2

3.2K 394 82
                                    

REVERSED
Chapter 2 – Grumpy Cupcake

REVERSEDChapter 2 – Grumpy Cupcake

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue nggak pernah mimpi jadi artis. Dulu gue seperti bocah laki pada umumnya. Pengen jadi pilot, polisi, dan tentara. Gedean dikit.. Pengen punya perusahaan kontraktor. Keren aja kalau gue bisa bangun jalan, bantu pemerintah buat memajukan infrastruktur. Jaman gue kecil, jalan tol cuman ada di kota-kota besar. Akses jalan untuk ke pelosok Indonesia masih terbatas.

Bukan cuman itu, gue juga pengen bantuin banyak orang. Pas gue SMA, gue sering ikut temen-temen gue untuk bakti sosial atau mengajar membaca untuk anak-anak kurang mampu. Cita-cita gue itu bikin suatu rumah yang bisa anak-anak yang kurang mampu gunakan untuk belajar dan bermain. Biar mereka tumbuh dan jadi orang yang bermanfaat bagi sekelilingnya dan juga negaranya.

Sebelum cita-cita itu tercapai, gue iseng nerima tawaran iklan salah satu merk sirup terkenal untuk iklan menyambut puasa. Dari situlah gue mulai ditawarin main film dan sinetron. Salah satunya adalah film Expectation yang membuat gue memborong dua piala Citra dan satu piala Indonesia Movie Actors Awards, serta banyak menang awards lainnya.

Kemudian gue berubah, dari gue mau bantu banyak orang dari bangun jalan dan benerin infrastruktur jadi gue yang mau menghibur dengan film yang berkualitas dan mendidik.

Menjadi aktor di Indonesia bukanlah suatu hal yang mudah. Mudah, kalau lo cuman mau tenarnya aja. Sulit, kalau lo punya ambisi yang kuat untuk memajukan sektor film dan hiburan di Indonesia.

Industri film Indonesia masih dipandang sebelah mata. Yang jelas, lebih banyak yang nonton film barat dibanding lokal. Padahal nggak sedikit film Indonesia yang bagus.

Struggles-nya cuman dua, kendala biaya dan kreativitas. Udah itu aja. Kalau ada produser yang mau jor-joran atau mau all-out, semua crew juga nggak males. Seenggaknya di Asia, Indonesia di nomor satu.

Alasan gue main film karena gue nggak suka main sinetron. Kalau sinetron, season 1 yang ratusan episode kelar, tidur makin bala, abis itu perpanjang kontrak. Tau-tau nasib gue kayak Tersanjung tahun 90-an dan Cinta Fitri di tahun 2000-an. Dulu gue main sih FTV dan sinetron, setelah dapet film, nggak lagi.

Udah gitu lawan main gue juga artis-artis panjat sosial. Yang asalnya dari desa mana, pansos gara-gara video di akun gosip, terus dipakai di stasiun TV mana-mana. Penipu diundang terus ke TV, ada lagi pacar settingan artis yang nampang di berita gosip.

Prestasi nol, sensasi maksimal.

Prinsip hidup gue jelas nggak gitu. Mungkin uang bisa banyak, tapi harga diri? Nama baik keluarga gue? Nama baik gue sendiri? Tercoreng.

Prestasi maksimal, sensasi minimal.

Incoming Call
Reifan Wicaksono

"Selamat pagi, Bapak."

"Pagi, Aby. Sudah di Jakarta belum kamu? Bapak lihat di infotainment, kamu habis dari New York untuk syuting. Boleh Bapak bertemu kamu?"

Gue menjawab dengan sopan, "Boleh, Pak. Bapak mau ketemu dimana? Di rumah?"

ReversedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang