ini bagian tiga

28 3 1
                                    

Andrea masih disana,  menyapa semua yang menyapanya,  tersenyum penuh makna. Bukankah dia gadis yang ramah?  Itu hal pertama yang ada dipikiranku tatkala melihatnya tersenyum ramah.

Lelaki mana yang tak akan jatuh pada pesonanya?  Jelas sekali berbeda denganku.  Si petakilan, tukang rusuh krasti krep(alias warung singgasana nya Bu jum), ga anggun sama sekali, suka ketawa ngakak.  Aduh sudah sudah, ini kenapa jadi bahas kekurangan ku??

Andrea bersama dua pengawalnya yang tak kalah cantik pula mereka duduk pada bangku kantin paling pojok dekat jendela kaca jadi bisa langsung bertatap dengan pemandangan lapangan sekolah yang asri.  Dimeja tersebut sudah ada anak anak kelas 11 lainnya yang bisa kutebak sih mereka satu geng gitu.

Aku melirik lirik, merayap rayap di dinding demi bisa mendengar sedikit percakapan mereka.

Apasih yang sebenarnya mereka bahas setiap berkumpul begini,  aku yakin geng se famous mereka gamungkin dong gapunya musuh. 

Apa benar pada dugaan alias hipotesisnya Uncle Smith kalau musuh mereka hanyalah anak anak yang cupu dan culun yang ga dianggap ada sama sekali?

Berarti.......

Aku termasuk juga dong!!?!!!

Waaah Uncle benar benar deh....

Perlahan lahan aku berjalan mendekat pada meja mereka.

Aku memang benar benar cari mati yah pemirsaah( ̄3 ̄).

Kupilin ujung baju seragamku,  menetralisir getaran getaran yang membuatku gugup setengah mati,  helooow dimana Diaz yang gatau malu ituuu?  Kenapa tiba tiba jadi kicep begini ditugas pertama?

Woiya lupa mantra dulu deh
Harus berani, terus berjuang
Impian itu dikejar,  bukan ditunggu.

Wokeehh Ajeng Rahayu sudah shiaappppp...

Jreng jreng jreng jreng...

Aku berjalan maju,  walaupun dengan kepala menunduk.

DUGGH

Woya buset dah, nabrak apaan ni,  sakiit si gilaaaa.

"Woy jalan tu liat liat--". Aku mendongak bersiap melimpahkan emosiku pada orang itu.

Cengo sebentar...  Ondeehhh makhluk tampan dari mana niii haaa??? 😻

Dia manusia kan?  Sempat terpikir dibenakku dia itu malaikat yang menjelma jadi manusia disini,  lalu berniat membawaku ke dimensi keempat lalu kami bahagia hidup disana. Plakk kebanyakan fantasi,bocah!?!

"Minggir!! ", bentaknya.

Gasemua orang ganteng tu ganteng juga ya hatinya,  bukannya minta maaf malah ngebentak gitu. Gajadi mengagumi deh kalo gini,aku menatap kepergian lelaki itu,  rupanya ia berjalan menuju meja tempat Andrea dan teman temannya berada. Wah apakah dia juga termasuk anggota geng itu?

Aku berjalan mendekat lagi,  kali ini gak sambil merayap rayap didinding kok ngehehe.

Yang awalnya mereka bercanda gurau,  atau bercanda ria, entahlah melihatku datang tawa mereka seketika berhenti.  Semuanya bungkam mungkin heran dengan keberanianku yang dengan lancangnya mengganggu kebahagiaan mereka(iidih alay bgt mengganggu kebahagiaan) .

Andrea menatapku dari ujung kerundung sampe ujung sepatuku yang bersih dan licin ini.

"Ha--hai kak" , sapaku kikuk.

"Kak a--aku boleh kenalan gak? Namaku Ajeng ngehehe". Aku terkikik geli,  Ajeng gitulooh akhirnya berani juga.

Entah aku yang sedari tadi tidak menyadari atau memang baru menyadari bahwa kini seisi kantin seolah sunyi,  tidak ada suara sedikitpun, mereka memandangku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDIAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang