Something

113 20 1
                                    

Seungkwan melanjutkan acara makannya. Entah karena apa, dia merasa seperti orang yang libur makan setahun. Lagi pula disini lebih nyaman dari pada di kediaman asalnya.

Kediaman asal Seungkwan terasa bagai neraka. Terlebih mendiang eomma Seungkwan telah tutup usia sejak Seungkwan masih kecil. Appa Seungkwan adalah CEO dari BOOCLUSIVE COPERATION. Tentu sang appa teramat jarang atau bahkan hampir tak pernah pulang dikarenakan jabatannya sebagai CEO.

Tanpa disadari Mr. Chwe diam-diam mencuri pandang dari namja kyuty yang tengah melahap hidangan penutup di sebelahnya.  Entah apa yang ia pikirkan. Namja bulat di depan indra penglihatannya benar-benar seolah menyita dunianya.

Ia mengulum senyum dalam diam. Hatinya seolah ingin menghantam dan keluar dari tulang rusuknya. Ada apa ini? Apa yang terjadi padanya? Apakah ini serangan cinta pandangan ke sekian? Atau serangan jantung?

Mr. Chwe mengelus pipi gembul Seungkwan. Membuat namja kiyot itu menoleh seketika ke arahnya. Mata mereka bertemu hingga cukup lama beradu pandang. Namun tak disangka, krim dari kue red velvet yang belum habis Seungkwan makan meninggalkan jejak yang malah menambah orang ingin menculiknya.

"a-ada apa?"

Mr. Chwe memandang jejak kue red velvet di pipi Seungkwan. Otaknya sudah konslet, entah kali ini hal gila apa yang ada dalam otaknya itu. Dia mendekatkan wajahnya perlahan, memejamkan matanya.

Hingga akhirnya benda kenyal di bawah hidungnya menyentuh jejak red velvet itu. Tak ingin yang tanggung. Mr. Chwe menggunakan indra pengecapnya sebagai media untuk mengelap jejak nakal red velvet di pipi Seungkwan.

Wajah Seungkwan mulai memerah. Bahkan daun telinganya pun ikut merah padam. Sepasang korneanya tampak acak kesana dan kemari. Ingin sekali ia tarik keluar segala rasa yang mengelilingi dirinya saat ini.

Ya Tuhan... Apa yang di lakukan pemuda gila ini?! Apa aku harus melawan? Tapi melawan pun percuma, itu malah mempersulit keadaan. Eommayaaa... Eottokhaee -Boo Seungkwan.

Mr. Chwe melepaskan indra pengecap yang melekat dan menjelajahi pipi Seungkwan. Giliran tangan serta jari jemarinya yang berbuat. Jari jemari itu menarik dagu Seungkwan. Ia melekatkan dahinya pada dahi namja kiyowo yang kini terlihat menyenangkan untuk di lahap.

Tapi Author tidak mengizinkan itu semua terjadi secepat ini. Author punya jalan dan pilihan yang lebih baik untuk kedua pemuda yang hampir khilaf dan terkhilafkan itu.

JIGEUM BUTOO, SOMAY GULE TEH KOACHI BAQSOOH!!! JJAKKK JJAKKK JJAKKK JJAKKK!!!

Suara panggilan masuk dari handphone Mr. Chwe menggema ke seluruh ruangan. Terpampang nama "S.Coups" di layar panggilan tersebut. Mr. Chwe yang hampir menemukan momentum akhirnya harus berhenti hanya karena sebuah panggilan yang masuk di handphonenya.

"ck!"

Huftttt.... AKU SELAMAT! -Boo Seungkwan.

Mr. Chwe menekan tombol digital berwarna hijau dengan simbol gagang telepon di tengahnya. Panggilan pun terhubung dan terdengar suara dari seberang sana. Suara dari orang yang telah menggagalkan lampu hijau dan pembuatan momentum milik Mr. Chwe.

"yak? Kenapa? Mengganggu sekali kau"

"diamlah Chwe. Jika kau tak mendengarkan aku kali ini, kau akan benar-benar hancur."

"apa maksud mu? Cepat jelaskan"

"Mr. Boo yang anaknya kau culik itu. Dia telah membeberkan informasi mu kepada pihak berwenang. Dia telah menjebak kita dengan meminta kerjasama. Dia telah memberikan alamat mansion yang kau tempati pada pihak berwenang. Kini aku yakin kau sudah tau apa yang harus di lakukan"

Wajah Mr. Chwe terlihat dangat tak bersahabat. Seungkwan yang tak tahu menahu hanya diam sambil melihat ke arah lain. Ia mulai gugup. Ia takut dengan ekspresi seperti ini. Ia tak tau harus bagaimana.

Namja kiyodh itu berdiri, hendak melangkahkan kaki untuk kembali ke pulau kapuk yang di nanti. Saat selangkah sudah terambil, tangan lentiknya di tarik oleh tangan yang lebih kuat.

"cepat kau kemasi barang yang kau bawa saat pertama disini. Ku beri kau 10 menit mulai dari sekarang. Cepatlah"

"baiklah"

Seungkwan tak tahu ada apa. Dia hanya menuruti kemauan dari pemuda seumurannya tapi dengan kadar kewarasan lebih sedikit dibanding dia. Namja gemaz itu sedikit berlari saat menaiki tangga.

Satu demi satu anak tangga ia naiki, mulai dari ujung sana ke ujung sini. Ia berlari kecil saat datarannya sudah tak menanjak. Membuka pintu kamarnya lalu mengambil tas kuliah dan barang-barangnya yang lain.

"ada apa sebenarnya? Kenapa wajahnya begitu? Kenapa aku hanya butuh 10 menit? DAN KENAPA AKU BEGO SEKALI MENURUTI KATA PEMUDA GILA ITU?! Ya ampun Boo Seungkwan. Kau ini sudah tertular gila mungkin!"

Bukan Seungkwan jika tak ceriwis. Kemampuan ghibah dan julid ibu-ibu komplek pun kalah dengannya. Entah dia belajar semua itu dari mana. Yang pasti dia sangat tergesa kali ini.

"hmmm.... Apa lagi yang kurang? AH SUDAH SEMUANYA! BODO AMAT, YANG LAIN CUMAN RETJEH"

BLAAM!

Sedikit bantingan pada pintu kamar dapat membuat seluruh mansion bergema. Bagaimana tidak? Mansion ini megah tapi sunyi. Jangankan suara bantingan pintu, suara high heels yang dikenakan oleh para maid pun terdengar keras.

Namja pecinta pikachu itu turun tangga dengan tergesa. Tas ransel setengah penuh yang bertumpuh pada pundaknya seperti meloncat bak anak kecil yang sedang bermain dengan gembira.

"cepat ikuti aku"

Tanpa bertanya. Lagi-lagi Seungkwan mengikuti perintah dari pemuda gila tampan yang sedari tadi mengatur-atur dirinya.

Mereka berlari ke arah pintu depan yang sudah terbuka lebar. Sebuah mobil sport berwarna putih sudah siap untuk di kendarai. Mr. Chwe membuka pintu mobil lalu segera duduk nyaman di dalam sana. Tak kalah terburu-buru, namja yang masih berbalut pyama dan memakai sandal pikachu itu ikut masuk kedalam mobil sport mahal milik Mr. Chwe.

"sudah semuanya kan?"

"yap"

Mobil sport putih itu melaju bagai angin. Sepertinya Mr. Cwhe sudah tak kenal dengan ajal dan karma. Mereka keluar dari mansion bak istana milik Mr. Cwhe. Melaju bagai angin diatas tumpukan tanah, batu dan aspal. Menembus dinginnya pagi buta yang dapat menusuk tulang.

"apa yang terjadi? Kita mau kemana?"

"kita akan pergi ke neraka sayang"

Lagi-lagi dia mengeluarkan smirk itu. Dasar gila! -Boo Seungkwan

MasterpieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang