Keesokan harinya, aku kembali masuk sekolah seperti biasanya, “Vhyta, aku boleh duduk di bangku yang ada di depan kamu nggak?” tanya Kiki saat aku baru masuk ke kelas. Aku mengangguk, kemudian Kiki tersenyum sambil duduk di bangku depanku. Entah kenapa aku sangat senang saat Kiki berada di sampingku, dia selalu melindungiku saat di sekolah. Seperti hari ini, ada rombongan anak kelas 5 yang mendatangiku. “Oh, jadi ini ketua kelas 1B, kecil banget.. hahahahhaha…” ucap anak berambut kriting bernama Jun. “Masih kecil aja udah sok jadi ketua kelas, mau kakak anterin pulang nggak dek? Hahahaha…” ledek anak yang berkulit hitam. “Udah… dia bisa nangis kalau kalian yang ganggu, adek yang manis kakak boleh minta uangnya nggak?” ucap anak yang paling tinggi bernama Riza. “Aku nggak punya uang kak!” ucapku dengan lugu. Tapi mereka memaksaku memberinya uang, tiba-tiba Kiki datang, “Hey, jangan ganggu dia!” ucap Kiki. Anak kelas 5 tadi tiba-tiba mendekati Kiki, aku tidak tahu apa yang mereka lakukan kepada Kiki. Aku melihat Kiki terjatuh dipukul anak kelas 5 itu, aku segera berlari menghampirinya. “Kiki, kamu nggak kenapa-kenapa kan?” ucapku dengan cemas.
YOU ARE READING
kasih sayang ibu
ActionKasih sayangnya adalah hidupku dimana setiap belaiannya adalah kebahagiaanku. Ibu. Dia adalah pelita dalam hidupku, ia penolong hidupku dan dia adalah napasku.