tuan Besar saat Jisoo melangkahkan kaki memasuki ruangan itu.
Sontak Jisoo terkejut saat melihat ada seekor ular dihadapannya; padahal itu hanya patung ular saja. Jisoo berteriak dan memundurkan langkahnya agar menjauhi sosok yang menyeramkan menurutnya.
Jennie mendekati tuas yang tak jauh dari jangkauannya, untuk menutup pintu agar Jisoo agar tetap dalam posisinya.
"Kau tidak boleh melewati tempat itu" teriak Jennie dari dalam.
"Sudah ku peringatkan! Ular menandai batas pengetahuan" ujar Tuan Besar yang dapat didengar jelas oleh Jisoo lalu ia mengambil sebuah tablet dari dalam tempat penyimpanan kecilnnya kemudian di tempelkan di lidah hitamnya; begitulah kebiasaan Paman Jennie yang sangat aneh menurut Jennie.
"Kalau begitu aku pamit dulu, Paman" Jennie mulai beranjak dari tempatnya sekarang dan menemui Jisoo di tempatnya; Jisoo masih menunjukan wajah ketakutannya.
Mereka pun mulai keluar dari bangunan itu dan menuju ke kamar Lady Jennie.
"Dia mempunyai kebiasaan menjilati Plume ketika dia berpikir, yang artinya dia adalah seseorang yang bersih" jelas Jennie seolah menjawab pertanyaan yang ada dalam kepala Jisoo.
Jennie berjalan di depan Jisoo yang sedari tadi memegang payung; untuk melindungi Jennie dari hujan namun nyatanya tidak.
"Pelayan macam apa yang memegang payung sepertimu?"
"Eh?" Jisoo heran dengan pertanyaan Jennie, dan baru tersadar kalau sedari tadi Jennie terkena hujan sedangkan dirinya tidak.
Jisoo mengejar Jennie yang berjalan begitu cepat; mencoba menyeimbangi langkahnya.
Sesampainya di kamarnya, Jennie langsung menuju ke kamar mandi; langsung ke wastafel. Merasakan mual dalam perutnya; seperti ingin memuntahkan sesuatu.
"Agassi!" Jisoo menyusul Jennie yang sudah berada di depan wastafelnya yang ingin memuntahkan sesuatu dari mulutnya.
"Buku-buku ni membuatku ingin muntah" Jisoo menepuk lembut punggung Jennie agar bisa muntah dengan lancar. "Mereka membuatku bosan sampai mati" lanjutnya disela kegiatan muntahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agassi - Jensoo Ver
RomanceKorea Selatan tahun 1930, pada masa penjajahan Jepang. Kim Jisoo bekerja sebagai pelayan pribadi dari gadis ahli waris berdarah Jepang-Korea, Izumi Ruby Jane atau yang sering disebut Lady Jennie yang di hidup bersama Pamannya yang mengurusnya dari k...