Pagi yang cerah, dimana burung-burung berterbangan dari kayu ranting yang meliuk. Bunga-bunga bermekaran dengan serempak bak ada sebuah aba-aba yang memerintah mereka untuk menyambut sang surya. Angin sepoi-sepoi menyapu halus wajahku, menerbangkan anak rambutku.
Aku menyandarkan diri di sebuah pohon rindang. Menikmati suasana pagi yang begitu indah, begitu tenang.
Hingga suatu saat, munculah seorang laki-laki di depan sinar matahari yang terang benderang menghampiriku.
Suara langkahnya yang halus dengan tangannya selalu berada di saku celananya,bahunya terlihat rileks dan bidang. Dia terkesan lelaki yang santai.
Pancaran sinar matahari terasa silau dimataku, kuhalau sinarnya dengan tangan kananku. Mengidentifikasikan siapa yang datang.
Seketika aku membelalakkan mata ketika melihat, laki-laki tadi menghilang.
Dimana dia?
Naira menoleh kekanan dan kekiri. Mencari sebuah sosok diri yang baru ditemui.Aku begitu terkejut.
Setelah mengetahui kalau laki-laki tadi sudah berada di sampingku. Menyunggingkan sebuah senyuman cerah. Aku mendongak, melihatnya dengan kekaguman terlukis di wajahku. Laki-laki itu tampan, berpakaian rapi, tercium parfum yang tak biasa. Begitu harum menyengat. Aku membalas senyuman hangatnya.
Lalu tiba-tiba ia duduk di sampingku. Aku begitu takut dengan tingkahnya.Apa yang terjadi?. Apa yang-
"Siapa namamu?" tanyanya ramah dengan memberikan tatapan yang berkesan aneh.
"Huh?" tiba-tiba ada perasaan aneh menjalar di tubuhku.
"N-naira.." balasku gugup dan memberi senyum yang setimpal.
Hening.
.
.
.
Angin berhembus kencang. Hingga bunga putus dari tangkainya dan terbang mengikuti alunan angin yang menuntunnya. Bunga itu menuju ke arah lelaki di sampingku dan ia menangkapnya. Seolah-olah lelaki itu menyuruh sang angin untuk membawakan sebuah bunga kepadanya."Naira, ya. Sepertinya kamu orangnya setia ya." ucapnya setelah jeda hening yang begitu lama. Memandangi dan memutar mutar bunga yang di peganginya.
Setia?? Apa maksudnya...
Seketika, wajahku merah padam. Jantungku berdebar-debar, jemari terasa membeku dan mati rasa.
"Kurasa kita akan menjadi teman yang begitu dekat. Aku menyukaimu." katanya sambil menyelipkan bunga itu ke helaian rambutku.
๏_๏?
Aku membelalakkan mata. Rona di wajahku semakin tegas. Dunia meluruh, warna-warna meluntur memperlihatkan sosok dirinya yang semakin jelas di bawah gemilang cahaya matahari. Dia sangat tampan hingga aku tak bisa memalingkan mataku. Entah kenapa aku tidak bisa mengucapkan satu patah kata pun saat itu. Hanya senyum yang bisa ku perlihatkan di hadapannya.
"Kau begitu manis." ungkapnya setelah menyelipkan bunga itu dengan sedikit tertawa kecil. Lalu ia mengalihkan pandangan. Menatap dunia di depan dengan anak rambut yang diterpa hembusan angin pagi. Aku hanya bisa terdiam, memandanginya.
"Pagi yang begitu indah dan tenang." katanya seraya memejamkan matanya, merasakan lembutnya angin yang menyapu halus wajahnya. Aku pun turut mencobanya dengan menghadap depan dan memejamkan kedua mataku. Merasakan lembutnya angin yang menyapu.
"Kau benar-" kataku berhenti begitu aku ingat bahwa aku lupa untuk menanyakan siapa namanya.
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" tanyaku.
"Oh, aku lupa untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu." katanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.
"Perkenalkan, namaku . . . ." ucapnya santai.
Namun sayang, aku tidak begitu mendengar saat ia mengatakan namanya. Terdengar begitu samar dan senyap.
"Huh?siapa namamu?" kataku bingung.
"Namaku, . . . ." dia mengulang kembali, namun sama saja terdengar samar dan senyap.
"Aku tidak bisa mendengar suaramu, dibagian saat kamu mengatakan namamu." ujarku jujur.
"Baiklah, aku akan mengulanginya lagi." ucapnya seraya menghela napas.
".... namaku . . . ."
Disaat bersamaan dengan dia mengatakan namanya, terdengar suara ketukan pintu. Apakah itu namanya? Tapi astaga, terdengar aneh juga. Aku mengedarkan pandangan di sekelilingku. Masih saja ketukan pintu itu terdengar. Dan ketukan pintu itu semakin menjadi sampai-sampai pintu itu seperti mau jebol akibat ketukan tangan seseorang.
Tok... Tok... Tok...
Aku masih saja mendengar ketukan pintu itu. Tapi, pantesan disini tidak ada satupun rumah. Apa itu hanya imajinasiku saja?
"Ada apa Naira?"
.
.
.
.TBC:v
Fiuhh...
Alhamdulillah teman-teman, saia bisa up lagi malam ini...Yahooo... Terimakasih udah baca^^ Moga kehibur...
Tinggalkan komen kalian ya...Arilaviel..
KAMU SEDANG MEMBACA
Naira Story
Random"Mengenang kenangan memang penting Akan tetapi jangan terlalu terhanyut, Karena hatimu akan mengkhianatimu Dan memasukanmu kedalam lautan penderitaan" Naira "Hidup itu seperti berlari suatu saat kau bakal terjatuh tetapi berdirilah dengan tegak lalu...