"Hal yang selalu menggelitik dada dengan beribu pertanyaan saat hati dan merasa tersentuh dengan gelitikan yang entah apa namanya."
KM_P.N.Z***
"Kenapa kita ke sini?," tanya Felly lagi.
"Kepo aja sih?!," kata Brillian tersenyum geli.
"Tch!," decah Felly dengan mengerucutkan bibirnya.
Brillian tertawa geli melihat ekspresi lucu Felly. Ia menangkup wajah Felly dengan kedua tangannya. Felly membelalakkan matanya. Bola matanya membulat seperti kelinci ketakutan. Dengan cepat, ia merasakan hal yang sama. Sebuah ciuman. Kali ini, ciuman itu seperti kilat. Sekilas dan cepat. Berbeda dengan saat di meeting room.
"Pipimu merah. Lucu," kata Brillian saat ia mengangkat wajahnya setelah mencium bibir mungil Felly.
"Ayo kita pulang, udah malem," kata Felly dengan mengalihkan pandangan matanya.
Felly kembali terbelalak. Mulutnya menganga saat melihat pemandangan yang menakjubkan bagi dirinya. Yah... pemandangan yang sama seperti sebelumnya. Senyuman terbingkai di sudut bibir Felly. Sebuah senyuman lebar yang begitu indah.
"Kita ke sini untuk ini?," tanya Felly tak menyangka.
Brillian menganggukkan kepalanya seraya ia tersenyum lembut. Selembut tatapan matanya yang tengah menatap Felly senang.
"Indah banget!," kata Felly dengan mengambil ponselnya. Kemudian, ia mengabadikan foto indah itu ke dalam ponselnya.
Felly menengadahkan kepalanya. Indah. Sama seperti hari kemarin. Tapi kali ini, jauh lebih indah. Felly dapat melihat samudera dengan hamparan lautan yang luas. Gelombang air yang tenang. Dan. Udara yang begitu segar, dan dingin. Tapi dinginnya udara malam itu terasa begitu merasuk dalam kehangatan hatinya.
"Makasih," ucap Brillian rendah. Hampir tak terdengar oleh Felly.
"Untuk apa?," tanya Felly.
"Untuk senyuman kamu setelah kejadian Rumah Sakit tadi," jawab Brillian polos.
"Seharusnya gue yang makasih sama lo. Karena lo udah hibur gue. Ah.. lupakan yang tadi. Oh ya, kita nggak kembali kira-kira kerjaan kita bakalan kek gimana? Masih banyak yang belum kita kerjakan loh!," ucap Felly.
"Hmmmmm santai aja. Kita bakalan balik, satu jam lagi."
"Emang nggak papa?," tanya Felly dengan tatapan sinis.
"Kalau nggak boleh, nanti yang kena hukuman aku kan? Kamu jangan khawatir," kata Brillian dengan mengedipkan salah satu matanya.
"Tch! Dasar genit!," ejek Felly dengan senyuman simpul yang tak terduga.
"Brillian, boleh aku nanya sesuatu?," tanya Felly ragu.
"Hmmmm? Apa?," jawab Brillian mempersilahkan.
"Kenapa kau menciumku? Aku bukan wanita murahan! Aku juga bukan kekasihmu, bahkan jika aku menjadi kekasihmu, aku tidak akan memberikan ciuman kepadamu!," jelas Felly.
"Bagaimana jika aku menjadi suamimu? Apa kau masih tidak mau memberikan ciumanmu?," tanya Brillian serius.
"Maksudmu?!," tanya Felly.
"Bagaimana jika aku sekarang mengatakan kalau aku mencintaimu!," kata Brillian lantang.
Felly tertawa terbahak mendengar pernyataan itu. Ia menanggapi ucapan Brillian dengan sebuah gelegar tawa yang megah di tengah lautan. Brillian menatap Felly heran dengan mengangkat salah satu alisnya. Bagaimana tidak? Ia mengatakan hal itu dengan serius. Bahkan, ia sudah menunggu moment itu bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
Romance"Aku tidak akan memberitahu siapapun, kecuali kamu. Karena kamu, harus tahu siapa aku. Begitupun kamu. Saat kamu enggan, maka aku tak akan membiarkannya. Akan kuubah engganmu menjadi segan." -Felly-