🌘 Painful But this is Not a Wound

396 68 1
                                    

Felix mengacak rambutnya prustasi. Ia mendudukkan dirinya di depan meja makan dekat dapur bersama satu gelas air putih. Ia meneguk habis air di dalam gelas, ia meremat gelas kaca itu sampai-sampai gelasnya pecah. Beberapa pecahan kaca tertancap pada tangannya. Darahnya menetes ke lantai dan mengalir membuat tangannya memerah karena darah.

Ia berjalan menuju kamarnya, ia merebahkan diri di kasur dengan keadaan darah segar yang masih mengalir dari tangannya. Kepalanya mulai berat. Felix mencoba menahan sakit kepalanya dan membuka matanya. Tapi sakit kepalanya makin parah dan pengelihatannya mulai berkunang-kunang. Tak berapa lama, ia menutup matanya tanpa sadar.

Disisi lain tempat kamu berada.

Kamu mulai berjalan meninggalkan sebuah rumah, "Kak, aku pergi ya?"

"Kamu itu keras kepala. Kamu itu juga belum sembuh total Yn," ucapnya penuh penekanan.

"Aku kan kuat kak. Aku udah sembuh," ucap kamu meyakinkannya.

"Jangan ceroboh, ya sudah pergi sana," ucap Renjun lalu kamu menganggukinya. Kamu menghilang dari pandangannya dan langsung ke rumah Felix. Kamu merasa bersalah karena menampakkan wujudmu tanpa tau apa akibatnya. Kamu sekarang berada di dapur.

Kamu melihat bercak darah dan pecahan gelas. Kamu langsung khawatir takut terjadi sesuatu pada Felix. Kamu berlari menuju kamar Felix dan menembus pintunya. Disana kamu lihat wajah Felix yang pucat terbaring di pinggiran kasur. Kamu menghampirinya, kamu melihat sprei Felix yang basah karena darah. Kamu mulai mengambil tangan Felix pelan.

Kamu mencabut beberapa pecahan kaca yang tertancap di tangan Felix. Kamu meringis sendiri saat benda tajam itu tercabut. Setelah selesai, kamu mulai mencari kotak P3K tapi malah tidak ada. Kamu putuskan untuk berlari cepat ke bawah dan menembus kamar orang tua Felix. Mengambil cepat kotak P3K. Mungkin kalau ada orang, rumah ini sangat horror. Karena kotak P3K melayang sendiri.

Kamu mulai membuka cepat kotak itu dan mencari perban juga obat pembersih luka. Kamu dengan telaten membalut luka di tangan Felix dengan perban. Setelah selesai kamu mengembalikan kotak itu dan mulai membersihkan bercak darah juga pecahan kaca yang terserak di lantai.

Kamu melihat jam dinding yang tergantung di dapur milik keluarga Felix. Pukul 15:43.

Kamu mulai membersihkan dapur dan memasak seperti yang diajarkan Renjun padamu. Kamu menggunakan kekuatanmu untuk memegang benda-benda nyata. Itu jelas membuatmu membuang banyak energi, tapi ini demi Felix. Setelah selesai kamu menyiapkan satu piring makanan untuk dibawa ke kamar Felix.

Pukul 16:21.

Kamu memasuki kamar Felix dan melihat dia yang masih terbaring di pinggiran kasur.

Oh, hey, apakah kamu lupa memindahkannya Yn?

Kamu memindahkan tubuh Felix dan menyalakan AC. Kamu mengecek suhu badan Felix, ternyata dia demam. Kamu mulai mengompresnya dengan air dingin. Kamu juga menyeka keringatnya. Kamu sengaja membuka jendela Felix agar tau jika orang tua Felix datang.

Sekarang pukul 17:45. Tapi, orang tua Felix belum juga pulang. Hari semakin gelap. Kamu berusaha untuk tidak membangunkan Felix. Kamu mulai mengganti air kompresan Felix. Saat kamu mengompres Felix untuk kesekian kalinya hari ini akhirnya ia membuka matanya. Kamu tidak tahan untuk tidak tersenyum.

Ia membelalakkan mata saat kamu tersenyum tipis kearahnya. Ia dengan cepat berdiri dan menarikmu ke dekapannya. Ia memelukmu dengan erat, kamu membalas pelukannya. Kamu merasakan suhu panas tubuhnya. Ia menenggelamkan kepalanya di perpotongan lehermu. Kamu mulai merasakan basah disana. Kamu melepaskan pelukanmu tapi tidak dengan Felix. Kamu menatap matanya dalam, matanya yang memerah karena tangisan juga karena efek demamnya. Kamu menghapus jejak air mata di wajah Felix dengan ibu jarimu.

ᴀ ʀ ᴡ ᴀ ʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang