Gue memutuskan untuk fokus sama ff ini sampe tuntas biar ga terbengkalai macam ff lainnya 😂😂
Jangan lupa vote sblm baca lalu komen kesan kalian stlh membaca.
Happy reading~~
~~~
Hanbin terperangah dengan pemandangan indah yang baru saja keluar dari balik pintu. Wanita yang begitu elegan dan anggun yang begitu menawan; memakai gaun putih panjang dan memamerkan punggung indahnya.
"Mengagumkan!" satu kata yang dapat dilontarkan dari mulut Hanbin; kursi yang terjatuh saat dia berdiri terkaget melihat Jennie yang baru saja datang. "Sangat mengagumkan" Hanbin masih dalam posisi berdirinya memandang Jennie yang masih berdiri di ambang pintu.
Semua orang memperhatikan sikap Hanbin, memandang dengan tatapan jijik terhadap tingkah Hanbin.
Dasar tak tau malu batin Jisoo melihat tingkah Hanbin yang begitu menjijikan di matanya.
Lady Jennie, Tuan Besar dan Pangeran Hanbin kini sudah berada pada tempat duduknya masing-masing; dengan beberapa pelayan di setiap sudut. Suasana di ruang makan begitu tenang, tak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun; mereka sibuk dengan makanan yang tersaji dihadapan masing-masing.
"Malam ini kau sangat cantik sekali, Jennie" ujar Hanbin saat makanannya sudah tak tersisa lagi.
"Terima kasih, Pangeran. Kau juga tampan" jawab Jennie datar; masih dengan kegiatan makannya yang terkesan begitu lambat.
"Kau harus mencicipi wine yang ku bawa ini, Jennie" Hanbin membuka botol wine lalu dituangkan pada gelas Jennie.
Jennie mengambil gelas dihadapannya lalu menyesap wine yang dituangkan untuknya. Sebenarnya Jennie tidak begitu suka minuman seperti itu, namun dia merasa tidak enak kalau harus menolak dihadapan banyak orang.
"Bagaimana? Enak bukan?" Jennie tersenyum; lebih tepatnya senyum yang dipaksakan.
Hanbin lagi-lagi menuangkan wine ke gelas Jennie.
"Aku sudah selesai. Aku akan ke kamarku sekarang" Jennie beranjak dari kursinya dan melangkahkan kakinya ke arah Jisoo berada. "Ayo, Tamako!" ajak Jennie; berlalu dari ruang makan.
***
"Ini gara-gara Pangeran Hanbin yang memaksaku minum wine terus" ucap Jennie saat sampai di kamarnya; wajah yang memerah efek terlalu banyak minum wine.
Jisoo hanya tersenyum melihat tingkah majikannya saat ini yang menurutnya menggemaskan. Lalu Jisoo mendekati Jennie untuk membukakan pakaiannya namun menyanggahnya.
"Kenapa, Agassi?" tanya Jisoo menatap heran karena wajah Jennie kini hanya berjarak 1 inci darinya; Jennie menatap lekat manik hitam dihadapannya.
Jennie dan Jisoo beradu tatap tanpa ada satupun yang mengedipkan matanya.
Kenapa jantungku berdetak sangat kencang sekali? Semoga saja Agassi tidak bisa mendengarnya, batin Jisoo.
Senyum manis terukir dari bibir mungil milik Jennie, lalu ia memundurkan wajahnya.
"Apa kau mau merasakan bagaimana menjadi sepertiku?" tanya Jennie dengan tatapan yang tak lepas dari manik hitam milik Jisoo.
"Eh? Maksud Agassi apa?" Jisoo masih belum mengerti maksud dari Jennie.
"Kau akan berpakaian sama sepertiku" jelas Jennie lalu memilih salah satu pakaian dari lemarinya.
Dengan khidmat, Jennie memilih pakaian dan aksesoris yang akan ia pakaikan pada Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agassi - Jensoo Ver
RomanceKorea Selatan tahun 1930, pada masa penjajahan Jepang. Kim Jisoo bekerja sebagai pelayan pribadi dari gadis ahli waris berdarah Jepang-Korea, Izumi Ruby Jane atau yang sering disebut Lady Jennie yang di hidup bersama Pamannya yang mengurusnya dari k...