3. Alefinn Bealvard

77 5 0
                                    

 

“Bun, kita beneran pindah lagi ke Indonesia?” tanya seorang laki-lakinya

“Iya, sayang, ‘kan ayah kamu udah di sana sebulan yang lalu.” Ucap Bundanya

“Tapi, kan--,” belum sempat lelaki tadi meneruskan, sudah di interupsi oleh panggilan dari bandara.

“Ayo, kita akan berangkat.”

“Iya” jawab lelaki tadi lesu

**

Alefinn Bealvard, lelaki berusia 17 tahun yang kini duduk dibangku kelas 3SMA. Mempunyai wajah yang—yah.. kalo kata para permpuan yang melihatnya sih.. ‘ganteng maksimal’. Berperawakan jangkung dengan tinggi 180 cm kulit yang tak putih, membuatnya tampak sempurna. Rambut cepak hitam miliknya sangat sempurna, membuat permpuan yang meliriknya langsung memekik girang. Ia ramah, namun juga cuek.

Tepat pukul 18.00, Finn sampai di Indonesia.

“Kita mau kemana bun?” tanyanya

“Kerumah kita lah, Finn” ucap bundanya

“Bunda jangan nipu loh, aku walaupun lama tinggal di Jerman, bukan berarti lupa jalur. Ini sih kayaknya bukan jalan kerumah kita dulu” tanyanya memicingkan matanya kepada bunda tersayangnya tersebut.

Bundanya terkekeh, daya ingat anaknya ini memang tak diragukan lagi, “iya, kita bukan tinggal disana lagi, kita bakal pindah ke dekat rumah sahabat bunda.”

Finn tampak berfikir, setaunya sahabat bundanya ini ya cuma tante Sarah. Berarti ia bakal bertetangga dengan manusia berwajah malaikat kedua setelah bundanya dong?

Finn memang menetap di Jerman selama 4 tahun, dan dia bertemu dengan tante Sarah terakhir kalinya saat ia berumur 13 tahun ketika tante Sarah mengantarnya sekeluarga berangkat ke Jerman dikarenakan Ayahnya harus menangani perusahaannya yang disana.

“Rumahnya tante Sarah?” ucap Finn saat kembali dari lamunannya.

Bundanya mengangguk, “Gotcha!

**

Ia kini telah berada di sebuah rumah lumayan mewah dengan model minimalis, langsung saja ia menuju kamarnya—yang  sebelumnya sudah diberitahu oleh bundanya— berada diatas.

Langsung saja ia menghempaskan diri diatas kasur king size yang kini jadi miliknya.

Ketika hendak memejamkan matanya, suara dari lantai bawah mengintrupsi kegiatannya,

“Finn! Jangan tidur, kamu mandi dulu” ucap Bundanya

Finn sedikit menghela nafas, “hufft, capek.”

Ceklek

Kini ia telah selesai mandi, dengan memakai celana selutut dan kaos polo juga rambut setengah basah, menaikan kadar ketampanan yang dimilikinya.

Tiba-tiba Finn mengernyitkan alisnya menyasari adanya gorden tertutup, ia penasaran dan langsung menyibakan gorden itu agar menyamping. Ternyata terdapat balkon yang lumayan besar, muat untuk 5 orang. Dapat dilihat, seorang lelaki tengah memetik gitar diatas sofa single yang berada di paling depan balkon, juga terdapat perempuan yang sedang nyemil keripik kentang sambil mengutak-atik ponselnya, tengah berselonjor ria diatas sofa panjang. Wajah mereka tak terlihat jelas karena malam dan lampu balkon mereka mati.

Finn sedikit iri, ia sendirian. Sementara pemandangan itu menunjukan adik-kakak yang akur. Tapi segera ia tepis pikirannya itu, melihat sang perempuan dengan santainya merebut gitar si lelaki dan menggetoknya kekepala si lelaki tersebut. Ia meringis, ternyata tidak se-akur kelihatannya. Yang ia lihat, si lelaki itu meringis memegangi kepalanya saat digetok oleh si perempuan. Ia tertawa. Dan menyudahi kegiatan mengintip orang, segeralah ia beranjak makan malam karena bundanya yang dengan sabar memanggil dia untuk makan malam.

**

Hari ini adalah Minggu pagi, dulu di Jerman ia biasa jogging dengan teman-temannya mengelilingi kompleks. Namun karena kelelahan dan juga ia belum mengenal siapapun, maka ia memutuskan untuk tidur kembali.

Sebelum ia kembali menggulung diri dibalik selimut, ia mendengar bunyi bel dari lantai bawah, ia menerka-nerka siapa yang bertamu pagi-pagi kesini. Ia pun segera beranjak, dugaanya benar, ayahnya berangkat ke kantor, dan bundanya sedang masak didapur yang mengharuskan dirinya membukakan pintu.

Ketika pintu terbuka, munculah sosok perempuan yang membawa tempat makan dengan pakaian simple, kaos kebesaran berwarna  peach dengan celana tidur berwarna abu-abu, dan.. rambut yang sedikit berantakan. Perempuan tadi menyengir lebar, “Cari siapa?” tanya Finn sedikit malas karena Minggu paginya terganggu.

Perempuan tadi mengangkat sebelah alisnya, menilai dari atas sampai bawah lelaki yang dihadapannya seperti meledek, sesekali ia menggaruk dagu dan mengetukkan telunjuknya pada pangkal rahangnya. Seketika ia berlari memasuki rumah yang didepannya.

Finn yang kaget rumahnya dimasuki orang aneh langsung mengejar si perempuan tadi. Ketika sampai didapur ia melihat si perempuan memeluk bundanya.

“Dateng-dateng main peluk-peluk bunda gue, cewek sinting” gumamnya datar yang cukup terdengar, dan langsung mendapatkan bogeman ringan diatas perutnya oleh perempuan tadi.

“Tan, izin ya. Hehe” ucapnya diakhiri cengiran lebar.

“Oiya, aku kemaren dikasih tau bunda kalo tante balik dari Jerman, mangnya tante gabetah di Jerman?” tanya perempuan tadi. Bunda Finn hanya menggeleng, dijelaskannya mengapa ia pindah kesini. Finn yang mendengar itu langsung saja duduk dimeja makan dan memakan selapis roti berisi selai cokelat.

“Oiya tan, aku mau tanya. Tadi kan Alena kesini, disuruh mama nganterin kue kerumah sahabatnya, yaitu tante. Cuma aku bingung, loh. Tante namanya siapa ya?” tanya perempuan yang diketahui si Alena itu.

Finn yang mendengar itu langsung tersedak roti, dan segera meminum air.

“Dih, gatau apa-apa main sih tadi asal meluk bunda gue, udah gitu nendang kaki lagi” Finn mendelik kearah Alena. Bundanya hanya menggelengkan kepala.

“Tante Kenia, kamu dulu sering manggil tante, tante Kenny. Inget gak?”

Alena tampak berfikir sambil mengetuk-ngetukan telunjuk didagunya.

“Kelamaan mikir, otak lo lemot kali” sergah Finn

“Apaan sih lo, ikut-ikutan aja!. Hmm tan, aku lupa. Hehe” Alena cengengesan sendiri.

‘Idih, ini cewek apa macan garong?’ pikir Finn

“Yaudah, deh, tan. Aku pulang dulu, mau makaaaaaaan. Assalamu‘alaikum.” Ucap Alena menyalimi Tante Kenny dan beranjak keluar. Sebelumnya, ia mengadakan ritual ketika menemui cowok rese, menginjak kaki. Ia pun melakukan hal yang sama pada Finn, segera Finn meringis “Arrgh, sakit bocah!”

“Manggil gue bocah, melayang tuh badan lo ke Zimbabwe” sahut Alena yang masih terdengar.

“Bun, dia siapa sih? Ko asal masuk?” tanya Finn penasaran

“Kamu gak kenal dia?” tanya bundanya

“Ketemu aja baru tadi.”

“Anaknya tante Sarah, kayaknya waktu itu kamu bunda suruh main sama anaknya Tante Sarah pas mereka main ke rumah deh?”

“Gapernah main sama anaknya tuh. Bunda lupa kali, orang aku aja kerumah tante Sarah Cuma pas mau berangkat ke Jerman”

Bundanya tampak berfikir, faktor umur, mungkin sudah lupa.

 “Yaudah, mandi gih. Malu sama Alen, dia aja perempuan udah seger tuh” titah Bundanya kepada Finn

“Tapi tetep aja, dia belom mandi, bun.” Hampir saja ia memutar matanya mengingat didepan ini adalah bunda tersayangnya.

AleaFinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang