Ch.1 Madam Hopeland

27 4 1
                                    

Kurang lebih 6 bulan aku berada di ruangan gelap tersebut, mendengar banyak sekali perbincangan mereka diluar sana. Sesuai perkiraan ku, bahwa aku sekarang memang dalam sebuah janin. Namun ada satu hal yang membuatku janggal, sebuah dialog yang selalu aku pikirkan.

"Jika anak ini tidak sempurna, maka kita harus memasukkan nya ke Hopeland.."

"Agar dia berguna.."

Ucap seorang laki laki, sepertinya dia adalah ayahku..

"Tetapi... Dia akan..."

Ucap seorang perempuan tersebut, tentu dia sepertinya adalah ibuku.

"Tenang saja ibu... Yang pasti dia akan mati dengan bangga karena akan berkorban demi bangsa dan kerajaan nya.." Ucap ayahku.

Aku sedikit bingung, apa itu Hopeland ? Apakah sebuah pulau ? Apa maksudnya mati dengan bangga ? Apakah mati adalah sebuah kebanggan ?. Jujur mati itu sakit sebenarnya, sebelum aku ke ruangan hitam ini atau janin ini. Aku merasakan sakit yang sangat dahsyat. Gini, jika kau pernah melepas kukumu dengan kuat, kamu cabut itu kuku dengan alat berat. Apakah itu sakit ? Menurutku tidak, karena kematian sakitnya satu juta kali lipat lebih sakit dibanding itu. Apakah mungkin jika aku masuk ke Hopeland, aku bisa menjadi seorang pahlawan ? Seperti di anime anime yang kutonton. Contoh saja, seorang remaja pengangguran yang ditabrak oleh truk. Kemudian dia ke isekai atau dunia lain dan menjadi seorang pahlawan. Paling sial adalah salah satu anime yang dia bertemu dengan dewi sableng, semoga nasibku tidak seperti itu. Suatu hari, aku saat ini masih di dalam janin. Aku sedikit merasa jijik dengan ayahku yang sangat sering berbicara dengan sebuah organ bernama perut. Hey, aku disini gabisa jawab apa apa. Dia juga berharap aku menendang perut ibuku. Apa dia kira perut adalah sebuah bola ?, tapi itu wajar saja setiap ayah berharap anaknya berinteraksi dengan cara menendang. Beberapa bulan kemudian, ini adalah saatnya aku keluar dari perut ibuku. Namun entah kenapa, tiba tiba kesadaranku mulai hilang. Aku sempat berpikir apakah aku akan kehilangan ingatan ?, ya tuhan semoga saja tidak. Sayang sekali jika aku kehilangan ingatan sebagai orang nomor satu ahli teknologi di dunia ku sebelumnya. Yap, setelah itu aku kehilangan kesadaran. Sepertinya saat aku bayi aku akan kehilangan semua ingatan dari duniaku sebelumnya.

[Tiga tahun kemudian]

Tepat tiga tahun setelah aku dilahirkan, sepertinya orang tuaku menamakan diriku Lewis Rendo. Aku dilahirkan kembali dengan sebuah rambut berwarna coklat terang dengan mata berwarna biru. Kesadaran ku penuh dikendalikan oleh diriku, yang berarti ini memang sebuah kehidupan nyata yang dimana aku hidup sekarang. Saat ini aku yang berumur tiga tahun bersikap selayaknya seorang anak anak. Aku tinggal di sebuah yayasan panti asuhan bernama Hopeland, yang ku tau kalau yayasan ini hanya untuk anak anak yang memiliki sihir dalam tubuhnya. Yang berarti, dunia ini ada yang namanya sihir. Hopeland sekarang menampung sekitar 3 anak yang seumuran denganku yang akan menjadi temanku nantinya, 2 anak yang berumur 1 tahun, dan 6 anak berumur 5-7 tahun dan 7 anak yang berumur sekitar 7-10 tahun. Di Hopeland kami sangat bahagia, hidup bersama anak anak lainnya. Kami disini hidup dengan seorang ibu yang kami sebut Madam. Dia adalah sosok ibu yang sangat penyayang kepada anak anaknya, dia sangat ramah, makanan dia sangat enak sekali, dia selalu sabar terhadap kelakuan aneh dan jahil kami. Sejahat apapun kami, dia selalu memberikan kebaikan kekami dan menasihati kami. Madam tersebut bernama Estia, dia memiliki rambut hitam panjang yang sangat indah, bajunya juga sangatlah sederhana dengan warna putih campuran abu abu. Suatu hari, tepatnya di pagi hari aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan angin pagi dari jendela yang sudah dibukakan Madam. Saat itu aku masih berumur tiga tahu, aku pun berdiri dari tidurku dan langsung mendengar lonceng pertanda bahwa semua anak harus segera membersihkan dirinya.

Tunggu tunggu, apakah kalian pikir ini seperti tentara yang harus cepat ? Bisa dibilang hampir mirip, karena kita harus disiplin waktu saat itu. Namun sang Madam memiliki pembawaan yang lebih ramah dibandingkan komando tentara yang sedang melatih tentara mudanya. Anak anak disini semuanya dilatih untuk disiplin mulai dari umur tiga tahun. Karena mendengar lonceng tersebut aku pun langsung pergi ke kamar mandi, aku bertemu dengan dua anak yang seumuran denganku. Akan kukenalkan mereka berdua yang akan menjadi teman seperjuangan ku nanti. Yang pertama adalah Winda Nel, dia seorang perempuan dengan rambut pink. Yang kedua adalah Emin Dary seorang perempuan dengan rambut putih. Kami bertiga selalu bermain bersama selama bertahun tahun, dan juga bersama anak lainnya. Terkadang ada seorang anak yang dianggap lulus dari Hopeland ini, Madam bilang dia siap untuk mengabdi kepada kerajaan ini. Madam juga bilang kalau kita lulus, maka kita akan menjadi seorang prajurit penjaga perdamaian kerajaan ini. Tentu saja aku sangat tidak sabar dengan kelulusanku. Suatu hari, kami keluar dari rumah untuk bermain dengan anak anak lainnya. Asal kalian tahu bahwa rumah kami dikelilingi hutan yang cukup rindang dan hijau, hutan disana sama sekali tidak ada binatang buas atau binatang yang akan mengganggu permainan kita. Madam selalu membiarkan kita untuk bermain sepuasnya saat pagi hari sampai siang hari dengan selang seling waktu makan. Kemudian pada sore hari kami melatih spiritual kami bersama Madam. Saat ini aku bersama Winda dan Emin sedang menjelajahi hutan, kebetulan sekali kami bertiga berada di perbatasan. Madam bilang kalau kita tidak boleh lebih dari batasan ini. Batasan tersebut dibuat dengan tali, meskipun di batasi, siapapun bisa melewati jalur ini. Aku sempat kepikiran untuk melihat apasih diluar sana.

Hopeworld LegendWhere stories live. Discover now