PROLOG

15.5K 132 3
                                    

"Auhhh, shittt!" Umpatan itu mengundang atensi setiap orang yang ada disekitarnya

"Aduuhh, maaf k-kak. Aku ga sengaja" ujar gadis berkacamata itu tergagap sambil mencoba membersihkan tumpahan es jeruknya pada crop top perempuan didepannya dengan tangan gemetar. Bisa dirasakannya semua mata sedang tertuju padanya. Atau pada gadis didepannya?

"Sialan Lo!! Mata udah empat masih aja meleng!! Minggir!!" Dorong wanita itu tiba-tiba pada gadis berkacamata tadi hingga jatuh.

Wanita itu berjalan angkuh meskipun croptop putihnya sekarang sudah bernoda oleh minuman gadis tadi. Ia menghampiri ketiga temannya yang sudah duduk di meja yang paling besar di kantin. Meskipun besar, meja itu hanya dihuni oleh empat gadis itu.

Kara, gadis itu berusaha berdiri sembari membenarkan kacamata nya. Ia terperangah melihat gadis yang di tabraknya tadi, dengan percaya diri membuka baju yang dipakainya sehingga memperlihatkan payudara besar yang sekarang hanya tertutupi oleh bikini hitam yang terlihat sangat seksi dan kontras dengan kulit putih mulusnya. Ya Tuhan. Ini adalah tempat umum. Terlebih banyak sekali laki -laki yang melihatnya bahkan tak sedikit yang memotret tubuh moleknya.

 Terlebih banyak sekali laki -laki yang melihatnya bahkan tak sedikit yang memotret tubuh moleknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kara masih memperhatikani gerak-gerik gadis itu. Dia semakin melongo melihat gadis itu melemparkan bajunya begitu saja ke dalam tempat sampah dan memakai kemeja putih transparan yang dilemparkan oleh gadis didepannya. Gadis itu langsung duduk bersama ketiga temannya seolah menganggap kejadian tadi tidak pernah ada dan mengabaikan tatapan lapar pria disekitarnya yang sebagian sudah mimisan karena pemandangan yang tersuguh di hadapan mereka.

Kara tersentak, merasakan sebuah tepukan dipundaknya. Ia menoleh dan menemukan seorang gadis berwajah chinesse sedang melongo ke arahnya. Ia ingat gadis ini. Namanya Jesslyn. Mereka pernah satu kelompok saat kegiatan OSPEK kemarin.

"Lo gapapa?" Tanya jesslyn

"Hah?"

"Aishh. Mabok ni bocah. Ikut gue" tarik Jesslyn tiba-tiba ke sudut kantin yang paling pojo dan cukup sepi.

"Lo gapapa?" Tanya gadis itu sekali lagi.

"Kenapa kita kesini?" Tanya Kara balik pada gadis didepannya sambil menutup hidungnya.

"Ya abis itu tempat yang paling sepi kok. Aman lagi kalo mau ngeghibah"

"Ya, tapi nggak disamping kamar mandi juga lah! Bau tauu!!"

"Udah napa. Banyak maunya lo. Udah untung lo dilepasin ama mereka tadi. Coba kalo engga? Bisa abis lo sekarang"

"M-mereka siapa?"

"The Bitches. Cewek-cewek yang ada disana itu yang lagi dikerubungin cowok-cowok. Masa lo ga tau"

"Aku beneran gatau. Emang the bitches itu siapa?"

"WHATT??SUMPAH LU GATAUU?!"

Jesslyn menghela nafas kasar, mendapati anggukan dari Kara. Ia memandang tidak percaya pada gadis polos didepannya. Sepertinya gadis ini benar-benar buta akan segala hal yang ada di kampus mereka.

"Jadi gini.." jesslyn memulai ceritanya

"The Bitches itu sekumpulan cewek-cewek hits yang bener-bener high kastanya di kampus kita. Cakep, seksi, famous. Semuanya dapet. Lo liat cewek yang tadi lo tabrak? Itu namanya Irene Wijaya. Bisa dibilang dia pimpinan di geng itu. Mungkin karena dia yang paling kaya disana. Trus yang sering flirting ke cowok-cowok itu namanya Nancy Hardinata. Yang wajahnya agak polos disana duduk didepan Irene itu Jihan Reynaldi. Trus yang mukanya blasteran itu namanya Serena William. Mereka semua kating jurusan ekonomi semester 11"

"Trus ada apa sama mereka?" Tanya Kara hati-hati berusaha mengabaikan seluruh bebauan yang menguar dari kamar mandi disampingnya

"Mereka semua itu bitch. Bener-bener bitch. Bukan sekedar umpatan. Lo liat semua barang yang nempel di baju mereka?"

"Iya, kenapa?"

"Itu bermerk semua goblok. Semua yang dipake mereka itu kalo dihitung dari atas sampe bawah bisa setengah M lebih"

"Hahhh?? Masa??" Tanya Kara tidak percaya sambil memperhatikan empat orang gadis disana dari atas ke bawah. Bagaimana bisa ada orang yang menghabiskan ratusan juta hanya untuk penampilan fisik semata? Kalau ia punya uang sebanyak itu. Lebih baik buat bikin ternak sapi perah. Lumayan. Investasi yang menjanjikan.

"Lu dari mana sih, anjirr. Masa gatau itu produk Channel, Gucci, ama Balenciaga semuanya nempel"

"Dari Kebumen" ujar Kara meringis

"Yang kamu sebutin itu apa? Kok ada guci-gucinya gitu?"

"Tau lah. Anjirr. Dapet temen satu. Ndeso banget ya gusti. Sabodolah. Ntar lu cari di google sendiri. Ok?"

"O-okay?" Jawab Kara ragu-ragu sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal

"Yuk, balik lagi. Menurut lo darimana mereka dapet itu semua?"

"Orang tuanya?"

"Truee. Tapi yang harus lo tau meskipun mereka semua dari keluarga kaya raya tapi itu semua nggak cukup buat menuhin kebutuhan hidup mereka yang hedon nya gila-gilaan. Coba aja bayangin baju cuma dipake sekali abis itu dibuang? Kurang savage gimana coba? Mending lah itu baju 100 ribu dapet tiga. Lah ini. Baju channel borr. Dilempar gitu aja ke tempat sampah. Gua mah gapaham lagi sama mereka"

"Emang gila, Jess" setuju Kara mengangguk-anggukan kepala nya sambil berpikir. Ia memikirkan investasi pada sapi itu lagi. Andaikan ia yang memiliki uang sebanyak itu.

"Trus itu dapet duitnya dari mana dong"

Jesslyn hanya mengangkat kedua tangannya sebagai jawaban dengan menggerakan jari telunjuk dan tengah ke atas bawah berulang kali. Kara yang pikirannya bisa dibilang sangat polos hanya bisa mengernyit tidak mengerti.

"Maksudnya, Jess? Yang jelas napa. Aku nggak paham maksudmu"

"Ck, mereka jual diri. Puas?"

"Jual diri?" Tanya Kara terperangah

"Yupss. Tapi mereka bukan jenis pelacur murahan gitu lo ya. Mereka high class. Katanya sepupu gue yang pernah make si Nancy. Tarif sekali crot aja satu M, bor. Padahal itu cuma pake mulut"

"Satu Milyar??" Tanya Kara tidak percaya yang dibalas anggukan oleh Jesslyn. Jujur, ia hanya bisa menangkap hal itu dari sekian yang diucapkan Jesslyn.

"Tapi kok kamu tau?"

"Survei dong, seyenggg. Gue mah sebelum masuk sini udah ngadain penelitian, survei segala macem, sampe sksd sama kating-kating. Mereka bilang pokoknya kita jangan deket-deket sama the bitches"

Kara mengalihkan pandangannya lagi pada keempat gadis didepannya yang sekarang tengah tertawa terbahak-bahak tanpa beban sama sekali.

Bagaimana bisa mereka menjalani kehidupan seperti itu?

Tbc

THE BITCHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang