Bintang, milikmu

507 22 2
                                    




warning: genderswitch


.

.

.

Satu masa, Taehyung pernah berpikir ia ingin melupakan Seokjin.

Taehyung akan melupakan semua tentang Seokjin—bagaimana kedua mata Seokjin menyipit saat tertawa, iris matanya yang begitu jernih saat menatap dunia, atau saat Seokjin menggembungkan pipi saat kesal.

Ia ingin melupakan segalanya. Tawanya, senyumnya, dan aroma tubuhnya yang bercampur dengan aroma kayu manis.

Ia ingin lupa bahwa dirinya dulu pernah mencium kedua bibir ranum itu, menggamit lengan kurus itu, menenggalamkan diri di ceruk leher yang putih bersih tanpa noda—mencoba untuk meresapi segala yang ada pada Seokjin untuk dirinya. Sebab Taehyung egois, ia ingin Seokjin hanya melihatnya, tersenyum padanya, dan mencintainya seorang. Jangan lihat orang lain. Ia ingin Seokjin mengerti, bahwa dia dapat menyerahkan nyawanya untuk iblis, demi Seokjin.

Taehyung pernah berpikir demikian. Kata-kata tersebut berepetisi di hatinya. Ia coba pakukan di hatinya, menulis di buku harian, atau mencoba merapal—berulang-ulang hingga muak rasanya. Ia ingin lupa. Lupalupalupa. Taehyung memohon, Tuhan, tolong aku.

Hingga ia menyadari, bahwa hati tak bisa berkhianat. Ia bisa berbohong, tapi jiwanya haus akan Seokjin. Tak ada Seokjin membuatnya mati. Melupakan Seokjin hanyalah bualan yang dilontarkan oleh sisi gelapnya. Seokjin tak bisa hilang, sebab jiwa Taehyung akan mati perlahan dan menyiksa setiap relungnya. Selalu.

Taehyung mencintai Seokjin. Sangat mencintai Seokjin.

Tapi Seokjin tidak pernah mencintainya.

.

.

.

Akan ada masa dimana kau muak dengan segala penderitaan yang kau tanggung. Seperti Taehyung, ia muak dengan perasaannya sendiri.

Ia muak dengan batinnya yang terlalu mencintai Seokjin. Ia muak dengan kehidupannya. Ia muak dengan dirinya yang selalu menanti Seokjin. Ia lelah. Ia mencintai Seokjin, tapi tak ada balasan yang didapatkannya. Taehyung dungu—sebab itu Taehyung menanti. Menanti hingga mati, tapi tak sanggup ia jalani. Ia telah menulis skenario cinta indahnya dengan Seokjin, tapi semua itu sudah usang, berdebu, sudah tak ada harga lagi.

Taehyung menatap jari manisnya yang masih setia diamit oleh cincin pernikahannya. Ia akan mencoba untuk melihat jemari Seokjin, tapi tak ada yang menghiasi. Ia kembali teringat setelah pernikahan Seokjin melempar cincin itu dengan kebencian yang meluap. Ia teringat dengan wajah Seokjin saat di hari pernikahan—bahwa Seokjin tidak bahagia dan rasanya ingin mati. Seokjin siap untuk mati, tapi Taehyung dengan egois menahannya agar tidak terjadi. Ada pilu di sana, tapi Taehyung terlanjur menutup matanya untuk kesekian kalinya.

Ketika Taehyung mencoba untuk menatap kedua bola mata indah milik Seokjin, binarnya kini hilang, digantikan dengan kemarahan dan keputus asaan. Seokjin frustasi. Untuk kesekian kalinya, Taehyung menutup matanya.

Ada masa saat Taehyung mencoba mencari celah di balik pintu kamar yang terbuka sedikit—menampilkan Seokjin duduk di pinggir ranjang. Matanya memancarkan cinta, tapi cinta itu dituangkannya ke dalam pigura bergambar laki-laki dengan lesung di pipinya. Seokjin rindu. Mana pria itu?

Pria itu—Kim Namjoon—sudah pergi ke langit ketujuh.

Taehyung ingin marah, berteriak, atau memecahkan pigura itu. Berkata kau milikku, tapi hati Seokjin sudah beku dan ia punya seribu cara untuk mengembalikan rindunya pada Namjoon. Taehyung dungu. Seokjin memeluk Namjoon, walau Namjoon tak ada di sisinya.

Siapa yang ingin kau nikahi?

Kim Namjoon.

Namjoon, Namjoon, Namjoon. Seokjin hafal nama itu.

Taehyung melayang ke masa lalu, saat Seokjin berlutut kepadanya untuk membatalkan pernikahan ini. Berkata bahwa dia sudah punya uang cukup, ia akan membayar semua hutang ayahnya. Berteriak kesetanan bahwa seumur hidup dia hanya mampu mencintai Namjoon. Menampar Taehyung seraya berteriak kau pembunuh.

Bukankah Kim Taehyung seorang pengkhianat yang memasukkan Namjoon—temannya—ke lubang buaya?

Bukankah Kim Taehyung yang telah menyulitkan hidup Seokjin hingga jatuh ke pelukannya?

Bukankah, bukankah, bukan—

"Kau sampah, Kim Taehyung."

Taehyung menutup matanya. Kali ini, ia berharap untuk mati.

Maka lihatlah, Kim Seokjin menampilkan penampilan terakhir.

Seokjin berdansa—sendirian—tapi ia merasa ada Namjoon di dekatnya. Menari, menari, berputar hingga kepala pusing. Ayunkan lengan, kaki, juga badan. Kepala bergoyang. Kedua kaki berjinjit, lalu berdiri tegak. Melangkah, melompat, menyeret, hingga ke ujung sana. Ujung balkon

Lihat ke sana. Cantik sekali. Ada bintang bersinar terang. Mungkin Namjoon disana. Cari yang paling terang untuk dipetik. Maka Seokjin melangkah lebih jauh. Ia ingin memetik bintang untuk Namjoon.

Satu langkah, dua langkah. Bintang tak sabar menunggu.

Seokjin melayang. Bintang itu menjadi miliknya.

Taehyung membuka matanya. Semua menjadi asing untuknya. Saat itu juga Taehyung benar-benar ingin mati.

Dalam hening, Seokjin tersenyum penuh arti. Seraya berbisik,

Aku kembali padamu, Namjoon.

.

.

.

End

.

.

.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Apaaan sih ini.

Buatnya lagi gabut. Gaes, ini kubuat female Seokjin ya ;)

All The Feelings || ksj.kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang