Tulisan Bermakna Atau Tidak Bermakna

26 3 0
                                    

Nathan mengedarkan pandanganya ke seluruh arah. Mencari pelaku yang meletakkan bukunya sembarang tempat. Namun,nihil Dokter itu tidak menemukan siapapun.

"Lebih baik ku bawa saja." Diambilnya buku misterius itu dan membawanya masuk ke kamar.

Nathan menatap lekat-lekat buku yang ia pegang,membolak-balikkannya. Laki-laki bertubuh jakung itu membawa buku tersebut ke meja kerjanya di kamar. Ia menyalakan lampu kamarnya. Dokter muda itu memberanikan diri untuk membuka buku itu. Halaman pertama dan halaman kedua kosong. Halaman yang biasanya berisi kata pengantar atau daftar isi itu kosong melompong. Alis Nathan sukses naik satu,heran. Penasaran lagi ia membuka lembar berikutnya. Ia disuguhi sebuah paragraf dengan gaya tulisan yang terkesan kuno ditambah juga dengan kertasnya. Bahasa yang digunakan juga bahasa Prancis. Dalam hal ini Nathan bersyukur,karena ia kuliah sarjana pertama di Perancis. Perlahan ia mencoba mengartikan tulisan itu.

" Jeruji besi itu memagari. Rantai ini menahan langkah. Dingin ubin ini membekukan. Keras,tak ada kelembutan. Dunia luar tak sebebas semestinya. Dunia dalam tak seaman bayangannya. Benda itu ada di mana-mana."

Nathan mengelap bagian yang tertutup debu, " Berserakan,berhamburan. Mata menatap nanar,ketakutan. Menjerit dalam kesunyian,berdiam dalam keramaian. Karena yang terlihat hanya sampul berwarna-warni,berisi kertas suram abu-abu kelam. Terkunci dari kebebasan. Tergembok oleh penderitaan. Langkahnya tertahan,tangannya terjulur mohon gapaian. Suaranya getir menahan derita. Pagar itu membatasi semuanya."

Nathan terhenti. Kalimat-kalimat ini cukup membuatnya bingung. Penggunaan kata yang menyulitkan untuk diartikan. "Hoamm!" Nathan menguap cukup panjang,ia melihat ke arah jam dinding.

"Sudah jam dua belas. Lebih baik aku tidur." Bangkit dari kursinya,Nathan melangkah gontai menuju tempat tidurnya. Menarik selimut lalu memejamkan mata. Nathan sukses masuk ke dalam dunia mimpi. Tanpa ia tahu,

TAP!

Suara itu datang lagi. Tepat di depan pintu kamarnya.

***

"Selamat pagi." Tanpa ketuk,Dokter berkacamata itu masuk ke kamar Adelle.

"Pagi,Dok." Balas Adelle malas. Dokter itu memerhatikan Adelle yang nampak kacau dan acak-acakkan.

"Kau tidak tidur semalam,Adelle?" Dokter menatap kantung mata Adelle yang menghitam. Ia mengambil kursi lalu duduk menghadap pasiennya.

"Maaf,aku sudah berusaha melakukannya tapi tidak bisa." Adelle bangkit dan mengucek matanya. Ia memang sudah berusaha untuk tidur namun bayangan tentang langkah kaki dan hilangnya buku itu secara misterius membuat matanya terbuka lagi,menjadi lebih segar. Ia takut dengan sesuatu yang masih samar-samar.

"Lain kali kau mau coba minum obat tidur? Kurang tidur itu tidak baik,loh." Dokter itu mencatat sesuatu pada map yang ia bawa. "Selain insomnia,kau punya keluhan lain? Seperti tidak nafsu makan ?"

"Aku bosan,Dokter. Tidakkah ada sesuatu yang bisa menghiburku?" Adelle mengeluarkan pertanyaan memancingnya. Ia memancing Dokter tersebut untuk menyebutkan kata 'perpustakaan' lalu ia akan menanyakan informasi lebih.

"Hmm, kau bisa ke perpustakaan."

Binggo!

"Tapi kau harus bersama dengan perawat atau suster. Itu sudah peraturannya." Jelas Dokter . Seketika Chorus Yahhh terdengar dari dalam diri Adelle.

" Dokter tidak bisa menemani ku?"

"Tidak. Banyak pasien yang harus ku urus,bukan hanya kau saja,Adelle."

"Aku belum tahu nama Dokter,ngomong-ngomong."

"Kevin. Tapi kau tetap harus memanggilku Dokter."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 25, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GONEWhere stories live. Discover now