3

341 58 5
                                    

Jio masih terdiam, sesekali anak itu bergerak menjauh dari Minhyung, bergeser ke tepi sofa. Ya. Dia sedang merajuk karena tak boleh ikut menjemput ibunya ke rumah sakit. Anak itu sedang sakit, sedikit demam karena gigi gerahamnya akan berganti baru-jadi, mana mungkin Minhyung mengijinkannya ikut. "Jio~ya...kau dengan Soobin samchon saja ya?" Minhyung mengusap lembut rambut putra kecilnya. "Sebentar lagi samchon datang, ne?"
Jio tak menjawab. Anak itu malah turun dari sofa dan pergi ke kamarnya, membuat Minhyung tersenyum kecil. "Mwoya, dia mirip sekali dengan ibunya." Pria itu lalu menyusul putranya, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara pintu rumah yang terbuka. "Hyeong?" Itu suara Soobin.
"Eoh, wasseo?" Minhyung menatap adik iparnya itu sambil tersenyum.
"Jio eodi?" Soobin menurunkan tas sekolahnya.
"Dia sedang merajuk. Setengah jam lagi aku akan menjemput Suzy, mandilah dulu." Minhyung berjalan ke dapur, menyiapkan makan malam untuk adik ipar juga anaknya.
Soobin, namja itu bukannya segera mandi, malah berlari kecil ke kamar Jio. Membuka sedikit pintunya, lalu menyembulkan kepalanya, mengintip keponakan kecilnya. "Ssstt. Sssttt." Soobin berusaha memanggil anak itu. Jio hanya mengerucutkan bibirnya, lucu sambil melipat kedua tangannya di dada. Seolah-olah mengatakan kalau ia sedang merajuk. "Tsk, ya sudah. Ya, samchon mandi dulu ne, setelah itu kita makan malam. Da Jio."
Jio menyipitkan matanya, menatap ke pintu. Senyumnya lalu mengembang, setelah itu ia membuka pintu kamar dan berlari ke kamar tamu. Samar-samar ia mendengar suara shower dari dalam kamar mandi. Anak itu lalu terkikik pelan, sedikit berjinjit untuk melangkah ke kasur kingsize tempat tas Soobin berada. Baru saja ia mau naik ke atas kasur, pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Soobin dengan kaos merah dan celana pendek sembari mengusak rambut basahnya. "Mwohae?" Soobin mengeryit, menatap keponakannya.
Jio tersenyum lebar. Gagal sudah rencananya untuk mengambil ponsel Soobin. Padahal anak itu mau menghubungi Yeonjun, teman Soobin yang menurutnya mengasyikkan. Ya. Soobin itu asik, tapi kadang tak selucu dan sepolos Yeonjun.
--

Suzy memijat pelipis kanannya. Akhir-akhir ini, ia kerap merasa lelah dan pusing. Kemarin, Irene, salah satu sahabatnya yang juga dokter di rumah sakit tempat Suzy bekerja, bilang kalau temannya itu terlihat sedikit berisi. Suzy memang tak pernah ambil pusing, tapi perkataan Irene setelahnya yang membuatnya agak khawatir.
"Kau seperti wanita hamil Zy."
Suzy kemudian menggeleng. "Itu tidak mungkin- tapi..." ia kemudian melirik kalender di meja kerjanya. "Seharusnya-minggu kemarin." Lirihnya.
Minhyung berjalan santai menuju ruangan Suzy, sesekali ia menyapa beberapa dokter, perawat juga pasien yang berpapasan dengannya.
"Oh! Minhyung~ssi!" Itu suara Seulgi, salah satu teman dekat Suzy. Wanita itu terlihat begitu kesusahan karena kandungannya yang berusia 7 bulan. Minhyung hanya tersenyum. "Bagaimana calon bayimu?"
Seulgi tersenyum. "Baik. Ah iya, Suzy sepertinya hari ini terlihat tak begitu baik. Dia sejak tadi hanya beristirahat di ruangannya."
Minhyung terdiam.
"Baiklah, aku duluan ne, Jimin sudah menungguku."
"Ne, hati - hati."
Minhyung segera mempercepat langkahnya ke ruangan Suzy. Begitu ia membuka pelan pintu ruangan, dilihatnya Suzy tengah tertidur di tempat tidur pasien. "Mwoya, Bae Suzy...kenapa kau tidak bilang kalau sedang sakit eoh?" Minhyung mengusap lembut kening istrinya. Wanita itu mengerang pelan, lalu kedua matanya terbuka. "Oppa..."
"Kenapa tak bilang kalau sedang sakit? Astaga..kau membuatku khawatir...tadi Seulgi-"
"Eotohke...." Wanita itu kini beralih menjadi duduk, kemudian memeluk pinggang Minhyung yang berdiri di hadapannya.
Pria itu mengeryit. "Wae?"
"Aku-bagaimana kalau...kalau aku hamil?" Suzy menatap Minhyung dengan mata berkaca.
Laki-laki itu terkekeh, lalu mengusap sayang kedua pipi istrinya. "Tak apa, aku malah senang. Setidaknya, Jio akan punya teman kan?"
"Tapi dia masih terlalu kecil..."
"Tidak...dia sudah besar chagiya..lagipula dia anak yang pintar, heum? Gwaenchana..."
Suzy hanya mengangguk lalu menenggelamkan kepalanya ke perut Minhyung. "Apa kau sudah melakukan tes?"
Suzy menggeleng. "Ajik...tapi...sepertinya positif." Lirih Suzy.
Minhyung mengecup pucuk kepala istrinya. "Gwaencahana..cha, kajja. Jio dan Soobin pasti sudah menunggu di rumah." Minhyung membantu istrinya turun dari tempat tidur.
"Soobin?"
"Ya. Tadi Jio merajuk, ia ingin ikut, tapi kau tahu kan, dia sedang demam, jadi aku meminta Soobin menemaninya."
Suzy mengangguk.
"Kau bisa berjalan?"
"Eoh, waeyo?"
Minhyung menggeleng. "Kupikir-aku-mungkin bisa menggendongmu?" Minhyung terkekeh pelan, membuat Suzy mendengus.
"Jangan aneh-aneh."
"Kemarinan-kau minta cium denganku, barangkali sekarang...AWW! Aish...appo." Minhyung mengusap lengannya yang dicubit Suzy.
"Jangan membuatku malu." Dengus Suzy. Wanita itu lalu berjalan mendahului Minhyung, membuat si suami terbahak.
"Ah...lucunya dia. Yeobo~..tunggu."
---

Soobin hanya bisa menghela nafas pelan ketika melihat keponakannya tak menyentuh makan malamnya sama sekali. "Waeyo, anmoego?"
Jio menggeleng. "Aku ingin Yeonjun samchon."
Soobin mencebik.
"Eii..samchonmu itu sedang pergi ke Busan, jadi dia tidak bisa kemari." Soobin mendudukkan dirinya di kursi samping Jio. Anak itu mengerucutkan bibirnya.
"Ah..begini saja, kalau kau mau makan, samchon akan menelponkanmu dengan Yeonjun samchon, bagaimana? Hem?"
Kedua mata Jio berbinar, anak itu mengangguk. "Cha, sekarang habiskan makananmu setelah itu minum obat, algetji?"
"Ne samchon, keundae, nanti samchon harus menelpon Yeonjunie samchon, ne?" Jio menyuapkan satu sendok penuh nasi ke mulutnya.
"Geurom.., cha, ppali, mau tambah dagingnya?"
Jio mengangguk.
--

Suara berisik menyambut Suzy dan Minhyung yang baru saja memasuki rumah mereka. "Apa Jio belum tidur?" Suzy melepas sepatunya, lalu berjalan ke ruang tamu.
"Ehm...mungkin mereka sedang bermain di kamar Jio." Minhyung menaruh beberapa bahan makanan yang tadi mereka beli. Ya. Mereka mampir di supermarket tadi, membuat heboh beberapa fans Minhyung.
"Jio~ya!" Suara Suzy sembari berjalan ke kamar putranya. Wanita itu membuka pintu kamar putranya dan mendapati sang anak serta sang adik tengah tertidur pulas. Perlahan, Suzy menarik remote tv dan mematikan film yang sedang ditonton keduanya. Senyumnya mengembang, lalu perlahan menarik selimut untuk dua namja berbeda usia itu.
"Jalja." Suzy mengusap pucuk kepala Soobin dan Jio bergantian.
"Mereka sudah tidur?" Minhyung melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Suzy.
"Ya. Mereka sepertinya ketiduran-"
Kalimat Suzy terpotong saat ponsel Soobin berdering. "Nugu?" Minhyung menatap wajah istrinya dari samping, menyamankan posisinya di ceruk leher Suzy.
"Yeonjunie.."
"Biar aku yang mengangkatnya, pasti tadi Jio yang meminta pamannya itu menelpon."
Suzy mengangguk. "Kalau begitu, aku mandi dulu."
Minhyung melepas pelukannya, "Eoh, mandilah dengan air hangat, ini sudah terlalu malam."
Suzy hanya mengangguk.
***

Soobin menatap sarapan yang telah disiapkan Suzy dengan wajah heran. "Nuna, siapa yang berulang tahun?" Namja itu menarik kursi di samping Jio.
"Eobseo, hanya sedang ingin saja."
Soobin mengangguk.
"Samchon, Yeonjun samchon bilang, nanti malam akan menginap di sini."
Soobin yang baru saja meminum susunya hampir saja tersedak. "Uhuk. Ya! Aish..."
Suzy hanya tersenyum. "Gwaenchana. Semalam dia menelpon, tapi kalian sudah tidur."
Soobin mendengus. "Tsk..sama saja aku harus mengurus dua bayi." Soobin mengunyah kimbabnya dengan kesal, membuat Jio terkekeh.
"Bukan dua, tapi tiga." Minhyung yang baru saja datang menepuk pundak adik iparnya itu lalu menarik kursi kepala meja.
Soobin dan Jio saling pandang. "Sege?"
Minhyung mengangguk, "Suzy sedang hamil. Itu artinya Jio akan punya adik."
"Jincaaaa?!" Soobin tersenyum girang.
"Aegi?" Jio mengerjab lucu. "Appa, jadi Jio akan punya adik bayi?" Anak itu menatap ayahnya, membuat Minhyung tersenyum gemas.
"Iya, apa Jio senang?"
"Joahhh. Eomma, aku ingin yang perempuan."
Suzy terkekeh sambil menarik kursi di hadapan Soobin.
"Geurrae, semoga Jio mendapatkan adik perempuan ne?"
Soobin masih terdiam, "Nuna, bisakah kalian membuatnya jadi kembar?"
Minhyung yang baru saja memakan kimbabnya langsung tersedak, sedangkan Suzy, kedua pipinya langsung memerah.

~~~Tbc

Inside (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang