Esok hari, kau akan lupa tentangku.
Kau akan lupa bagaimana aku pernah mengikat sepatumu terburu-buru, sebab aku gugup untuk sekedar menatap wajahmu. Aku tidak ingin mengingat bagaimana kau menatapku dengan matamu yang indah. Aku takut melakukan kesalahan, tapi tawamu yang lalu mengalun lembut mengatakan kau tidak khawatir. Ikatannya tidak rapi. Seminggu setelahnya kau terus memakai ikatan seperti itu. Kau bilang, kau lebih suka begitu.
Di malam setelah kembang api telah selesai diluncurkan, aku menggenggam tanganmu. Tidak tahu kenapa aku mulai seperti itu, tapi aku hanya takut kalau aku nanti kehilanganmu. Ada genggaman yang begitu erat, sewaktu-waktu bisa lepas, tapi kali ini kau hanya bilang seperti ini saja boleh tidak?
Atau rasa manis dari kue klepon yang Jimin beli dekat kantor pos. Kau bilang klepon itu aneh. Sampai saat ini kau tidak bilang apa yang aneh dari klepon. Kau cuma bilang ini rahasia. Kau main rahasia denganku. Aku pun juga. Kita main rahasia sekarang
Tapi esok, mungkin kau lupa.
Haruskah ku katakan rahasiaku? Tapi aku tidak mau. Mungkin aku terlalu penakut, tapi aku masih ingin main rahasia. Walau rasanya tak perlu lagi. Tapi itu membuatku lebih baik.
Esok kau lupa, tentang semua hal. Kau akan lupa rasa kue klepon, lupa bagaimana bau hujan, lupa surat tagihan masih bersemayam di depan pintu, lupa bahwa origami itu dilipat, lupa kalau pohon mangga depan kelas tidak lagi mau berbuah. Kau akan lupa. Aku bersedia menjadi peramal untukmu.
Kau akan lupa tentangku. Kau juga lupa bahwa kau pernah hidup.
Aku tidak suka menutup mata orang. Mungkin ini yang menyebabkanmu menutup matamu sendiri. Aku tak ingat kapan, tapi aku tahu kau mencuri silet di kamarku. Jam berapa tidak tahu. Sebab aku buta oleh senyumanmu hingga lupa bumi berotasi.
Aku takut kau menyadari ada goresan di pergelangan tanganku. Aku hanya takut kau ingat itu. Tapi aku tidak tahu bahwa kau mengikutiku sambil diam-diam mengguruiku.
Setelah ini, aku menjadi peramal dalam beberapa menit.
Kau sudah mau sekarat saat aku temukan. Kau masih membuka matamu, kau paksakan untuk tertutup. Alarm jam wekermu berbunyi tepat saat jarum menunjuk angka 12. Setelah lewat satu menit, hari ini berganti menjadi esok.
Aku berhenti.
Aku tak bilang.
Kau telah lupa. Kau berhenti main rahasia.
Aku pun juga. Aku berhenti. Setelah sekian lama, aku menangis mengucap rahasia.
Taehyung, ayo kita hidup bersama. Atau kalau kau mau mati, kita mati bersama.
Tapi Seokjin, kenapa-
Kenapa kau memutus urat nadimu duluan?
.
.
.
Aku tidak mengerti apa yang ku tulis. Ini sebelumnya cerita lain, tapi ku ubah namanya jadi Taehyung dan Seokjin.
Apakah masih ada yg membaca fict ini? :")
Terimakasih sudah membaca. Voment-nya kakak (。・ω・。)ノ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
All The Feelings || ksj.kth
Hayran KurguTaejin fict only "Aku tak mengerti. Kau bisa menemukan cinta di tempat lain. Tapi kau selalu kembali kepadanya, dirinya. Selalu." Book of taejin. For you. WARNING! Isinya bebas, bisa jadi Seokjin tetap jadi laki-laki, atau perempuan :)