we're not together in the end

289 23 8
                                    

warning : genderswitch

Pesta pernikahan itu begitu ramai dan terasa menyenangkan.

Kumpulan manusia memadati ballroom dengan euforia sebagai luapan akan kebahagiaan mereka terhadap pasangan yang baru saja mengucap janji suci kemarin. Dentingan gelas yang saling beradu, tawa yang meluncur, dan kedua sudut bibir yang membentuk senyuman menghiasi malam ini. Tak ada yang tak bahagia. Semua orang mengucapkan kata-kata selamat terhadap pasangan baru. Jeon Jungkook dan Kim Seokjin.

Tidak, namanya sudah berganti menjadi Jeon Seokjin.

Seokjin menatapi orang-orang sekitar yang saling bercengkrama. Gaun merahnya disibaknya perlahan agar memudahkan dirinya untuk berjalan mendekati meja kecil di dekatnya. Seokjin meraih segelas champagne yang dari tadi belum disentuhnya. Kedua bola matanya bergulir menatap Jungkook yang sedang berbincang bersama teman-temannya semasa kuliah. Tampak Minhyun menyikut bahu Jungkook dengan tawa, dan Seokjin tahu kenapa. Mereka menggoda Jungkook yang sudah menikah, mungkin tentang bagaimana bisa kau menikahi Seokjin dengan wajahmu yang begini, atau kami menantikan Jeon kecil.

Seokjin tersenyum, tetapi ia teringat akan sesuatu yang sampai saat ini belum muncul.

"Hei,"

Seokjin mendongak, menatap seorang laki-laki yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Tangannya menggenggam sebuket bunga baby's breath kering. "Maaf, aku terlambat."

Yang dipanggil hanya tersenyum kecil. "Tak apa," ujarnya. Tangan kanannya meraih buket bunga dari Taehyung. Tapi sebelum buket bunga itu terambil, Taehyung menggenggam tangannya erat. Erat sekali.

"Selamat," ujarnya.

Seokjin menatap Taehyung. Ia mengenal Taehyung begitu lama, dan ia tahu bahwa Taehyung tak pernah pintar dalam memberikan kode ataupun mengerti tentang hal itu. Tapi Seokjin tahu, di dalam tatapan itu ada rindu, rasa sayang, dan luka tertahan.

Seokjin merasakannya. Hingga saat ini.

Ingatannya melayang pada saat mereka terjebak dalam salju saat menaiki bus menuju sekolah. Keduanya memakai seragam yang berbeda, tetapi entah bagaimana mereka duduk bersebelahan. Taehyung yang pertama kali membuka percakapan sebagai peralihan dari kebosanan yang dihadapi akibat harus menunggu sampai bus dapat berjalan dengan normal. Seokjin mengiyakan, dan percakapan dimulai. Mereka baru tahu bahwa mereka seumuran, kabar lebih baik lagi mereka satu bimbingan belajar. Percakapan itu mengalir begitu saja hingga bus sudah bisa berjalan lagi dan berhenti di dekat sekolah Seokjin. Mereka saling berucap 'sampai jumpa' dan berjanji akan berbincang lagi.

Waktu berjalan begitu saja. Dua minggu kemudian Taehyung sering menunggui Seokjin di depan sekolah Seokjin, begitu juga dengan Seokjin yang kadang-kadang berjalan hingga ke kelas Taehyung. Mereka pulang bersama sambil berjalan kaki sampai ke tempat bimbingan belajar. Ternyata, jarak sekolah mereka tidak terlalu jauh.

Mereka bertemu lagi di universitas yang sama, tetapi berbeda jurusan. Hal ini membuat mereka makin dekat. Akan selalu ada Taehyung yang duduk di hadapan Seokjin saat makan siang, Seokjin yang menarik Taehyung yang menemaninya untuk membeli buku, dan aktivitas lainnya. Mereka terlampau akrab dan dekat. Omelan Seokjin dijadikan alarm bangun pagi Taehyung sebab hanya Seokjin yang bisa membangunkannya. Selalu ada kertas memo yang tertempel di atas notebook Seokjin agar tidak lupa dengan jadwal-jadwalnya. Mereka membangun persahabatan begitu lama, sampai akhirnya masing-masing memiliki rasa yang terpendam.

Taehyung menyukai Seokjin, Seokjin juga menyukai Taehyung. Ketika Tahyung memutuskan untuk blak-blakan soal perasaannya pada bulan Maret, Seokjin tidak berkata apa-apa selain mencium bibirnya. Itu ciuman pertama mereka, dan Taehyung tahu itu artinya apa. Mereka tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan asmara, tapi itulah yang terjadi. Selanjutnya bergandengan tangan menjadi suatu hal yang luar biasa, dan tiada hari tanpa kecupan walau hanya di pipi.

All The Feelings || ksj.kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang