1

5 0 0
                                    

Aku hanyalah seorang manusia biasa. Aku ingin diperhatikan seperti yang lainnya. Aku hanyalah seorang pangeran yang kesepian. Aku disiksa secara batin oleh pamanku. Aku ingin merasakan indahnya kasih sayang. Semenjak ayah dan ibu tiada, aku selalu diberlakukan seperti orang asing di sini.

Di penjara yang megah ini, aku merasakan bahwa hidup ini tidak adil. Ku mohon padamu Sang Pencipta, turunkanlah seseorang yang dapat menghibur hati dingin dan sepiku ini. Agar aku tak menjadi seekor singa jantan di dalam keluargaku sendiri.

--PANGERAN ARMOR DE TARSEYZ

****

TRIIING..... TRIIING.....

    “Wah, Armor. Semakin hari permainan pedangmu semakin bagus saja.” Ujar Tregh yang jatuh terduduk di hamparan rumput hijau.

    “Semakin hari permainan pedangmu semakin buruk.” Kata Armor sambil membuang pedang yang tadi ia gunakan.

    “Enak saja. Lagipula kau ini bukan tandinganku, Armor. Aku ini hanya bawahanmu! aku bahkan dibilang sebagai rakyat jelata yang menjilat.”

    “Ck, apa dia berkata seperti itu padamu?” tanya Armor sambil mendudukan diri di samping sahabatnya itu.

    “Ya siapa lagi. Lagipula apa kau tidak malu selalu bersama denganku? Padahal yang aku tau di istana itu banyak prajurit yang sangat mahir bermain pedang. Dan menurutku permainan mereka jauh lebih bagus dari permainan pedangku.” Ucap Tregh dengan suara lelah. “Jadi apa alasanmu?” lanjutnya.

    “Apa mulutmu tak sakit setelah kau banyak bicara,” Jawab  Armor dengan nada yang dingin.

    “AISH! Kenapa sih pangeran yang satu ini begitu kejam! Kau tau, aku sedikit kesal dengan sifat dingin dan kurang hajarmu itu. Apalagi saat pertama kali kau mengajakku masuk ke istana. Sungguh ketidaksopanan yang sangat alami.” Kata Tregh sambil mengubah posisinya menjadi berbaring depan kedua tangannya dijadikan bantal.

    “Ah sudah lupakan saja, Armor.” Lanjut Tregh.

     Seketika suasana diantara mereka begitu hening dan menenangkan. Dengan Tregh yang sudah memejamkan matanya untuk sejenak dan Armor yang sedang merasakan indahnya hidup di luar penjara yang megah. Entah mengapa, semenjak Armor bertemu dengan Tregh. Hidupnya menjadi  membaik –tidak seperti dulu-. Dimana dia harus menuruti setiap perkataan paman yang sangat dia benci seumur hidupnya. Hingga akhirnya keheningan ini terpecah ketika seorang prajurit datang.

    “Salam Pangeran Armor.” Ucap prajurit itu.

    “Ada apa?”

    “Pangeran diminta untuk kembali ke istana oleh Raja karena Pangeran sudah terlalu lama bermain di luar istana.”

    ‘ Bermain? Dia pikir aku anak kecil. Dasar bodoh’

    “Kau kembalilah dan bilang pada Rajamu kalau aku masih ingin bermain di sini,” Armor mulai memejamkan matanya mengikuti posisi Tregh.

    “Ampun Pengeran. Namun, hamba diperintahkan untuk membawa pangeran agar kembali bersama dengan hamba. Kalau tidak, maka saat hamba kembali tanpa Pangeran. Saat itu juga kepala hamba akan dipenggal.”

    Dengan posisi yang sama. Armor semakin geram. “Kalau begitu, kau ikuti posisiku saja dan tunggu aku selesai bermain.”

    “Ampun Pangeran tapi---“

    “Kalau kau menggangguku. Maka aku yang akan memenggal kepalamu di sini.” Potong Armor dengan suara yang mengintimidasi.

    Prajurit itu langsung jatuh bersujud, “Ampuni hamba, Pangeran Armor.”

    “Sudahlah. Kau duduk saja di dekat pohon besar disana dan jangan ganggu aku.”

    “Baik Pangeran.” Prajurit itu mematuhi perintah yang Armor berikan.

    “Sialan sekali dia. Semakin hari, semakin beraninya untuk memerintamu.” Ucap Tregh secara spontan.

    “Aku tidak peduli.”

.

.

.

.

.

.

*Terima kasih yang sudah baca+vote+comment cerita pertama aku ^-^

(12-07-2019)

Wish FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang