Season 3

3.8K 146 17
                                    

KONTRAK PERNIKAHAN DENGAN GUS
(Versi Novel Lengkap)

Zee menjalani hari-harinya dengan bahagia di pesantren. Gadis itu semakin merasakan indahnya kehidupan kala libur tiba. Suami yang selalu dirindukan datang dan membawanya pergi. Seperti pasangan muda-mudi yang dimabuk cinta keduanya melepaskan rindu setiap kali bertemu. Ia bahkan merasa apa yang Syifa perbuat sedikitpun tidak membuatnya mengurangi kadar cinta yang ia simpan untuk Fatih.
Seperti biasa lepas ta'lim ba'da subuh, seluruh santri diwajibkan membersihkan kamar terutama barang-barang pribadi milik masing-masing. Syifa sebagai ustazah sekaligus ketua kamar Fatimah, mulai bergerak dengan memukul-mukulkan sulak -pembersih debu- di tangannya.

"Ukhty Dina ... ambil ini!" Syifa menarik sprei milik santriwati itu, agar dirapikan kembali.
"Bukankah ana sudah mencontohkannya? Ini peringatan untuk semua ..." Syifa menaikkan suaranya hingga menggema ke seluruh penjuru kamar.
"Ini juga. Alya ... berapa kali ana katakan, handuk basah jangan diletakkan di atas sprei. Rapikan!"

Alya segera merapikannya. Ia melihat pada Zee, di seberang gadis itu mengangguk, meminta agar Alya tidak terbawa perasaan. Gadis itu sangat sensitif, ceroboh tapi paling takut pada hukuman dari ustazah.

Ustazah itu berjalan dan menarik sprei lagi. "Ini juga."

Ada lima sprei yang ia tarik. Termasuk milik Zee, gadis itu meniup berat segera ia benahi sprei yang menutupi ranjangnya.

"Oya, setelah makan siang semua santriwati yang tadi malam tidak tidur di kamar ini, berkumpul di depan aula. Ingatlah bahwa aturan tetap saja peraturan." Syifa berjalan ke luar, sembari melirik sinis pada Zee.

"Jadi benar, inilah tujuannya ada di pesantren Dakwatuna? Apa belum cukup dia memaksa Gus untuk menikahinya?" gumam Zee kesal.

"Ukhty Zee, limadza?" Alya yang mendekat penasaran apa yang Zee katakan tentang ustazah itu.

"Oh, nggak Ukh. Hehe." Walau bagaimana Zee berusaha menutupi bahwa dia sudah menikah, karena selain berefek pada dirinya juga membuat santriwati lain memiliki keinginan menikah di usia remaja, padahal mereka belum menyelesaikan tugas belajarnya. Meski dalam Islam menikah muda itu diperbolehkan, ummat Islam dianjurkan melihat kondisi sebelum mengambil keputusan terhadap sesuatu yang asal hukumnya mubah.

Di dalam kelas hadis, lagi-lagi Zee harus berhadapan dengan Syifa, wanita itu sepertinya sengaja mencari-cari kesalahan Zee.

"Berdirilah Zee! Jelaskan pada kami maksud ucapan Rasullullah tentang dayuts ini!"

Mata Zee melebar, kenapa harus dia? Bukannya masih banyak santri lain?
"Em, da-dayuts Ustazah?"

Syifa mendekati bangku tempat Zee duduk.
"Ana bilang jelaskan, bukan mengulang perkataaan ana."

"Em, dayuts itu cemburu Ustazah ...."

"Ana tau, yang ana tanya esensi dari hadis tersebut."

"Em, itu, itu ...."

"Zee sebaiknya anti konsen saat ana menjelaskan." Syifa menaikkan suaranya satu oktaf, memotong jawaban Zee yang bertele-tele. "Jika anti tidak memahami hadis semacam ini, bagaimana anti nantinya akan hidup bersama suami anti?"

Zee menunduk, menyesal kenapa tidak lebih dulu belajar sampai tidak ada kesempatan bagi Syifa menjatuhkannya lagi.
'Huft, sabar Zee!'

Selepas jam makan siang Zee menuju depan aula. Tidak ada seorang santri pun di sana.

Syifa datang. Wanita itu mendesah.
"Ck. Jadi sekarang anti sadar bahwa hanya seorang Zee yang suka melanggar aturan?!"

"Aturan apa tante, em maksud ana Ustazah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri MudakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang