Chapter 03 : Deep Mist

2.2K 347 18
                                    

Bunyi hentakkan antara kapak dan bongkahan kayu besar itu terdengar nyaring, menggema di pagi yang sunyi bahkan seperti menghentikan burung-burung yang sedang asyik berkicau.

Sejak datang ke gudang itu Rodin hanya sendirian, tidak biasanya juga Arian belum datang hingga jam segini? Padahal jika diingat, sahabatnya itu selalu datang lebih cepat satu jam sebelum dia yang datang kemudian, bahkan tak jarang saat Rodin sampai, Arian sudah memotong dua sampai tiga bongkahan besar kayu menjadi ptongan-potongan kecil yang siap diikat untuk dijual.

Berkali-kali Rodin melihat ke ujung jalan, tetap saja tak ada bayangan pemuda itu tampak di sana. Pagi ini memang tidak seperti pagi biasanya, embun terlihat lebih tebal membentuk kabut yang cukup pekat sampai-sampai pemuda ini harus memakai jaket ganda untuk menghalau udara dingin yang cukup mengigit pagi ini.

Sambil menunggu Arian datang, Rodin kembali membelah bongkahan kayu besar di depannya. Hari ini mereka harus memenuhi pesanan lagi meski tidak terlalu banyak tapi tetap harus terselesaikan hari ini juga.

Tapi, entah kenapa dia merasa kalau pagi ini memang cukup sunyi dibanding pagi-pagi sebelumnya. Kabut yang menutupi desa seolah membuat pemandangan hutan yang terbentang di hadapannya terlihat semakin mengerikan.

Rodin mungkin tidak pernah masuk ke dalam hutan itu tapi, dia tahu kalau hutan itu memang mengerikan. Dia sering mendengar dari Arian kalau di dalam sana tidak pernah ada apapun kecuali pohon-pohon tinggi yang menggoda untuk segera ditebang, tapi tetap saja dia takut kalau berada ditempat ini sendirian.

Terlebih dengan legenda yang sudah dipercayai desa ini selama puluhan tahun.

"Kuharap anak itu tidak lupa kalau dia masih punya pekerjaan di sini." Rodin setengah menggerutu. Karena ini sudah terlalu siang dan pekerjaan mereka tidak akan selesai kalau hanya dia saja yang mengerjakannya.

Mengabaikan rasa jengkel yang mungkin bisa menghilangkan semangatnya mencari uang hari ini, Rodin memilih untuk kembali membelah gelondongan kayu-kayu itu agar bisa dia jual nantinya.

Suara hentakkan antara kayu dan kapak terus menggema seolah memberitahu kalau di tempat itu masih ada makhluk hidup. Seolah tak mau kalah dengan apa suara yang dikeluarkan Rodin, dari arah dalam hutan, sayup pemuda ini mendengar suara gesekan antara dahan pohon dengan sesuatu. Bergemerisik, membuat suara bising yang samar namun bisa Rodin dengar jelas saat dia menghentikan sejenak pekerjaannya untuk mendengarkan suara-suara itu.

Gemetar, sambil memegang erat kapak di tangannya, Rodin mengantisipasi kalau-kalau dia harus menggunakan benda itu untuk menyerang sesuatu yang akan menyergapnya dalam pekat kabut di sana.


Zrask.


Rodin tersentak saat dia mendengar suara benda dijatuhkan tepat di bawah kakinya, sontak dia mengangkat tinggi kapaknya bersiap menyerang tapi, Rodin berhenti saat dia melihat Arian di sana sambil tersenyum lebar seolah tak melihat bagaimana pemuda ini hendak mengayunkan kapak ke arahnya.

"Sabar! Aku bukan kayu! Itu yang kayu!" Tunjuk Arian penuh canda ke arah potongan kayu yang sudah lebih kecil dari sebelumnya. berterimakasihlah karena itu berkat kerja keras Rodin dalam satu jam terakhir.

"Kau? Apa-apaan itu?" Tanya Rodin sedikit kesal setelah tahu kalau yang hampir membuatnya mati ketakutan adalah Arian.

Masih dalam ketakutan, Rodin mencoba mengatur irama jantungnya setelah yang nyaris membuatnya menghantamkan kapak itu di adalah Arian dan bukan makhluk mengerikan yang dia takutkan. Bukan hanya Arian, Rodin juga melihat bungkusan kain cukup besar di dekat kakinya setelah dia menaruh kapak tadi di tanah.

"Kau bawa apa itu?" Tanya Rodin dan dijawab anggukan puas Arian.

"Aku membawa makanan dan sedikit susu panas."

[ Open PO ] Alpha; The Legend Of Beast✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang