Mi terbangun di tengah malam karena desakan untuk buang air kecil, jadi dengan mata yang mengantuk, dia berusaha untuk meraba-raba dan mencoba menemukan kamar mandi di rumah ini.
Tapi di rumah yang besar dan asing ini, Mi kesulitan untuk mencari letak kamar mandi. Apalagi semua pintu didesain sama dan menyerupai.
Mi kebingungan tapi karena dia sudah tak tahan lagi, akhirnya Mi nekat untuk mencoba membuka sebuah pintu yang ada di depannya.
Cklek.
Ketika Mi membuka pintu itu, betapa terkejutnya dia, alih-alih menemukan kamar mandi, justru dia masuk ke kamar Mbak Sri. Dan yang membuat Mi merasa bersalah dan ketakutan adalah saat dia masuk ke kamar yang tak terkunci itu, dia melihat Mbak Sri sedang dalam posisi mengangkang dan menggunakan jarinya dan bergerak keluar masuk kedalam lobang yang seharusnya dipakai untuk kencing oleh seorang wanita.
Mbak Sri juga sama terkejutnya ketika melihat Mi masuk ke kamarnya tiba-tiba, dengan spontan, dia langsung membenahi posisi duduknya dan membuang mukanya karena malu dan takut.
Sekalipun Mi lebih udik dan kampungan daripada dirinya, tapi Mbak Sri tahu kalau Mi adalah keponakan Om Tatak. Jadi secara default, Mi bisa dianggap juragannya Mbak Sri juga. Tak kan mungkin Mbak Sri memarahi Mi yang tanpa sengaja masuk ke kamarnya. Sekalipun Mi sengaja masuk kesini, Mbak Sri bisa apa?
“Maaf Mbak, saya mau cari kamar mandi, tapi malah masuk sini, kamar mandinya dimana ya?” tanya Mi dengan muka memerah dan salah tingkah.
“Ehm anu, Mas, saya anter saja ya?” tawar Mbak Sri lalu dia berdiri dan mengantarkan Mi kearah kamar mandi yang ada di belakang kamarnya.
Mbak Sri pura-pura tak tahu saat dia melangkah berdiri dan berjalan tadi, tetesan cairan kewanitaannya jatuh ke lantai, “besok pagi sebelum Bapak dan Ibu bangun, aku pel dulu lantainya,” batin Mbak Sri dalam hati.
Dan malam pertama di rumah Om Tatak, dilalui Mi dengan melihat kelihaian jemari Mbak Sri memuaskan dirinya sendiri.
*****
“Pi, kenapa sih Mi harus ikut tinggal disini?” protes Tante Ita kearah suaminya.
“Kasihan Ma, Mas meninggal, Mbak sekarang kesusahan, dia jadi janda, harus menghidupi kedua anaknya. Dia saudaraku satu-satunya, aku ingin membantu menyiapkan Mi menjadi mandiri dulu supaya nanti dia yang menghidupi Ibu dan Adiknya,” kata Om Tatak memberikan penjelasan.
“Tapi kan nggak harus juga tinggal disini! Bisa kek ngekos atau apa gitu. Nggak masalah kalau kita yang bayarin kosnya dan sekolahnya atau sekalian juga biaya hidupnya. Mama mau kok bayarin semuanya, yang penting dia nggak tinggal disini,” kata Tante Ita.
“Ma, Papi kan sering keluar kota, kalau ada Mi disini, setidaknya kan ada laki-laki yang membantu menjaga di rumah ini. Selama ini Papi selalu kuatir kalau keluar kota,” kata Om Tatak.
“Justru karena itu!!” teriak Tante Ita dalam hati, “kalau ada Mi disini, mana bisa lagi aku arisan brondong sama ibu-ibu komplek!” lanjutnya lagi, masih tetap dalam hati.
“Dikira aku nggak tahu kelakuanmu, Sundal!!” maki Om Tatak dalam hati, “Aku dah tahu lama kelakuanmu, tapi apa mau dikata, aku juga menikahimu karena harta Papamu, bukan karena kamu. Nanti kalau aku sudah punya cukup duit sendiri, aku akan menceraikan perempuan jalang sepertimu. Lalu aku akan menikahi kekasihku,” lanjutnya lagi, masih tetap dalam hati.
“Iya deh iya. Mama sayang Papi,” kata Tante Ita sambil tersenyum manis dan mencium bibir suaminya mesra.
“Papi juga sayang Mama, makasih ya sudah jadi istri yang pengertian buat Papi,” jawab Om Tatak sambil memeluk istrinya mesra.
Mi yang polos tak sadar kalau dirinya ternyata telah tinggal serumah dengan manusia-manusia penuh kepalsuan seperti Om dan Tante-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of Mi (End)
General Fiction21++ Plakkkkkk. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Mi dan membuat anak laki-laki itu kesakitan. Tapi dia hanya merintih dan tak berani membalas. "Jilat kataku!!" bentak seorang wanita berusia 36 tahun yang berdiri di depan Mi tanpa mengenakan se...