🌘 The Provisions of The Death

345 66 1
                                    

"Jadi? Baliknya 8 jam lagi?" Ucap Felix sedih.

"Ya gitu, kamu kan pundungan juga sih," ucapmu diselingi tawa.

"Dih! Enggak," elaknya.

"Udah deh, nanti kalo gak ada aku, bersihin tuh kamar, jangan kek kapal pecah. Dan ya gitu. Jangan lupa kunjungi aku di rs. Udah tau kan?" Ucapmu panjang lebar yang hanya diangguki oleh Felix.

"Gak berangkat sekarang?" Ucap Felix yang mengalihkan atensimu.

"Oh iya lix, kamu punya buku yang sampulnya hitam itu kan?" Tanya kamu yang diangguki oleh Felix.

"Oh," ucapmu.

"Kenapa?" Kamu hanya menggeleng lalu berdiri dari dudukmu.

"Gimana kalau kita jalan aja?"

"Emang kemana? Kamu kan juga gak keliatan," ucap Felix.

"Gendong lah, pake earphone. Biar kita bisa ngomong," ucapmu ringan sembari tersenyum.

Baiklah, Felix luluh kali ini, "Hm, yaudah."

Kalian berjalan menyusuri jalanan perumahan yang bisa terbilang cukup ramai karena banyak kendaraan bermotor yang berlalu-lalang. Kalian berbicara tentang apa saja.

Entah mengapa, hari ini kamu begitu bahagia. Hanya dengan berjalan berdua bersama Felix, iya Lee Felix yang biasanya.

Kali ini kalian berdua duduk di sebuah kedai kopi pinggir jalan, kamu hanya duduk diam sedangkan Felix juga diam menatapmu. Kamu merasa diperhatikan seseorang. Kamu mulai mengedarkan pandanganmu.

Felix yang memang sedang menatapmu juga ikut melihat di sekeliling. Kamu menemukan seorang pemuda dengan balutan jas hitam rapi menatap ke arahmu sembari tersenyum.

Kamu tertegun, lalu mengalihkan pandangan.

Felix mengangkat kedua alisnya seakan bertanya, "kenapa?"

Kamu hanya menggeleng lalu tersenyum, "gak, eh iya Felix. Udah malem gak pulang nih kamu? Besok aja jengukin aku," ucapmu mencari alibi agar segera bertemu dengan orang berjas di sudut sana.

"Enggak deh, masih mau sama kamu. Apa aku ke rs aja ya? Nemenin kak Youngmin," ucapnya menerka-nerka, kamu hanya mengetuk-ngetukkan jari di meja yang tersedia disana.

Tiba-tiba seseorang menghampiri kalian berdua, seorang gadis cantik dengan gaun berwarna pink baby dan rambut coklat yang tergerai bebas. Kamu tidak mengenal siapa dia. Bahkan dari pandangan Felix, sepertinya ia juga tidak mengenal gadis didepannya ini.

"Mbak, Mas, boleh minta tolong gak?" Kamu tersentak lalu berdiri membuat sang gadis menatapmu yang sedang berdiri.

"Tunggu mbak, gimana kalau duduk dulu," ucap Felix dan gadis itu mengangguk lantas duduk di sampingmu.

"Kamu bisa lihat han- em maksudnya semacam arwah. Kamu bisa lihat gak?" Tanya Felix serius sembari melepas benda kecil yang sedari tadi menyumbat kedua telinganya.

"Iya nih, kok tau?" Tanyanya yang membuatmu jengah, bagaimana bisa seorang anak berbeda bersikap hiperaktif seperti ini.

"Cuih, terus gue ini apa? dugong? Manusia?" Tanyamu sembari menyumpahserapahi gadis yang duduk di sampingmu.

"Hah? Maaf mbak gak ngerti," ucapnya sembari sedikit menaikan satu alisnya.

"Gini deh, kalo lo bisa liat hantu dan semacamnya, coba kasih contoh," ucapmu sembari memutar bola matamu jengah. Bagaimana bisa menemui orang yang tidak bisa membedakan yang mana makhluk yang satu dimensi dengannya dan tidak.

ᴀ ʀ ᴡ ᴀ ʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang