D I N G I N #1

30 3 1
                                    

Aku berdiam beberapa detik di tempatku. Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, akhirnya aku sampai di ibu kota Indonesia ini. Kota yang terkenal padat dan ramai akan pengunjung. Kota yang juga penuh dengan kepulan asap knalpot dari berbagai kendaraan.

Aku menghembuskan nafasku, lalu mulai melangkah jalan keluar dari stasiun kereta ini.

Sebenarnya aku datang ke kota ini hanya untuk mengikuti lomba cerdas cermat yang diadakan di salah satu sekolah. Aku berangkat sendiri karena kupikir aku mempunyai benda berteknologi canggih ini di genggamanku. Sebetulnya salah satu guru di sekolahku berniat menemaniku, tapi aku memilih untuk berangkat lebih dulu karena ingin bertemu teman lama.

"Andini !" aku menolehkan kepalaku, mencari-cari asal suara yang tak asing bagiku.

Seorang perempuan dengan pakaian santainya melambaikan tangannya kearahku dari jauh, tak lama ia berjalan mendekat.

Aku berhambur ke pelukannya tatkala ia berada satu langkah di depanku. "Gimana kabar lo ?" tanyanya usai melepaskan pelukan kami.

"Begini-begini aja, nggak ada yang berubah," ia tersenyum melihatku.

Temanku ini namanya Ara, temanku saat SD. Tapi ia pindah ke Jakarta saat SMP dengan alasan pekerjaan orang tuanya. Intinya, aku dan Ara sudah lama tidak bertemu, kira-kira 5 tahun.

"Ayo !" ia sudah menggandeng tanganku untuk segera meninggalkan stasiun ini. Tapi aku tetap diam di tempatku.

"Lo mau bawa gue kemana, Ra ? gue harus naro barang-barang di hotel" tak lama Ara menepuk jidatnya.

"Dimana ? Biar gue anter, abis itu kita baru pergi," ucapnya sembari menarikku jalan ke arah mobilnya.

Ia membukakan pintu mobilnya untukku, bermaksud menyuruhku masuk. Aku pun masuk lalu menyenderkan kepalaku sembari menghembuskan napas.

"Di hotel *****, Ra." Ucapku saat Ara sudah duduk di kursi pengemudinya.

"Oh, gue tau itu," ucap Ara yakin.

Setelah itu hening, aku memutuskan untuk memejamkan mataku dari pada melihat padatnya kota di depanku ini.

Entah sudah berapa lama kami di mobil, Ara membangunkanku. Ternyata sudah sampai.

Aku meminta Ara menungguku di mobil, karena aku hanya akan check-in lalu menaruh tas-ku. Jadi setelah itu aku langsung kembali ke tempat mobil Ara berada.

"Cerdas cermatnya dimana, Din ?" tanya Ara saat aku baru masuk ke dalam mobilnya.

"Di gedung apa ya ? Gue nggak tau, Ra. Guru gue yang tau," setelah itu Ara hanya menggelengkan palanya.

"Eh, Din. Gue satu sekolah, lho, sama Rio. Dia udah nggak tinggal di Bandung, ya ?" aku menggelengkan kepalaku.

Rio itu temanku dengan Ara, satu sekolah denganku sampai kelas 2, tapi tanpa alasan dia tiba-tiba pindah ke Jakarta. Padahal, orang tuanya masih tinggal di Bandung. Lagi pula tidak ada gosip apa-apa mengenai Rio di sekolahku setelah kepindahannya.

"Papa-Mamanya masih disana. Tapi kayaknya mah, dia mau deket-deket aja sama lo, Ra." Ucapku sedikit menggoda Ara.

Sejak berteman dengan Ara saat SD, Rio jadi suka salah tingkah kalau tiba-tiba Ara memintanya sekedar makan di kantin bersama atau mengerjakan tugas bersama. Aku suka memperhatikan tingkah Rio tiap kali bersama Ara. Seringkali aku memergoki Rio memperhatikan Ara sambil senyum-senyum tidak jelas. Tapi, aku tidak berpikir Rio menyukai Ara saat itu. Memangnya apa yang dipikirkan bocah 5 SD.

"Apa, sih. Rio itu Cuma suka doang ngeliat gue, nggak lebih. Lagian, apa sih yang dipikirin bocah SD ?" aku menatap Ara geli. Ternyata sekarang Ara ikut salah tingkah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

UNCOMFORTABLE ATMOSPHEREWhere stories live. Discover now