Pagi ini aku benar-benar sangat kacau balau. Yang kutahu, aku harus menuju tempat yang sudah ia tulis semalam di cerita bagian ketiganya. Dan tempat itu adalah kembali ke rumah masa kecilnya. Berarti kembali ke awal lagi. Entah mengapa, aku seperti kerbau yang nurut pada penggembalanya. Aku mau saja ia suruh ke sana kemari. Belum pernah pelanggan ilustrasiku ada yang seperti ini.
Sampai juga aku di rumah sederhana yang pertama kukunjungi dulu. Aku tak tahu harus apa. Kemudian wanita pemilik rumah itu keluar menghampiriku, ia sodorkan sebuah amplop putih. Wanita itu mengatakan ada titipan untukku dari seseorang. Perlahan aku buka amplopnya. Dan ternyata, ada sebuah foto lama, foto masa kecil......ku. Lho kok bisa foto ini ada di wanita itu.
Aku bergegas menuju pintu rumahnya. Sebelum aku mengetuk pintunya, ia sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Ia menyilahkanku masuk. Aku masih bingung bercampur aduk. Aku bertanya tentang foto itu. Wanita itu justru memintaku untuk melihat baik-baik, ada siapa saja dalam foto itu. Adakah yang masih kukenal. Ada tiga orang selain aku, foto teman-temanku saat sekolah dasar.
Jangan-jangan diantara itu ada orang yang kucari. Aku baru ingat kalau aku punya teman yang orangtuanya bekerja di perkebunan kakao. Akupun pernah berkunjung ke sini diajak orangtuaku. Belum habis aku mengingat masa kecilku, tiba-tiba "Blaaa.." ada yang berteriak sambil mendorongku.
Hampir copot rasanya jantungku. Aku terbelalak melihat ada gadis berwajah bulat ada di depanku. "Hayo lupa ya sama aku", ia mencoba mengusik ingatanku. "Kamu ... wulan ya?' tanyaku agak ragu. "Masak lupa, baru tujuh belas tahun tidak ketemu sudah lupa", ia semakin memaksaku mengingat kembali wajahnya.
Dia masih terlihat seperti dulu, periang dan lucu. Kami akhirnya akrab mengobrol kesana kemari. Dia tertawa saat aku cerita tentang gadis yang kutemui di kampus, yang kukira dirinya. Ternyata ia dan keluarganya tinggal kembali di rumah itu, sejak ayahnya bekerja di perkebunan kakao lagi. Ia sering mem follow medsosku dengan nama samaran, sehingga ia tahu kalau aku seorang ilustrator.
Akhirnya selesai sudahilustrasi terakhir untuk tiga bagian cerita yang ditulis teman masa kecilku. Iamenjadikan ilustrasi wajahnya sebagai sampul dari novel yang akan segeraterbit. Ia juga memintaku untuk memberikan judul buat novel pertamanya itu ..."Ilustrasi Sang Rembulan".
YOU ARE READING
ILUSTRASI SANG REMBULAN
Short StoryILUSTRASI SANG REMBULAN bercerita tentang petualanganku menemukan sosok misterius dalam ilustrasi yang sedang kubuat. Hari-hariku kini disibukkan hanya untuk mengikuti setiap petunjuk yang menuntunku pada pencarian sosok misterius tersebut. Hingga a...