Seoul, 2 September 2016
07:00"Yang, bangun..."
Sapuan halus pada pipinya membuat Minjoo terusik. Wanita itu mengerjapkan matanya pelan dan berusaha menerima cahaya yang masuk ke dalam matanya. Asing. Ini bukan apartment yang ia tinggali bersama dengan Jo Yuri. Minjoo tidak pernah mempunyai jendela yang lebih besar dari pada pintu di balkon tempat tinggalnya—sebelumnya.
Wanita itu mengernyit.
"Yu—Yujin?!" pekiknya. Minjoo langsung bangkit terduduk di atas kasur empuk. Yujin menatap Minjoo bingung. Minjoo menangkup kedua belah pipinya. Mata wanita itu berkaca-kaca. Rasa pusing akibat terkejut saat bangun tidur tidak ia hiraukan. Seluruh atensinya berfokus pada Yujin yang tidak menggenakan atasannya.
"Kamu kenapa sih? Bangun-bangun kayak orang linglung," tanya Yujin keheranan. Minjoo menggeleng kemudian tertawa kecil. "A—aku nggak papa," jawabnya dengan air mata kebahagiaan yang tidak mampu ditahannya. Terlihat jelas, Minjoo menahan senyum harunya.
Yujin semakin bingung. Ia tidak mengerti sama sekali dengan apa yang terjadi istrinya kemarin malam hingga mengubahnya seperti ini sekarang. "Tadi malem aku terlalu kasar, ya?" tanya Yujin khawatir.
Minjoo tidak mengerti. Ia mengernyit heran, namun setelah melihat keadaan tubuhnya yang telanjang, Minjoo menggeleng. "Kita di mana?" tanyanya menatap sekitar.
"Di Hawaii, katanya kamu mau honeymoon kedua. Serius, kamu aneh banget!" ujar Yujin. Minjoo membelalak kaget. Honeymoon?! Serius, Minjoo tidak tahu apa-apa. Dua belas jam yang diberikan Yuri benar-benar merubah seluruh hidupnya. "H-honeymoon?" tanya Minjoo tak percaya.
"Kamu sama aku udah—nikah?"
Yujin mengangguk dengan wajahnya yang bingung. "Kamu tadi malem minum apa? Kok hari ini jadi aneh banget?" heran Yujin. Mata Minjoo kembali berkaca-kaca, segera ia masuk kedalam pelukan Yujin.
Tring Tring Tring~
Minjoo melirik ke arah ponselnya yang menerima panggilan dari nomor asing. Yujin memberi intruksi supaya Minjoo mengangkat panggilan tersebut. Terpaksa, Minjoo harus melepas pelukannya dengan Yujin.
"Halo? Ini siapa?"
"Parah lo! Ngelupain gue gitu aja!" gerutuan kesal dari seberang sana membuat Minjoo mendelik tidak percaya. Minjoo kenal dengan suara serak ini. "Yuri!" pekiknya senang. Terdengar sebuah tawa halus dari sebrang panggilan.
"Iya ini gue. Cuma mau ngasih tau. Lo berhasil, dan mesin waktu gue hancur sebelum gue sempat pamer ke si tua bangka yang udah mecat gue dulu," jawab Yuri. Melihat senyuman Minjoo, Yujin mengernyit tidak paham—apalagi ketika mendengar nama Yuri di sebutkan.
Yujin menanyakan 'siapa?' tanpa suara. Tapi Minjoo tidak menggubrisnya. "Terus gimana?" tanya Minjoo penasaran.
"Gue nikah, Joo... Sama cowok namanya Choi Yena. Pertama bingung, bangun-bangun gue udah punya suami. Tapi yaudahlah ya, cowoknya juga ganteng," Minjoo terkikik kecil. Rupanya, hal yang sama juga di alami oleh sahabat dekatnya itu. Mereka terus bercerita. Bahkan, tanpa sadar Minjoo terus mengacuhkan Yujin yang terus memasang wajah masam.
"Jin..." panggil Minjoo pelan, menggoyangkan lengan Yujin yang tergantung. Tepat setelah panggilannya dengan Yuri berakhir, Minjoo menyadari bahwa suaminya terlihat sedang cemberut.
"Siapa Yuri?!" ujarnya dengan nada kesal. Minjoo tidak mampu menahan agar kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. "Kamu... Cemburu?" godanya. Menoel pelan puncak hidung mancung Yujin. Minjoo terkikik geli ketika Yujin menjawab dengan sebuah gelengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Machine
Fanfiction[JinJoo] Kesempatan kedua bagi Minjoo, untuk menghilangkan segala penyesalan sebagai akibat dari kebodohan masa mudanya. ⚠️genderbender content! ⚠️partnya dikit! ©yoodaengdaeng