2

348 59 4
                                    

Minhyung malam ini pulang larut. Ia harus menyelesaikan acara gladi untuk konser grupnya. Ya. Sebelum dia memulai karir solonya sebagai penyanyi, dia sempat memulai debut sebagai salah satu maknae grup band ternama. Aron adalah salah satu anggotanya, maka dari itu keduanya dekat hingga saat ini.
"Oppa wasseo?" Suzy menutup pelan pintu kamar putranya. Ya. Dia baru saja menidurkan Jio.
"Kau belum tidur?" Minhyung melepas cardigannya.
"Hem? Belum. Tsk...sudah berapa kali aku ingatkan, jangan memakai cardigan kalau malam. Angin malam itu tak baik, apa tidak ada man-"
CUP.
Minhyung mencium cepat bibir Suzy. "Ara chagia..." Pria itu tersenyum manis, perlahan ia melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Suzy.
"E-eh, w-waeyo?" Wanita itu mengerjab lucu, sedikit terkejut karena suaminya tiba-tiba menariknya mendekat.
Minhyung terkekeh. "Aniya. Hanya merindukanmu."
Setelahnya ia memeluk istrinya, menghirup aroma lili yang selalu ia sukai dari Suzy.
"O-oppa~" Suzy mulai merasaka kegelian saat nafas Minhyung mengenai area lehernya. Pria itu lagi-lagi terkekeh.
"Gwaenchana...Jio sudah tidur kan?"
Suzy mengangguk sambil mengeratkan pelukannya.
"Appa~"
-
Minhyung menutup pelan pintu kamar mandi. Ia baru selesai mandi. Dilihatnya Suzy masih tertidur, sepertinya istrinya kelelahan. Senyumnya mengembang. Suzy sejak kemarin hingga seminggu ke depan mengambil cuti. Ia tidak bisa meninggalkan Jio sendirian, apalagi Minhyung sedang sibuk dengan konsernya.
"Appa~.." namja kecil itu membuka pelan pintu kamar orang tuanya.
"Aigoo...kau sudah bangun sayang?" Minhyung menghampiri Jio, menggendong putra kecilnya.
"Eomma?"
"Gwaenchana. Eomma masih lelah." Pria itu mencubit ujung hidung Jio.
"Lelah?" Anak itu menatap polos.
"Em...kau mau makan dengan apa?"
"Ppang." Anak itu melingkarkan tangannya ke leher si ayah.
"Baiklah. Kajja."
--

Suzy baru saja selesai mandi saat mendengar suara tangisan Jio. Wanita itu segera keluar kamar dan mendapati putranya memukul JR, salah satu rekan Minhyung.
"Astaga oppa, kenapa kau suka sekali mengganggunya.." Suzy menggeleng, sedangkan JR hanya terkekeh.
"Hey, aku tak mengganggunya. Aku hanya bilang, kalau aku dan Minhyung akan pergi." Kekeh namja itu, semakin terbahak karena Jio memukuli lengannya.
Suzy hanya menggeleng, ia kemudian melangkah ke dapur dan menemukan Minhyung sedang mencuci piring. "Sudah bangun?" Pria itu tersenyum-tampan sekali, batin Suzy. "Ya. Oppa memasak jjajangmyeon?"
"Eoh. Makanlah dulu."
Suzy menggeleng. "Aku ingin minum susu saja."
Minhyung menghentikan aktivitasnta, mendekat ke arah Suzy yang tengah membuat segelas susu di meja. "Susu?"
Suzy mengangguk. "Sedang ingin."
Minhyung hanya mengangguk. "Baiklah. Ah, sebentar lagi aku berangkat."
"Ya. Dan Jonghyun oppa sudah membuat Jio menangis."
Mingyung terkekeh. "Gwaenchana, lagipula aku berniat mengajaknya-"
"Oppa mau mengajak Jio? Oppa~ dia baru saja sembuh dari demam, lagipula aku libur, kenapa tak biarkan dia di rumah saja." Suzy menatap suaminya, kecewa.
"Eh? Tidak-tidak, bukan seperti itu. Maksudku-" Minhyung kebingungan, kenapa mood istrinya pagi ini terlihat tak bersahabat.
"Wae? Aku tahu kalau aku jarang menghabiskan waktu dengan Jio, tapi bukan berarti aku tak bisa menjaganya." Suzy menghela nafas pelan. Suaranya melirih.
"Suzy~..."
"Ara. Lebih baik kau bawa Jio saja, aku akan ke rumah Jinri, dia bilang dia ada keluhan dengan kehamilannya." Suzy beranjak dari duduknya lalu menghampiri Jio.
"Eomma~." Anak itu menghambur ke pelukan Suzy.
"Waeyo? Gwaenchana, heum?" Suzy mengusap kedua pipi putranya.
"Samchoon.." namja kecil itu menunjuk ke arah JR yang kini hanya terdiam, pura-pura tak bersalah.
Minhyung hanya menghela nafas pelan, lalu berjalan mendekat ke arah putranya. Padahal dia tadi berniat mengajak Suzy juga Jio, tapi istrinya itu malah salah sangka.
Suzy terkekeh. "Hey..tak apa. Samchon hanya bercanda. Cha, ayo mandi dengan eomma, kau mau ikut dengan appa kan?"
Anak itu mengangguk lalu mendusal ke dada ibunya. "Eomma ddo?"
Suzy hanya tersenyum. "Eomma akan menyusul nanti. Sekarang kau dengan appa dulu ya?"
"Tapi aku ingin dengan eomma.." rengek namja kecil itu sambil mencium pipi ibunya. Minhyung yang melihat itu hanya bisa mengacak rambutnya.
"Waeyo?" JR yang melihat tingkah aneh maknae grupnya itu akhirnya bertanya.
"Suzy sepertinya marah."
JR mengerjab. "Ha? Apa?"
Minhyung mengangguk. "Dia kira aku akan membawa Jio tanpanya, padahal aku berniat mengajaknya juga.
JR mengangguk, berusaha paham. "Ya, aku harap Jio mengerti dan tak merajuk padamu."
Minhyung menoleh.
"Ya, David kadang seperti itu dan setelahnya dia marah denganku."
--

Suzy mendapat telpon dari Minhyung, Jio merajuk sampai tak mau makan siang. Namja kecil itu marah pada ayahnya karena hanya mengajaknya saja, tapi meninggalkan eommanya. Begitu pemikirannya-sama dengan yang Suzy pikirkan.
"Ada apa?" Jinri menatap ke arah Suzy yang terlihat begitu panik.
"Aku harus menyusul Minhyung oppa ke Olympic Stadium, Jio merajuk."
Jinri mengangguk. "Tak biasanya dia seperti itu."
Suzy menggeleng. "Aku juga tak tahu, na kanda. Ingat, jangan beraktivitas terlalu berat."
"Baik Dokter Hwang."
--
Jio terus saja mendiami Minhyung, membuat pria itu kuwalahan. Bahkan namja kecil itu terus menempel pada Aron.
"Hei boy, smile.." Aron memainkan mainan avengers di tangannya. Tapi Jio masih cemberut, membuat Minhyung kebingungan. "Tsk...ya, Hwang Minhyung, kau apakan keponakanku yang lucu ini eoh?" Sungut Aron. Minhyung mendesah pasrah, "Aku tak tahu hyeong-"
CEKLEK.
Pintu ruang reherseal terbuka, memunculkan Suzy dengan jeans dan kemeja putihnya, terlihat sangat cantik, apalagi dokter itu menggerai rambut sebahunya.
"Wah...lihat Jio~ya, ada bidadari." Ren menatap Suzy tanpa berkedip, membuat Minhyung mendengus. "Ya! Hyeong! Itu istriku!" Kesal Minhyung.
JR dan Baekho terkekeh. "Cemburuan sekali dia." Kekeh Baekho.
"Dia itu diam-diam posesif." JR menambahkan.
"Eomma~" Jio segera berlari ke arah ibunya. "Aigoo..kau merajuk eoh?" Suzy mencubit gemas pipi putranya.
"Appa berbohong, katanya eomma akan menyusul, tapi tak datang-datang."
Suzy tersenyum tipis. "Mian, eomma sedang memeriksa aunty Jinri."
Baekho terbatuk. "Jin-Jinri?" Namja itu hampir tersedak lemon jus saat mendengar Suzy menyebut nama Jinri.
Suzy mengangguk. "E-eoh, Choi Jinri. Oppa mengenalnya?"
Baekho mengerjab, kemudian berdehem pelan. "E-eoh, itu-"
"Eomma, baegopa." Jio mengeratkan pelukannya ke leher Suzy.
"Geurrae, kajja." Lalu Suzy berjalan keluar ruangan, mengabaikan Minhyung yang jelas-jelas sejak tadi menatapnya.
"Ya, ada apa dengan kalian?" Aron menepuk bahu Minhyung.
Pria itu menggeleng. "Nan molla."
"Aigoo.." Ren menggeleng, menggoda Minhyung. Namja tampan itu gemar sekali menggoda maknaenya. Sedangkan Baekho, namja itu dalam hati berterimakasih karena tidak ada member yang menyinggung masalah Jinri.
"Ya, kau berhutang penjelasan padaku soal gadia itu." Bisik JR.
Baekho mendengus. "Aro." Baru saja ia menghela nafas lega.
**

Minhyung berusaha menautkan tangan kanannya dengan Suzy. Dia sudah selesai berlatih persiapan konser. Dan sekarang ketiganya tengah berjalan menuju mobil di basemen, sesekali fans Minhyung memberikan sapaan.
"Biar aku yang menggendongnya. Dia pasti berat kan?" Minhyunf menghentikan langkahnya di depan Suzy. Wanita itu menatap sekilas wajah lelah putranya. "Gwaenchana, aku takut dia terbangun."
Minhyung menghela nafas pasrah, "Baiklah, kajja." Pria itu kembali menautkan tangannya dengan Suzy. Wanita itu tersenyum, tahu kalau Minhyung sedang berusaha mendekatinya. Ia sebenarnya sudah tak marah, tapi tak tahu kenapa, ia masih merasa kesal dengan suaminya itu.
"Oppa?"
Minhyung menghentikan langkahnya. Terkejut karena Suzy memanggilnya. "Wae?."
Wanita itu terdiam sejenak. "Waeyo?" Minhyung menatap keheranan.
"Em...poppo."
Minhyung mengerjab, terlalu terkejut dengan permintaan istrinya. "Po-poppo? I-ige?" Ia menunjuk bibirnya. Suzy mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya. "Yeogi?" Pri itu menatap sekeliling.
"Shireo? Arayo, aku juga tak-"
Perkataan Suzy terhenti saat suaminya itu menahan pergelangan tangannya, kemudian melumat lembut bibir istrinya.
"Erghh..." Jio mengerang pelan, kedua matanya mengerjab saat ia melihat ayah dan ibunya sedang berciuman. Namja kecil itu tersenyum. "Joah..." gumamnya.

~~tbc

Inside (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang