1

491 66 14
                                    

Suzy hanya bisa melipat kedua tangan di depan dada saat melihat putra semata wayangnya tak mau pulang bersamanya. Masih tetap berdiri di depan ruang ganti sang ayah yang harus melakukan persiapan untuk salah satu acara nominasi musik. "Jio~ya, kau masih ingin berdiri di sana atau ikut dengan eomma?"
Namja kecil itu mengerucutkan bibir kecilnya, matanya yang besar seperti Suzy terlihat begitu menggemaskan. Wajah tampan dari ayahnya juga begitu mendominasi. Benar-benar menakjubkan. "Aku ingin dengan appa." Ia masih kekeuh, membuat Suzy menghela nafas. Putranya itu sudah berusia lima tahun, jadi sudah tentu bisa mengekspresikan keinginannya.
"Appa sedang bekerja sayang, nanti appa juga pulang. Bagaimana kalau kita menyiapkan makan malam untuk appa, heum?" Suzy mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak. Jio terdiam. "Apa appa akan pulang?"
Suzy terdiam, ya-sebenarnya dia juga tidak bisa menjamin. "Baiklah..kajja, kita akan menunggu appa. Tapi kau harus makan dulu, ara?"
Jio mengangguk lalu memeluk leher Suzy kemudian mencium pipi ibunya. Suzy hanya tersenyum kecil. Sejujurnya dia sedikit lelah, dia baru saja pulang pukul 7 malam tadi karena terlalu sibuk melayani pasien juga melakukan dua kali operasi ringan. Dan ini hampir pukul 8 PM.
"Eoh, kalian tak masuk?" Itu suara Aron, senior Minhyung, namja itu dekat dengan suaminya, juga menjadi paman kesayangan Jio.
"Uncle!" Jio segera berlari ke arah Aron dan memeluk kaki pria di hadapannya. Suzy hanya tersenyum. "Tidak oppa, kami mau makan malam dulu."
"Ahh...baiklah. Cha, c'mon, come to your mom, eat big boy." Aron mengacak rambut Jio. Anak itu hanya mengangguk.
"Yes man!"
Suzy terkekeh. "Oppa mau menitip sesuatu?" Suzy menggandeng tangan Jio, Aron menggeleng. "Tidak. Aku titip jaga Jio saja." Namja itu tersenyum. Suzy mendengus, selalu seperti ini. "Tsk..oppa!"
Aron hanya terkekeh, paham kalau Minhyung lebih sering menjaga Jio dibanding Suzy. Ya, walaupun Suzy itu dokter, tapi dia itu sangat sibuk, sama dengan Minhyung. Hanya bedanya, Minhyung bisa bekerja sambil membawa putranya  sedangkan Suzy tidak. Maka dari itu, Jio lebih dekat dengan ayahnya.
"Kajja. Oppa, kami pergi dulu."
"Hati-hati."
---

Minhyung sesekali melambai ke arah Suzy juga Jio yang duduk di kursi penonton. Kedua orang itu akhirnya memutuskan untuk menonton di bangku tengah, Jio ingin melihat wajah ayahnya, benar-benar. Padahal Suzy berniat menunggu di backstage supaya bisa tidur.
"Eomma..." Suzy yang hampir saja tertidur segera terjaga, lalu tersenyum, mengusap wajah putranya. "Kau lelah? Mau duduk dengan eomma?" Suzy menepuk kedua pahanya, mengisyaratkan putranya untuk masuk dalam dekapannya. Jio mengangguk lalu naik ke pangkuan Suzy, menyandarkan kepalanya ke dada Suzy sembari melihat ayahnya, tanpa menyadari kalau Suzy terlelap.
Minhyung yang melihat itu hanya tersenyum. Ia menunjuk ke arah Jio sambil menangkupkan kedua tangannya dan menempelkannya ke telinga. Setelah itu mengisyaratkan Jio untuk tidak berisik. Anak itu mengangguk patuh, cukup paham dengan maksud ayahnya. 'Eomma sedang tidur, jangan berisik.'
Aron yang juga berada di dekat Minhyung menatap takjub ke arah Suzy. "Dia wanita yang hebat, geutji?"
Minhyung mengangguk. "Ya. Aku kadang merasa bersalah dengannya." Minhyung tersenyum kecil.
"Wae?"
"Dia terlalu sempurna untukku."
Aron berdecih. Astaga...bahasa Minhyung benar-benar. "Arasseo. Kajja, kita lakukan sekali lagi, setelah itu kau bisa pulang."
Minhyung mengangguk lalu kembali ke backstage untuk persiapan. Ya. Walaupun dia hanya menjadi pembawa acara, tapi bukankah semuanya harus sempurna?
-
Pukul 10.35 PM seluruh kegiatan Minhyung selesai. Dia bergegas mengemasi ponsel dan scriptnya lalu berjalan ke kursi penonton. Dilihatnya Suzy tengah mengusap sayang punggung putranya. Jio tertidur. "Kau sudah bangun?" Minhyung berdiri di depan istrinya. Suzy hanya mengangguk. "Oppa sudah selesai? Cepat sekali.."
Minhyung tersenyum lalu beralih mengangkat Jio ke gendongannya, memposisikan kepala namja kecil itu di lehernya, menahan dengan satu tangan dan tangan lainnya menggandeng Suzy. "Hanya persiapan akhir. Bagaimana operasinya?"
Suzy mengangguk. "Sedikit kurang baik, aku sepertinya harus mengajari Yerim lagi soal deteksi urat nadi, dia sempat salah." Suzy menggoyangkan tangannya yang digenggam Minhyung. "Kau pasti lelah kan?" Minhyung menoleh sebentar ke arah Suzy, mencium kening wanita itu saat mereka berhenti di depan lift. Suzt menggeleng, "Tidak. Oppa yang terlihat lelah, aku akan menyiapkan sup jamur nanti, bagaimana?"
Minhyung menggeleng. "Tidak usah, aku hanya ingin istirahat, kajja." Lalu keduanya memasuki lift, membuat beberapa kru menatap iri.
"Hidup mereka benar-benar sempurna, benarkan?" Salah satu staf berbisik pada rekannya.
"Sangat."
--
Suzy benar-benar terlihat sangat kelelahan. Wanita itu bahkan segera terlelap begitu memasuki mobil dan memangku Jio. "Jalja." Minhyung membenarkan posisi Jio dan kepala Suzy, lalu menjalankan mobilnya menuju rumah mereka.

Aku tiba-tiba pengen buat ff ini setelah liat instanya Hwang Jio. Karena Minhyung sama2 Hwang..jadilah ff ini. Hehe
Adakah yang suka couple ini?
~~~tbc

Inside (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang