Part 1 PERNIKAHAN

17.1K 458 2
                                    

PERNIKAHAN

#diruqyah_gegara_jatuhcinta
(10)

Hari pernikahan akhirnya tiba, Zee yang belia terlihat dewasa dengan polesan makeup di wajahnya. Saat gadis itu keluar dari kamar dan duduk di antara keluarga dan tamu wanita, Fatih sempat melihatnya sekilas dan membuat sesuatu yang aneh menyusup ke hatinya. Cinta? Ah, tak mungkin. Segera ia tepis perasaan itu. Ego dan kemarahan belum merelakan hatinya untuk memberi perasaan pada gadis itu selain kemarahan, yang entah perbuatan apa untuk di lampiaskan nantinya.

"Ehem, ehem. Akhirnya, menikah juga. Lebih cepet, sama yang lebih mudaan pula," Taqi, sohib Fatih menggoda.

"Cabe-cabean." Teman lain menimpali dengan berbisik tapi terdengar oleh calon pengantin.

Fatih menaikkan sebelah bibirnya.

"Huss." Taqi menoyor pundak temannya itu, lalu keduanya terkikik. Fatih kini mencebik, ada dorongan untuk melihat lagi pada Zee. Gadis yang terlihat bak buah ranum itu membuat debaran aneh di dadanya. Sebenci apa pun ia pada Zee, pernikahan bukanlah permainan. Akad dalam prosesi itu mengubah status dan tanggung jawab dunia akhirat seorang wanita dari orangtua kepadanya. Ke depan ia akan mencari cara agar pernikahannya tetap penuh berkah meski tanpa ada sentuhan fisik antara keduanya.
(What? Menikah tanpa sentuhan fisik? Bullshit kayaknya ya? But, pernikahan ini adalah accident Gaes)

Tak sengaja netranya bersitatap dengan Zee, gadis itu melihatnya, entah ada isyarat yang ia tak mengerti. Benarkah gadis itu memanipulasi keadaan karena ingin merebut Fatih dari Syifa. Fatih menggeleng, sekarang bukan waktu yang tepat berprasangka. Bukankah Zee jatuh juga karena ulahnya yang usil membuka buku diary, benda pribadi yang seharusnya tidak dibuka tanpa izin pemiliknya.
Ini adalah takdir, itulah yang sebenarnya. Bahkan sedetik kemudian akad akan dilaksanakan, jika Allah berkehendak dalam sekejap akad itu akan batal.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kazzea Angesti binti Ahmad Fathan dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Fatih mengucap akad dalam sekali nafas, ia bahkan tidak mengalami kesulitan setelah nama yang berkali-kali dilafal diganti.
Seketika airmata Syifa berderai, sedih, sesal dan entah apa lagi yang cocok ia ungkapkan, dalam hatinya bertanya haruskah ia ikuti saran ibundanya agar meminta Fatih tetap menikahinya sebagai istri kedua. Pernikahan Fatih dengan Zee terlampau menyakitkan baginya.

Wajah Zee datar, seolah tak ada reaksi bahkan hanya sekedar senyuman.

"Sah?!" tanya penghulu.

"Sah!" jawab semua orang dalam ruangan itu.

Pada akhirnya apa yang Allah takdirkan pasti terjadi, berhenti memikirkan sesuatu yang gagal diraih dengan sesal dan kesedihan, itulah pilihan mereka bertiga kali ini.

***

Zee termangu di sisi ranjang. Tak mengerti apa yang akan ia perbuat saat Fatih nanti memasuki kamar pengantin itu.

Hingga dua jam lamanya, Fatih belum juga masuk. Hatinya mulai gelisah.
"Ah, ngapain juga sih gue begini. Ck." Gadis itu bangkit, akan mendinginkan badan dan kepalanya dengan air mandi.

Saat keluar kamar, sosok Fatih sudah ada di kamar itu. Zee tersentak. "Ya Allah, mengagetkan saja." Gadis itu kembali menarik diri masuk kamar mandi lagi.

Tidak menghiraukan kehadiran Zee, Fatih terus sibuk menulis sesuatu di atas meja rias.

Zee mendekap tubuhnya, bingung. Haruskah ia menutupi tubuhnya yang hanya berbalut handuk itu dengan gamis --dalaman baju pengantin-- yang sudah basah sebagiannya. "Gak mungkinlah gue keluar tanpa pakaian. Emang gue cewek apaan?"

Sepuluh menit dia berpikir, belum juga mendapat cara.

"Hei, sampai kapan antum di situ?" Fatih kini berdiri di depan pintu kamar mandi.

Tidak menjawab, Zee hanya menggigit bibirnya karena semakin bingung.

Tak sabar, Fatih mengetuk pintu.

"Duh, duh. Iya bawel. Bawain dong gamisnya Gus. Masa iya aku mau keluar cuma pake handuk?!"

"Emangnya kenapa? Kamu pikir ana akan tertarik dengan penampilan gadis bau kencur yang semuanya kecil?"

"Apa?!" Zee mendengus.

Tidak sabar, Fatih mengambil pakaian Zee agar semua ini segera berakhir.

"Bukalah. Ini pakaianmu!"

Pelan Zee membuka pintu dengan menyembunyikan dirinya dibalik pintu.

"Heh, lagian antum sudah halal buat ana. Kalau saja ana mau, hal yang tidak-tidak sudah ana perbuat sebagai pelampiasan kekesalan ana!" Fatih menyandarkan tubuh ke dinding dengan tangan dilipat di dada.

"Ya, ya. Pangeran! Maafkan rakyat jelatamu ini yang banyak mau karena kesuciannya tak sengaja terenggut!" Zee bicara di sela kesibukannya mengganti pakaian.

"Apa? Merenggut kesucianmu? Memangnya apa yang ana perbuat?! Ck." Fatih mengubah posisi menghadap pintu kamar mandi saking kesalnya. "Ah, sudahlah. Cepat keluar. Banyak hal yang harus kita bicarakan."

"Iya, iya. Bawel." Zee membuka pintu kamar mandi, menabrak bahu Fatih lalu jalan begitu saja dan duduk di ranjang dengan bibir mengerucut.

Fatih geleng-geleng, ya Tuhan sosok manis Syifa yang dewasa harus dibarter dengan anak kemaren sore yang tempramen pula. Fatih mengelus dada, sepertinya ke depan Zee harus diruqyah rutin. Ia dekati Zee, setelah mengambil sesuatu dari atas meja.

"Baca dan tandatangani ini," ucap Fatih seraya menyerahkan kertas pada Zee.

"Apa ini?"

"Baca saja." Fatih menjawab pelan.

Mata Zee segera menyapu deretan huruf yang tersusun di atas kertas berbubuh materai itu. Mata gadis itu membulat. "A-apa ini serius?"

Fatih mengangguk, tersenyum miring dengan membuang pandangan ke luar jendela, menatap langit yang mulai berubah menjadi senja.

BERSAMBUNG

TBC

Segini dulu lah, nanti disambung lagi 😁
Krisannya ditunggu sangat.

Istri MudakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang