Jangan pergi.

953 88 0
                                    

Rose berlari ke arah ruangan menyedihkan. Ruangan di mana Eunha dirawat. Tadi pagi ia pergi untuk menenangkan dirinya. Setelah mendapat telepon dari Yuju, Rose langsung bergegas kembali. Rose melewatkan sesuatu. Rose sama sekali tidak datang saat pengobatan terakhir Eunha. Ia tak tega melihat Eunha kesakitan. Lebih baik dia pergi. Dia tak suka melihat sahabat nya sedih atau sakit. Ia tak rela setetes air mata sahabatnya keluar. Bagi Rose, air mata sahabatnya itu berlian.

Rose berlari sambil mengusap air mata nya yang sudah mengalir deras sejak tadi. Bukan tangis bahagia. Yuju menelepon nya bahwa, —PENGOBATAN TERAKHIR EUNHA GAGAL.

"Una, una" Rose terengah engah.

Yuju memeluk Rose, "Chaeng, Eunha—"

"EUNHA KENAPA?! EUNHA! EUNHA GA PERGI KAN?"

"Eunha pergi, Chaeng. Dia sudah kembali pada tuhan" Eunwoo mengusap punggung Rose.

"ENGGA MUNGKIN! Eunha masih hidup! Jangan bercanda Eunwoo. Jangan bercanda. Eunha masih hidup" makin lama suara Rose melemah. Rose memukuli dada Eunwoo.

Rose terduduk di lantai. Badannya gemetar. Air mata nya bertambah deras. Tangannya setia mencengkeram baju bawahnya.

Moonbin menghampiri Rose. Ia menghapus air matanya sebelum memeluk Rose. Moonbin tau. Rose sedang membutuhkan pelukan.

"Ikhlaskan" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Moonbin. Sejujurnya hati nya terlalu lemah mengetahui bahwa Eunha sudah tidak ada. Moonbin menahan tangis nya hingga suara nya terdengar bergetar.

Rose menggeleng dalam pelukan Moonbin, "Aku bahkan ga bisa lihat Eunha hidup untuk terakhir kalinya. Aku cuma bisa lihat Eunha yang tak bernyawa"

Moonbin melirik ke arah Jiho. Gadis itu tengah terduduk di lantai dan memeluk kakinya. Biasanya gadis itu selalu menangis sambil berteriak saat sedang sedih. Tapi kali ini tidak. Ia sangat sedih sekarang. Untuk berteriak pun rasanya tidak kuat. Ia hanya bisa berteriak dalam hati nya. Toh juga ini di rumah sakit.

Kemudian Moonbin mengedarkan pandangannya ke Dokyeom. Pria itu duduk di kursi dan menutup wajahnya. Tangannya sudah basah terkena air mata. Biasanya, Dokyeom paling kuat diantara sahabat nya. Tapi untuk sekarang, Dokyeom menjadi yang terlemah di antara sahabatnya.

"Arghhh......aku lelah. Eunha, ayo bangun. Air mata ku akan habis kalo kamu seperti ini" Yuju menghadap tembok dan memukuli tembok dengan keras. Ia lebih memilih melampiaskan pada benda mati. Toh benda itu juga tidak akan memarahinya.

Eunwoo menghela nafas. Ia paling tidak bisa melihat sahabatnya menjadi selemah ini. Rasanya ia ingin menghibur sahabat nya. Tapi tidak bisa. Bahkan ia tak bisa menghibur dirinya sendiri.

Perawat keluar dari ruangan, "Keluarga pasien yang sabar ya. Kami sudah berusaha sebisa mungkin. Tapi hasilnya tetap sepeti ini. Ini sudah rencana Tuhan. Mungkin Tuhan ingin agar Nona Eunha tidak kesakitan lagi"

Eunwoo mencoba tersenyum. Bibirnya malah bergetar, "T-terima kasih"

Perawat mengangguk dan pergi meninggalkan mereka.

Mereka segera memasuki ruangan. Terlihat semua tubuh Eunha ditutup selimut putih.

Rose mendekat ke ranjang. Tangannya bergerak membuka selimut putih. Terlihat wajah Eunha yang pucat. Keringat nya bercucuran.

Rose mengusap lembut wajah Eunha, "Eun-Eunha"
.
.
.

Sweet girl [COMPLETE]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang