"Lho, princess? What are you doing here?" seorang laki laki menghampiri kamu yang sedang pingsan, lalu menampar pipimu berkali kali dengan pelan agar kamu terbangun.
Kamu membuka matamu sedikit.
Ah, ternyata Donghyun.
"Donghyun? Earphone ku. Tolong"
Donghyun menatap sekelilingmu, tidak ada earphone. Ia langsung menggendongmu dan membawamu ke rumah.
Kamu kembali memejamkan matamu untuk tidur. Kamu sangat kelelahan. Sedangkan Donghyun masih berusaha untuk berlari secepatnya kerumah mu.
"Hei. Bangun. Kumohon. Tugasmu belum selesai. Hei! Hei!!" suara itu membangunkanmu dari tidurmu.
Terlihat Youngmin dan Donghyun yang sedang duduk di samping kasurmu. Kamu tersenyum bersyukur karena masih bisa hidup.
"Bagaimana keadaanmu? Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini?" tanya youngmin.
"Baik. Aku baik baik saja. Terima kasih Donghyun, Youngmin."
"Siapa?" Donghyun menatapmu dalam dalam.
"Apa aku boleh mengatakannya?"
"Tentu saja." ucap mereka berdua bersamaan.
"Orang itu.... Park Woojin."
Ekspresi kedua orang yang berada di sampingmu itu langsung berubah menjadi kecut setelah mengetahui siapa yang melakukannya. Youngmin keluar dari kamar dan meninggalkanmu. Menurutmu mungkin youngmin sedang ingin mencerahkan pikirannya.
Sedangkan Donghyun, ekspresinya langsung berubah menjadi cerah seperti biasanya, bahkan malah tertawa.
"Hahahahaha, Park Woojin. Hahahahaha. Dia memang jahat. Sampai - sampai melepaskan earphone mu. Kamu harus lebih hati - hati mulai saat ini. Tidakkah kamu tahu? Bisa saja ada yang lebih jahat dari Woojin."
"......Benarkah?" tanyamu.
"Benar. Contohnya orang seperti aku."
Donghyun mengangkat tangan kanannya. Terdapat suntik berisi cairan berwarna hijau di dalamnya. Donghyun tersenyum sinis.
Kamu menatapnya takut.
"Donghyun?! Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Sst.. Diam, putri~"
Donghyun menancapkan jarum suntik itu ke lenganmu. Kamu sempat berusaha menolak, tapi jarumnya sudah terlebih dahulu mendarat di kulitmu.
Penglihatanmu kabur.
Semuanya buram.
Yang terlihat hanya wajah puas Donghyun yang sudah menjebakmu.
Kamu pingsan.
Lagi.
•••
Donghyun keluar dari rumah. Ia diusir oleh Youngmin.
Donghyun berjalan keluar sambil berjalan pincang. Kenapa pincang?
Itu karena trauma. Trauma miliknya kambuh lagi.
"Apa... Apa yang baru saja kulakukan... " ia menatap kedua tangannya yang menjadi pelaku suntik tadi.
"Tidak apa. Aku melakukan hal yang benar. Ini semua demi Woojin." Gumamnya.
Ia bertemu woojin yang sedang duduk di kursi taman.
Mata Woojin terlihat sembab. Donghyun tahu kalau Woojin baru saja menangis. Woojin tidak bisa menutupinya.
Donghyun menepuk - nepuk punggung Woojin.
"Tidak apa, esok hari kamu pasti menang."
"Donghyun, kau tidak perlu melakukan hal itu. Kau itu bodoh. Biar aku saja yang menjadi jahat."
Woojin menunjuk wajah Donghyun dengan jari telunjuknya,
"Kau.... Jangan ikut campur urusanku." Seru Woojin.
Mendengar hal itu, air mata Donghyun turun setetes.
"W-Woojin.... A-aku—" ucapan Donghyun terpotong, karena Woojin langsung memeluk Donghyun erat dan menangis sekencang - kencangnya.
Donghyun menatap wajah Woojin yang sedang menangis, dan mengusap kepalanya.
"Tenang saja. Semuanya akan menjadi lebih baik. Suatu saat nanti. Mungkin kali ini, atau yang selanjutnya." Donghyun berusaha menenangkan Woojin.
"Dan juga... Woojin, kau juga bodoh, kita semua yang ada di sini bodoh."
"Aku, bodoh karena melakukan hal yang seharusnya tidak perlu kulakukan.
Dan kau, Woojin, kau bodoh karena masih melindungi orang bodoh sepertiku dengan cara mengorbankan dirimu sendiri berkali-kali. Kita semua yang ada di sini bodoh, karena harus melakukan hal bodoh ini. Harus bertemu di tempat bodoh ini, yang bagiku sebuah neraka.""Banyak bicara kau, sebaiknya kita sesama bodoh diam saja." Balas Woojin. Ia mengelap air matanya, mundur dari pelukan dan beralih merangkul Donghyun.
"Kau teman terbaikku. Andai saja Aku bertemu denganmu kembali di tempat yang lebih damai." Woojin berkata lagi.
Donghyun menampakkan senyum lebarnya.
Malam itu, Woojin dan Donghyun bercengkrama bagai tidak ada hal yang terjadi, mereka berusaha memanfaatkan waktu yang ada, dan mencoba tidak peduli terhadap apapun selain teman di sampingnya.
F* you, real fool. Go to hell. If you never existed, me and my friend will not be as pathetic as this.
- Park Woojin -
KAMU SEDANG MEMBACA
breathe - ab6ix [✔]
FantasyBagaimana rasanya terjebak di ruang berkabut tanpa oksigen? Bisakah kamu bertahan hidup dengan musik? "Hear this. I'll set you free." • A story that inspirated by AB6IX's song, BREATHE - jjaekD