"Hoam~" suara lanturan yang terdengar dari meja makan membuat gadis itu menoleh asal.
"Sabarlah, makan malamnya akan segera matang."
"Haku bhizaa phulang dan mhaagan di rhuumahh..." Kantuknya masih menggantung di mata Kageyama. Namun dengan segera kesadarannya tekumpul kala rintikan air di luar sana terdengar.
(y/n) hanya memutar bola matanya dan segera membawa nasi kari yang sudah dia siapkan untuk sang tamu.
"Makanlah, maaf karena tidak punya makanan mahal untuk 'Raja'."
Kageyama menatap (y/n) tajam. "Aku sering memperingatimu, (l/n)-san. Masih ingin diulang?"
"Raja, itu bukan sebutan yang jelek, kan? Yah aku juga bukan siapa-siapa juga yang bisa memutuskan arti di balik 'ousama' yang sebenarnya. Kenapa kau begitu tidak menyukainya?"
Kageyama tak kunjung membuka mulutnya untuk bicara maupun makan. Tangannya hanya sibuk memainkan makanan di hadapannya. "Raja itu apa, menurutmu?"
(y/n) melirik Kageyama, lantas menjawabnya singkat. "Orang berwibawa, berkuasa, bijak, dan semua yang dia lakukan adalah mutlak."
Secarik senyum sinis tercipta di wajah lelaki itu. Entah dari mana datangnya nafsu makan Kageyama yang besar, sepiring nasi kare langsung ludes sementara (y/n) terperangah melihatnya.
"Gochisousama deshita," ujar Kageyama sambil berdiri dan membungkuk. "Aku akan pulang sekarang."
"Sekarang masih hujan, Kageyama! Tadi—tadi kau pingsan, aku tidak mau ambil resiko kau pingsan di jalan!"
Kageyama menoleh bingung. "Benarkah?"
Wajah (y/n) memerah seutuhnya, dia hanya mengangguk sekaligus menunduk dalam.
Hujan yang tiba-tiba turun, listrik yang tiba-tiba padam. Dan seorang lelaki yang tiba-tiba mengkabedon seseorang dalam pelukannya.
Tak ada yang mengganggu. Tak ada siapapun selain mereka berdua.
'Matilah aku.' Kini ekspresinya tak dapat didiskripsikan. Wajahnya teramat dekat dengan seorang lelaki yang baru dikenalnya beberapa hari lalu. Gila. Aneh. Tapi dia ....
Tidak membencinya.
Tiba-tiba tubuh orang yang menindih tubuhnya bergerak, berangsur duduk bersila di lantai. Mau tidak mau, gadis di bawahnya terbangun dari imajinasi yang dia ciptakan.
Kageyama memutar sendi pelurunya. "Sepertinya aku sudah baik-baik saja untuk pulang."
(Y/n) menunduk, lagi. Kali ini bukan untuk menyembunyikan wajah merahnya, tapi untuk menyembunyikan wajah kecewanya. "K—Kau bisa di sini lebih lama jika kau ingin. Tidak ada yang melarang."
'Apa yang aku katakan!? Memalukan! Sudah ketahuan jelas niatku!' gadis itu tidak habis menngutuk dirinya sendiri.
Hingga dia tak menyadari langkah kaki yang mendekat, sampai telapak tangan besar lelaki itu mengelus pelan kepalanya. "Mungkin ini berkat nasi karemu, aku punya tenaga lebih untuk pulang. Arigatou, (l/n)-san."
Manik (e/c) bergetar. Tubuhnya melejit menghilang di tangga meninggalkan Kageyama yang masih terpaku melihatnya.
(y/n) segera ke sudut ruangan, menyambar isi plastik, dan berlari turun tanpa mengurangi kecepatang awalnya.
Kageyama terkejut bukan main. "Ini!" seru (Y/n) dengan penuh tensi. "Susu kedua di hari kedua! Aku beri bonus supaya kau gak pingsan di jalan nanti! Dan lagi sepertinya sudah tidak hujan, pastikan dirimu tidak terpeleset atau semacamnya! Ta—Tapi ini juga payung lipat untuk berjaga-jaga! Bu—bukannya aku perhatian atau sejenisnya, ta—tapi po—pokoknya pulanglah dengan..."
Gadis itu tiba-tiba berhenti bicara. Susu kotak dan payung di tangan juga turun bersama dengan semangatnya, menyadari kebodohannya. "Pulanglah dengan selamat, pastikan besok kau sudah sehat, jadi kau bisa ikut latihan dengan benar."
Kageyama meraih susu kotak dan payung dari tangan (y/n). Dehamannya terdengar amat jelas kala wajah mereka tepat berhadapan.
Lelaki itu masih menanti respon macam apa yang akan dia terima, (y/n) menutup rapat kedua matanya, menahan seluruh getaran akibat genggaman Kageyama yang belum terlepas.
"Kirei," ujar Kageyama tanpa sadar. Kemudian dia memutuskan untuk pulang, masih dengan degupan jantungnya. Raja yang polos kini tengah belajar.
***
(fullname) melangkah kaki di tempat bernama sekolah. Karasuno Koukou. Tempat menimba ilmu, tempat bekerja bagi guru, tempat belajar bagi murid, tempat siswa mengembangkan kemampuannya. Juga, tempat berkumpulnya informasi. Terutama informasi sekelas rumor.
(y/n) masih tidak sadar dengan sekitarnya karena dalam perjalanan hanya ada kejadian kemarin sore yang terngiang dalam kepalanya.
Tentang Kageyama yang tak sengaja memeluknya saat pingsan. Tentang Kageyama yang mengusap kepalanya. Tentang Kageyama yang menggenggam tangannya. Tentang Kageyama yang terasa amat sempurna baginya.
"Mereka bahkan pulang bersama kemarin!"
"Ousama menyandarkan kepala di bahu gadis itu."
"Benarkah itu Ojousama?"
Kurang lebih itulah yang anak-anak katakan tentang (y/n) dan Kageyama. Tapi gadis itu masih saja tidak sadar dan tetap melanjutkan langkahnya.
"Hei, Ojousama. Apa yang kau lakukan bersama Ousama saat sedang mati listrik, hujan, dan berduaan saja?" suara penuh ejekan yang dikenal (y/n) dengan baik, Meiko.
(y/n) menatap nyalang Meiko dari posisinya. "Geh? Jangan katakan itu seolah aku dan Ousama ada hubungan."
"Eh? Bukannya memang begitu?"
"Siapa yang bilang, hah!?" (y/n) tiba-tiba naik darah mendengar pernyataan Meiko. Dia tak marah. Dia berteriak karena... Malu... Mungkin.
"Banyak yang membicarakan kalian di grup LINE angkatan, (y/n)-chan. Tapi kau tidak apa-apa, kan?" suara manja berikutnya ikut terdengar, Erina tampil imut dengan hoodie pinknya.
(y/n) menggeleng cepat. "Sama sekali apa-apa! Aku baru tahu aku jadi bahan gunjingan dari kemarin."
T A P ! T A P ! T A P ! Langkahnya begitu teratur ketika memecah keramaian di sekitarnya. Rambut eboninya tertata biasa, dengan tatapan intimidasi yang biasa.
Tapi ketiga gadis tadi justru sibuk dengan urusan mereka dan tidak memerhatikan keadaan sekitar.
"(l/n)-san," panggilnya saaat mendekat ke lawan bicara. (y/n) menoleh kaget mendengar nama belakangnya dipanggil. "Ini payungmu, ternyata di tengah jalan turun hujan, dan ini sangat membantu. Azasu!"
Kageyama membungkuk sedikit sebagai ucapan terima kasihnya. Tapi ucapan terima kasih itu membuat keadaan semakin menjadi.
"KAGEYAMA PACARAN DENGAN (L/N)! SANG RAJA SUDAH MENEMUKAN RATUNYA!" Entah siapa yang beteriak, tapi yang jelas suaranya begitu kencang hingga mengundang sorakan lain.
Kageyama dan (y/n) saling menatap, mencoba memahami keadaan lewat satu sama lain melalui mata. Dan mereka menyadari satu hal.
Senyum mengerikan tercipta di wajah Kageyama, lelaki yang tak terlihat ingin menyangkal berita barusan, justru dengan santainya dia bersikap.
Di sisi lain si gadis yang gelagapan mencari alasan, dan makin terbawa perasaannya saat melihat sikap sang raja.
Kini mereka menjadi bahan ejekan. Ejekan yang menyenangkan.
•v•.•v•
[190505]
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔
Fiksi Penggemar[C O M P L E T E D] Fanfiction by @alyhani Main Cast : Kageyama Tobio x (Reader) Kageyama Tobio from Haikyuu Disclaimer to Haruichi Furudate sensei Penggila bola voli dengan senyumnya yang membuat siapapun mengurungkan niatnya untuk mendekat. Senyum...