20 • Aku Mencintaimu

3.6K 480 70
                                    

Boleh jadi sang surya menyeringai. Di penghujung hari yang hangat, ia menyinari tanah Miyagi menunggu waktu bergilir jaga dnegan sang dewi malam.

Menjelang gelap taman bermain masih ramai walau tidak seramai saat siang. Keduanya menghabiskan waktu bersama dalam genggaman yang entah sejak kapan dimulainya.

Berlari ke sana ke mari, makan ini dan itu, minum minuman yang menyegarkan, tak terasa kesenangan itu membunuh waktu secepat angin.

"Tobio, aku mau ke kamar mandi dulu, tolong tunggu di sini, ya!" Mendengar itu, Kageyama mengangguk paham. Gadis itu segera ke kamar mandi dan menyelesaikan urusannya secepat mungkin.

Tidak sampai lima menit, (y/n) sudah berlari kembali ke araha Kageyama, dengan sebuah perubahan.

"Ka—kau..." ucap Kageyama terbata-bata.

(y/n) berusaha keras memberikan senyum terbaiknya. "Aku merasa agak gerah, jadi aku menguncir rambutku. Aku tidak peduli mau kau bilang pelayan atau apa, ini cuma biar aku tidak kegerahan!" Sisi tsundere (y/n) keluar. Sisi yang hanya keluar di depan Kageyama.

Pergerakan yang tiba-tiba. Tapakan kakinya menghapus jarak antara keduanya. Wajah (y/n) sepenuhnya berada dalam bayangan Kageyama.

"Eh, Tobio?" panggil (y/n) bingung.

Kageyama hanya diam sebelum akhirnya dia meraih tangan (y/n), membawa gadis itu kembali mengelilingi taman bermain.

'Entah kenapa aku tidak ingin ada satupun yang melihatnya begitu... Lama-lama gila juga!' rutuk Kageyama dalam hati.

"Tobio, daritadi aku tidak melihat Meiko, Erina, dan Haruka. Apa mereka baik-baik saja?" panggilnya sambil mendongak khawatir.

"Telpon saja." Tanpa menoleh dia bicara.

(y/n) menunduk. "Baterai ponselku habis. Aku keasikan foto dari siang."

"Punyaku juga," sahut datar Kageyama yang membuat (Y/n) jengkel.

"Mou! Aku kira kau berniat membantuku! Aku sangat khawatir pada mereka, tahu!" (y/n) memberontak dari gandengan Kageyama hingga tautan tangan mereka terlepas. "Lantas kau tidak mencari teman-temanmu? Dan—dan malah asik jalan bersamaku."

Dengan sigap Kageyama meraih salah satu tangan (Y/n). "Mereka itu laki-laki, sudah pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Jika baterai ponselku masih tersisa aku juga akan menghubungi mereka, sayangnya bateraiku habis."

"Keputusanku untuk tetap bersamamu, karena aku sudah bilang kan? Aku akan melindungimu. Dan... Tentang teman-temanmu, kau hanya harus percaya pada mereka, kalau mereka akan baik-baik saja." Kageyama beralih menatap manik (Y/n). Tatapan yang biasa dia berikan pada (Y/n), tajam nan meluluhkan.

C H E C K M A T E ! Titik kelemahan (Y/n) adalah ketika lelaki di depannya mulai bersemu namun tetap menatapnya intens.

"N—ne, Tobi—" kata-kata (y/n) dipotong sepihak oleh Kageyama.

"Sebentar lagi sunsetnya dimulai. Ayo, aku tahu tempat terbaik. Di sana kita bisa melakukan dua hal sekaligus." Penjelasan Kageyama membuat (Y/n) mendongak bingung.

"Bianglala," konfirmasi Kageyama.

Tanpa menunggu penolakan ataupun kesediaan, Kageyama menarik tangan (Y/n) untuk mulai mengantri di antrian bianglala. Karena apapun jawaban (y/n), Kageyama hanya akan menerima kata "YA". Lima menit kemudian mereka sudah menempati salah satu gerbongnya.

Gerbong yang mereka tumpangi sudah bergerak dengan perlahan. Pemandangan taman bermain begitu gemerlap di ketinggian itu. (Y/n) tak henti melongokan kepala di jendel dan tersenyum gembira.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang