Bab 3

171 17 0
                                    

Kalau neng jatuh cinta. Cari pria yang baik-baik. Pria yang bisa membuat neng bahagia, sayang sama neng. Terutama menerima segala kekurangan neng dan keluarga.

Senja membaca pesan dari kakaknya dengan termenung. Ia memikirkan dengan baik-baik petuah yang selalu menjadi kunci hidup Senja selama merantau.

Pesan itu muncul satu hari kemudian saat Senja menyampaikan sebuah kabar yang membuatnya malu sekaligus takut.

Malu, karena untuk pertamakalinya isi pesannya membahas seorang pria. Dan takut akan reaksi sang kakak yang selalu berlebihan jika Senja sudah membahas masalah pria dalam hidupnya.

Tapi kini, Senja cukup lega, setidaknya sang kakak tidak terlalu mempermasalahkan topik pembicaraannya kali ini.

Senja meletakan ponselnya di atas meja kecil yang ia letakkan tepat di samping tempat tidurnya. Kedua matanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang, mengingat-ingat kembali kenangan-kenangan hidupnya terutama setelah Arga hadir dalam hidupnya.

Satu bulan berlalu sejak malam itu. Malam pertama dimana mereka dipertemukan. Senja awalnya mengira bahwa pertemuan mereka malam itu hanya akan menjadi kisah singkat dalam perjalanan karirnya, tapi ajaib, keesokan harinya Arga kembali datang sampai hari esok setelahnya Arga kembali datang untuk menemuinya.

Dalam seminggu Arga mampir ke tempat kerjanya selama tiga hari berturut-turut. Jum'at, Sabtu, dan minggu.

Selama beberapa jam Arga habiskan untuk mengobrol dengan Senja tanpa meminta Senja untuk menyanyikan sebuah lagu untuknya.

Hal itu kini seolah menjadi kebiasaan diantara keduanya sampai kemudian Senja merasa benar-benar sudah sangat nyaman berada di sisi pria itu.

Suara dering ponsel memutus lamunannya. Senja lantas meraih ponselnya kemudian tersenyum saat melihat nama Arga terpampang di layar ponselnya.

"Halo?" Cicitnya pelan.

Suara gemerisik terdengar di sebrang sana disusul suara bedebugh cukup keras sebelum akhirnya suara Arga terdengar mengalun lembut di telinganya.

"Masih tidur?" Tanyanya.

Senja merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap sebelum menjawab pertanyaan dari pria yang entah sejak kapan berhasil menempati hatinya.

"Enggak, udah bangun kok. Tadi suara apa? Kaya benda jatuh?"

"Bukan apa-apa." Jawabnya singkat. "Nanti malam kerja?"

Senja mendesah pelan. Hari ini hari Senin. Itu berarti tempat kerjanya akan terasa membosankan tanpa kehadiran Arga.

Dan seperti malam-malam sebelumnya tanpa adanya Arga. Senja akan menyanyi, terus bernyanyi, sampai tenggorokannya terasa sakit dan tubuhnya mulai terasa lelah. Pulang kemudian tidur.

Berbeda jika ada Arga. Seolah rasa bosan dan lelah tak pernah menghinggapinya. Intinya mengobrol dengan Arga sampai pagi menjelang pun rasanya tak masalah.

"Rasanya malas kalau kerja gak ada kamu." Jelas Senja terdengar begitu manja.

Arga terkekeh pelan di sebrang sana. Secara otomatis Senja mampu menggambarkan ekspresi wajah kaku pria itu saat tertawa atau tersenyum tipis karena mendengar ucapannya yang terkadang kelewat jujur itu.

"Malam ini saya free." Suaranya terdengar berbisik pelan seolah tengah membocorkan sebuah rahasia besar, "Kalau mau, saya bisa bantu kamu minta izin untuk absen kerja malam ini."

Senja tertawa. Rasanya Arga tidak pantas untuk bertindak layaknya ABG yang merencanakan kencan sembunyi-sembunyi tanpa harus kepergok orang tua.

Usia Arga sudah hampir menginjak kepala tiga. Dan cukup ajaib karena Senja berhasil mempengaruhi hidupnya dan membuatnya melakukan hal-hal gila diluar kebiasannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang