Guardian

41 6 0
                                    

Punya sahabat laki-laki berarti punya penjaga? Penjaga dengkulmu!

.

Seperti biasa, pagi hari di hari Senin akan diawali denganku yang berjalan bersama empat pemuda yang tingginya bisa menutupiku dari sinar matahari. Ketika dibalut seragam, mereka hampir terlihat normal, karena mereka tidak akan memintaku membuatkan ramen di rumahku sendiri atau menghabiskan camilan tiga hariku yang berharga. Empat pemuda ini—aku akan memanggilnya pemuda, karena sisi kebinatangan mereka belum muncul—punya nama di sekolah. Keempatnya mengikuti ekskul band, walaupun berbeda grup. Kwangjin dan Seunghyub berada di grup yang sama, sedangkan Hun bersama Jaehyun baru saja direkrut band senior yang kehilangan drummer dan gitaris lamanya awal semester ini. Mereka juga pernah dinobatkan sebagai 'junior paling tampan' saat masa orientasi tahun lalu, itulah kenapa aku selalu menjadi bahan gosipan gadis-gadis di sekolah ini.

"Aku dan Hun hari ini ada latihan. Kau pulang dengan Seunghyub dan Kwangjin saja ya," kata Jaehyun.

"Kami juga ada latihan," balas Kwangjin.

Aku menghela nafas. "Aku bisa pulang sendiri, kali."

"Kau tahu naik bus yang mana?" tanya Hun.

"63?"

"Ngaco!" Seunghyub menjitakku. "36!"

"Ah, tiga puluh enam."

"Aku yakin kau tidak ingat turun dimana juga," kata Hun lagi.

"Ya di halte lah!"

Empat pemuda itu mendengus, langsung berjalan lebih cepat meninggalkanku sendirian di belakang sendirian.

"Tunggu aku!!"

****

"Bagaimana, sudah menemukan 'matahari'-mu?" Yookyung memulai percakapan ketika kami mengambil makan siang bersama.

"Matahari dengkulmu!" aku menciduk satu sendok penuh nasi lagi setelah meletakkan satu sendok sebelumnya.

Yookyung di belakangku menggelengkan kepala, masih saja takjub dengan kegiatanku setiap hari yang mengambil porsi lebih dari para gadis lainnya di sekolah ini.

"Entahlah, tapi, aku masih takjub melihat porsimu."

Aku tertawa kecil, mengingat awal mula aku makan bersama seorang teman 'wanita.'

"Ya Go Yeojin, kau kuat menghabiskannya?"

"Kau tahu 'kan aku pawang hewan?"

"T-tapi—"

"Percaya saja, ini akan habis."

Setelah seluruh lauk sudah aku ambil, aku mengambil salah satu meja yang kosong untuk duduk bersamanya. Sebagai informasi, Yookyung adalah murid baru di kelasku, dan dia otomatis langsung duduk di sampingku—satu-satunya bangku yang kosong. Untungnya dia tidak mengeluh banyak dua bulan ini.

Selama tahun pertama di SMA, aku hanya bisa menghabiskan waktu bersama empat sahabatku, terutama di waktu istirahat—walaupun aku berbeda kelas dari mereka. Para wanita tidak menyukaiku karena aku bisa dekat dengan empat junior tertampan versi kakak kelas, dan para pria tidak suka gadis yang dikelilingi banyak laki-laki. Jadilah aku sendirian, dan empat sobatku itu dengan senang hati mau meluangkan waktunya bersamaku asalkan mereka mendapatkan—

"Minta nasi!"

"Sosis!"

"Waaah, suuup!"

"Daging—" aku langsung menggenggam pergelangan tangan Kim Jaehyun yang bersiap mengambil potongan daging yang susah-susah kudapatkan. "Ambil yang lain, jangan daging."

The Perks of Being A SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang