tri

14 1 0
                                    


bahkan rasa sakit ini belum seberapa dibandingkan saat melihatmu menangis

*

"Pa,apa kau menampar Daniel?,kenapa sudut bibirnya robek?" tanya Vanessa sambil sedikit menekan luka sobek di bibir Daniel,membuatnya sedikit meringis.

jadi karena itu wajah nyonya terlihat bingung

"cih!menamparnya?menyentuhnya dengan ujung kuku ku saja sudah membuatku merasa jijik,membayangkannya saja tak pernah" jawab Pradita tanpa menatap istrinya,tapi sedikit melirik ke Daniel dengan tajam.

seakan mengerti apa yang di maksud,Daniel pun tersenyum tipis membuat Vanessa yang tadi sedang fokus dengan luka di ujung bibirnya,kini berpindah ke tepat matanya,"ini tak apa nyonya,tadi saya tak sengaja menggigit ujung bibir saya hingga terluka seperti ini" ucap Daniel yang langsung menatap manik mata biru tua-yang mirip seperti Nayla itu,dengan senyuman tipis yang masih terukir di wajahnya.

"nak,sudah mama bilang,panggilah wanita yang ada dihadapanmu ini dengan sebutan mama okay?" seakan tau suaminya akan berbicara,Vanessa pun memanggil pembantu sekaligus ibu angkat Daniel "bi Jean!kemarilah!" teriak Vanessa,tapi masih terdengar lembut.

seorang wanita paruh baya-dengan wajah yang sudah mulai berkerut dan rambut yang digulung,tengah berlari tergopoh gopoh menghampiri nyonya nya.

"ada apa nyonya?" tanya bi Jean,ia agak terkejut melihat Daniel terluka di sudut bibirnya dan lehernya yang memerah.

apa yang sebenarnya terjadi?apa ada hubungannya dengan non Nayla tadi?

"bawa Daniel ke dalam,obati lukanya" kata Vanessa yang masih menatap Daniel khawatir.

"baik nyonya" bi Jean pun menuntun Daniel untuk ke kamarnya dan berencana mengobatinya.mungkin.

#

"Ada apa sebenarnya?" tanya bi Jean lembut sambil mengobati luka sobek di sudur bibir Daniel.

"ssshh,tidak ada apa apa bi" kata Daniel dengan rasa sakit yang menyerang karena lukanya yang di beri obat alkohol.
"jika tak ada apa apa,kenapa sampai tuan besar marah denganmu?bibi yakin,pasti hanya masalah sepele" pembantu itu sebenarnya khawatir dengan Daniel,sudah sampai ratusan kali ia harus mengobati luka Daniel berkali kali yang di sebabkan oleh tuan besarnya yang marah karena hal sepele,bahkan tak ada letak kesalahan sama sekali.

"tuan Pradita sangat menyayangi Nayla bi,wajar jika ia memarahiku.bagaimanapun,aku juga salah" kata Daniel sambil tersenyum tipis.

Jean hanya menatap anak muda itu dengan prihatin,dan menatapnya dengan seulas senyuman yang seolah olah memberikan kekuatan.
Jean pun menaruh kapas yang tadi ia gunakan untuk mengobati luka Daniel,lalu memegang kedua bahu Daniel

"sampai kapan?kau akan seperti ini terus Daniel?selalu menjadi objek yang di pandang salah?demi orang yang kau cintai?"

#


"Buka pintunya!hey!buka pintunya!" Nayla terus menggedor gedor pintu kamarnya yang dikunci oleh pengawal papanya dari luar.

"hiks..hiks..Daniel..ba-bagaimana ini..apa yang terjadi pad-damu sekarang..hiks" isak Nayla,ia pun menjatuhkan tubuhnya di kasur king size miliknya yang di balut dengan sprei warna ungu.

pikirannya kalut sekarang ini,apa Daniel baik baik saja?bagaimana jika papa nya berbuat yang lebih kejam dari biasanya?ah..Nayla tak bisa membayangkannya.

tiba-tiba Nayla teringat sesuatu,membuatnya langsung mengambil posisi duduk,dan langsung merogoh saku rok sekolahnya yang berwarna abu abu.

ia mengambil benda berbentuk persegi panjang yang berukuran pas ditangan Nayla.

bodoh!kenapa tak terpikirkan dari tadi!

Nayla pun mencari kontak bernama -Nieel-,lalu memencetnya.

"angkat Daniel..kumohon"

"halo Nay"

mendengar suara dari orang yang begitu ia khawatirkan,ternyata masih bisa berbicara seolah baik baik sja membuat hatinya sedikit merasa lega-tunggu,seolah olah?

"Niel?apa kamu baik baik saja?bagaimana?ada yang sakit?la-lalu papa?apakah papa tak marah lagi padamu?" tanya Nayla.oh astaga.ia begitu khawatir dengan lelaki ini.

"aku tak apa Nay,dengar?bahkan aku sekarang bisa berbicara dengan leluasa bukan?tuan Pradita tak menyakitiku,dia hanya main main saja tadi"

mendengar itu,tangis yang sudah berhenti,kini tumpah lagi
"hiks..hiks..bodoh!kamu bodoh!aku bu-bukan anak kec-kecil lagi Niel..hiks,kenapa?kamu selalu bi-bilang tak apa dalam keadaan kamu sa-sakit..?ha?hiks"

karena aku tak ingin,kamu mengkhawatirkanku Nayla..
karena,aku tak pantas..

"hey,sudahlah jangan menangis,aku benar tak apa" kata Daniel menenangkan,oh ayolah ia tak berniat membuat Nayla menangis.

"karna kamu bodoh!" teriak Nayla frustasi

"ya,aku bodoh dan maafkan aku"

belum sempat Nayla menjawab,tiba tiba pintu kamarnya terbuka.
membuat Nayla reflek menoleh "mama?" kata Nayla.

Nayla pun mematikan sambungan handphone nya dengan Daniel.

"ma.." Nayla pun menghampiri Vanessa dan memeluknya.
"hiks..Daniel ma..,d-dia ham-" Vanessa yang mengerti apa yang akan di ucapkan putrinya,langsung berkata "ssttt,sudah La..,Daniel tidak apa apa,ia hanya terluka sedikit" sambil mengelus kepala putrinya berniat menenangkan.

"tidak ma!apa mama tau?papa hampir membunuh Daniel!" teriak Nayla di dalam pelukan Vanessa.Vanesaa yang mendengar itu langsung menutup mata,tangisan Nayla yang begitu menyayat hatinya.

"kenapa ma?!kenapa??papa begitu benci dengan Daniel!apa salahnya?!kenapa hanya masalah sepele..hiks..oh?bahkan bukan masalah sam-sama sekali..hiks,papa hampir membunuhnya?!kenapa ma..kenapa.." di akhir kalimatnya,suaranya mulai terdengar mengisyaratkan bahwa ia lelah.

"karena papa menyayangimu.."
jawab Vanessa lembut,"tapi itu malah menyakitiku ma..melihatnya terluka untuk kesekian kalinya..membuatku merasa bersalah dan sesak di dada..bahkan dengan bodohnya Daniel malah berkata bahwa semua akan baik baik saja..bodoh!" Nayla frustasi,sebegitu mudahkah lelaki itu selalu berkata bahwa semua yng dilakukan papanya selama ini baik baik saja?sedangkan jika dipikir dipikir,kalau Nayla berada di posisi tersebut lebih baik mati saja?

"Nayla..papa mu seperti itu karena.."


NEXT>>>>>>>>👍

Love In HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang