"Hei, Arian?"
Panggil pria tua itu sambil menjinjing seikat besar jerami kering yang dia kumpulkan dari ladang gandum yang tak jauh dari tempat Arian membuat kayu-kayu bakar.
Pria tua itu bernama Carl, dia bukan pemilik ladang gandum, hanya saja Carl selalu berhasil mengumpulkan banyak jerami kering untuk wadah ternak ayamnya. Dan kali ini, pria tua itu membawa pesanan Arian, seikat besar jerami kering.
"Hanya ini?" tanya Arian penasaran.
"Untuk tiga ekor ayam yang bertelur tak lebih banyak dari kotoran yang mereka keluarkan setiap hari? Kurasa itu lebih dari cukup." Jelas Carl sambil melempar jerami itu kesal ke hadapan Arian yang dibalas kekehan kecil pemuda itu.
"Ayolah, berkat kotoran mereka aku bisa menanam sedikit sayuran di belakang rumah." Canda Arian melepas kapak di tangannya dan memilih duduk sejenak sambil menyeka keringat.
"Sayur dari kotoran ayam? Tak bisa kubayangkan rasanya seperti apa." Carl bergidik jijik.
Sekali lagi, Arian hanya terkekeh. Meski ucapan Carl selalu tidak enak terdengar di telinganya tapi pria tua itu adalah orang yang cukup perhatian pada keluarganya. Bahkan saat dia sedang butuh beberapa keping uang Carl tak segan meminjamkannya untuk mereka dan tidak pernah menagih kapan uang itu akan dia kembalikan.
Carl adalah orang mengenal Arian dan keluarganya sangat lama, bahkan saat ayahnya meninggal waktu dia masih kecil pun, Carl dengan gagah selalu bersikap seolah dialah ayahnya. Tentu saja, Carl melakukannya bukan tanpa alasan.
Kalau mendengar dari cerita ibunya, Carl adalah sahabat sang ibu sejak mereka masih muda. Meskipun Carl sudah memiliki keluarga bahkan cucu tapi, pria tua itu seperti lebih menyayangi Arian. Mungkin karena Arian ditinggalkan sosok ayah sejak dia masih sangat kecil sementara ibunya enggan mencari pengganti lain, Carl seolah mengambil alih peran itu. Bahkan saat waktu Carl lebih banyak dihabiskan untuk Arian, anak-anaknya seolah tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
Dari Carl jugalah, Arian bisa belajar mencari uang setelah dia merasa kalau dia sudah cukup untuk tanggung jawab itu. Meskipun tidak memiliki sosok ayah tapi, Carl tidak pernah membuatnya merasakan itu.
Saat Arian memutuskan untuk menjadi tukang kayu seperti sekarang pun Carl adalah orang yang mendukungnya setelah sang ibu mati-matian malarang. Bagi Carl, pekerjaan seperti apapun tidak jadi masalah asalkan Arian bisa menjaga diri dan menghasilkan uang dari keringatnya sendiri walau seberapa sen pun.
"Bagaimana keadaan ibumu?"
"Semakin buruk setiap harinya."
"Bawalah dia ke kota? Setidaknya di sana dia bisa dapat perawatan yang lebih baik?"
"Dan uangnya? Kau mau memberikanku uang untuk biaya pengobatan di sana?"
"Ch, kau pikir aku sekaya itu sampai bisa memberikanmu uang untuk itu?"
"Hahaha ... kupikir karena ibuku cantik kau jadi jatuh hati dan rela melakukan apapun yang kuminta? Setelah itu kau akan menagih semua hutangku dengan membiarkanmu menikahinya?"
"Kau gila!" Hardiknya sambil memukul kepala Arian, "kau pikir berapa umurku sampai masih punya hasrat seperti itu."
Carl mengabaikan Arian yang menggerutu setengah tertawa, setelah kepalanya dipukul pria tua itu. Apapun alasan Carl, Arian tahu kalau dulu ibunya adalah wanita tercantik di desa dan hampir semua laki-laki di sini selalu sibuk merebut hatinya tapi, tak ada satupun yang berhasil. Jadi, Arian cukup punya banyak alasan untuk mengejek Carl. Apalagi setelah istrinya meninggal Arian seolah punya alasan mengatakan itu karena mereka sama-sama sendiri hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ Open PO ] Alpha; The Legend Of Beast✔
Werewolf#Highest Rank 1 In Legend 19/09/2019 Dikisahkan, bahwa ada sebuah cerita mengerikan tentang "Seorang bangsawan tampan yang rakus kekuasaan. Dia tidak segan melakukan apapun agar semua keinginannya terwujud, lalu seorang penyihir mengubahnya menjad...