Pagi ini tak ada yang spesial. Seperti hari-hari biasa, namun dengan gedung sekolah yang berbeda. Andromeda School, sekolah untuk SMP hingga SMA. Aku bersyukur SD tidak termasuk, kalau iya, mungkin tempat ini tidak akan selega sekarang. Gedung SMP dan SMA terpisah, itulah poin plus yang aku suka. Aku sudah sekolah di sini sejak SMP kelas 8.
Pelajaran pertama itu kimia. Banyak teman-teman lamaku yang masuk Andromeda High School juga, jadi aku sudah terbiasa dengan keadaan sekitar. Sesudah istirahat, aku akan menghadapi 2 mata pelajaran yang tidak terlalu kusukai, matematika dan fisika. Hitungan! Uh, kenapa di dunia ini ada hitungan? Di kantin, aku duduk bersama dengan teman-temanku yang lain. Sejujurnya, sejak kepindahan Selly saat kelas 9, aku belum menemukan seseorang yang pantas untuk dijadikan sahabat. Aku menunggu meja sementara yang lain mengambil makanan mereka.
Banyak sekali wajah baru di angkatan sekarang. Banyak anak-anak yang masih terlihat bingung dan canggung. Kalau senior sih, tentunya menganggap dirinya sebagai pemilik dari tempat ini. Kau bisa melihat di berbagai sudut, anak-anak senior menguasai kantin. Bercanda, tertawa, menggoda para anak kelas junior. Ke-empat temanku sedang berjalan kembali menuju meja ini. Jev dan Ann, Tob dan Meg, masing-masing berpasangan, Jev dan Tob adalah anak kembar. Saat mereka duduk, akupun berjalan ke tempat antrian untuk mengambil makanan. Saat berjalan ke sana, aku melihat ada cewek, dengan cardigan oranye sedang memperhatikanku. Apa aku kenal dia, atau dia mengenalku? Yang jelas, kurasa dia anak baru. Maksudnya, tidak sejak SMP sekolah di sini. Sekembalinya aku ke meja, Ann berkomentar, “Paris, jujur deh, kamu harus cari pacar!”
“Iya tuh, masa cuma kau yang belum dapat pacar? Kau ini cantik, Paris, dan banyak yang ingin denganmu.” Meg mendukung Ann.
“Mungkin dia trauma dengan pacar terakhirnya.” ujar Tob.
“Mungkin dia lesbi.” sahut Jev sambil tertawa.
“Jev! Payah kau, dia temanku!” Meg pura-pura marah.
“Hey, bagaimana kalau Jev benar?” Tob mendukung saudara kembarnya itu.
“Enak saja kau bilang Paris lesbi! Jelas-jelas pacar terakhirnya itu cowok!” Ann ikut beragrumen.
“Ya! Kalau Paris lesbi, dia pasti telah memilihku sebagai ceweknya. Aku kan cantik.” Meg tersenyum genit ke arahku.
“Oh Tuhan, jangan-jangan kau yang lesbi.” tuduh Tob pada Meggie.
“Dia bukan hanya lesbi, tapi dua arah. Kau kan sering mencium pipiku!” sahut Ann.
“Itu sih tiap cewek juga suka melakukannya Annie.” Jev memutar matanya.
“Hahaha, sudah hey, kalian ini payah banget. Aku yang dibicarakan, tapi tak ada yang memberi kesempatan padaku untuk berkomentar? Ya ampun, jahat sekali. Dengar ya, aku bukan lesbi, bodoh!” aku melirik Jev dan Tob sambil menjulurkan lidahku.
“Menjawab pertanyaan kalian para cewek aneh, aku belum mau punya pacar lagi. Belum ada yang pas.” lanjutku.
“Memangnya bagaimana kadar pas-nya tipe cowok mu sih?” Meg mencibir.
“Adalah, yang jelas tidak seperti Tob dan Jev.” aku tersenyum jahil.
Dan begitulah, percakapan kami memang konyol setiap harinya. Aku menyantap makananku. Sebenarnya ada seseorang yang cukup kutaksir, anak kelas 11. Tapi, aku sedang tidak memikirkan cowok sih. Seperti halnya temanku yang baru masuk ke kantin, Kim Jong Shin, dia juga santai dalam hal cowok. Kim, begitu dia dipanggil, tersenyum ke arahku, mengambil minum, dan duduk di meja yang biasa dia tempati.
