Part 05 - Tsania

51.9K 426 16
                                        

"Jadi gimana dong agenda bulanan kita. Kasihan tu Mbak Eki," kata Nindi sambil memonyongkan bibirnya ke arah Eki.

Eki jelas kaget, "kok aku sih?" gumamnya.

Eki memang yang paling pendiam diantara mereka berlima. Jadi di grup emak-emak rempong ini, dia yang sering kena bully, selain suami Ita tentunya.

Mereka berempat lalu tertawa melihat reaksi Eki.

Eki hanya bisa kembali diam dan meminum es teh yang dibuatin sama Mbak Sri di depannya.

"Assalamualaikum,"

Tiba-tiba terdengar suara salam dari pintu depan. Kelima emak-emak rempong itu langsung tertegun. Mungkin bagi mereka, mendengar suara salam atau hal-hal seperti itu adalah hal yang sangat asing.

Justru Eki lah yang pertama kali sadar dan membalas salam itu.

"Waalaikumsalam," jawab Eki.

Mi masuk ke dalam ruang tamu yang berisi kelima tante-tante girang yang kurang perhatian itu dan sedikit terkejut ketika melihat rombongan emak-emak rempong yang ada disana.

"Udah pulang Mi?" tanya Ita memecah suasana canggung.

"Iya Tante," jawab Mi sambil melepas sepatunya dan meletakkan sepatu itu ke rak sepatu di belakang pintu.

Mi sedikit ngerasa aneh dengan kawan-kawan Tantenya dan tatapan mata mereka lalu dengan cepat menundukkan kepalanya dan pamit ke dalam, "saya ke belakang dulu Tante."

Mi langsung menghilang tanpa menunggu jawaban Ita.

Beberapa menit kemudian ruang tamu sedikit hening.

"Sah!!" teriak Wiwik mengagetkan keempat kawannya.

"Sah apaan?" tanya Ita.

Wiwik tertawa kecil dengan nada mesum sambil berbisik, "tu bocah masih perjaka Ta. Gila lu, belum pernah gue ngerasain perjaka," kata Wiwik dengan suara berbisik.

Emak-emak rempong yang lain langsung riuh rendah mendengar komentar Wiwik. Hanya dua orang yang terdiam, Ita dan Eki.

Ita terdiam karena dia tak pernah punya pikiran untuk 'memakan' keponakannya sendiri, sedangkan Eki terdiam karena memang diantara grupnya, dia mungkin yang nggak setuju sama beginian.

"Eh, kira-kira kalau ngomong ya! Itu keponakanku," kata Ita.

"Halah, keponakan sih keponakan, tapi punya kontol juga kan?" sahut si Nindi yang disambut tawa mesum Wiwik dan Sri.

Muka Ita langsung merah padam.

"Ta, serius ni Gue. Please ya Ta? Gue tu dari dulu pengen banget ngerasain perjaka Ta," pinta Wiwik.

"Kalian tu emang sarap ya," sahut Ita, "udah-udah, jangan dibahas lagi!"

Wiwik hanya bisa memonyongkan bibirnya dan bersungut-sungut kepada Ita.

Mereka pun lalu mengganti topik gosipan mereka dan melupakan tentang Mi.

Setelah gengnya pulang, Ita meminta Mbak Sri merapikan ruang tamu dan pecah belah bekas gengnya tadi.

"Si Tsania kok belum pulang juga sih?" gumam Ita.

"Anak gadis kok kelakuan kek gitu," sungut Ita lagi saat membayangkan putri semata wayangnya.

Emang dunia koplak, Ita tak pernah ngaca sama kelakuannya sendiri. Ya jelas dong kelakuan putrinya kek gitu, emaknya aja kek Ita.

Ita pun lalu mendekam di kamarnya sendiri.

Seperti biasa, Mi sedang memakai sarung dan bersiap-siap mau ke Masjid di depan komplek perumahan mereka.

Saat sampai di teras depan, seorang gadis cantik yang masih memakai seragam SMAnya tersenyum ke arah Mi.

"Pak Ustadz mau ke masjid ya?" ledek Tsania.

"Iya Dek," jawab Mi, tak menanggapi nada ejekan dalam kalimat Tsania.

"Tolong dong nanti kalau berdoa minta Tuhan ampuni dosa Tsania sekalian," lanjut si gadis bengal itu.

"InsyaAllah nanti Mi doakan Dek Tsania," jawab Mi sambil berlalu.

Tsania yang ngerasa kalau sindiran dan ejekannya nggak mempan ke Mi cuma menghentakkan kaki dengan kesal ke teras lantai.

"Sok alim!! Kita kan masih remaja, seharusnya umur segini mah, saatnya hepi-hepi. Ntar tobatnya kalau dah tua," sungut Tsania yang tentu saja tak terdengar oleh Mi.

Life of Mi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang